-45-

61.1K 5.5K 652
                                    

Bibir Bu Nani mengulas senyum lebar. Pandangannya tak lepas dari indahnya melihat kebahagiaan rumah tangga sang putra. Bisa ditangkap dari kaca mata Bu Nani, Galih kini sedang menikmati puncak kebahagiaan di masa hidupnya. Anak lelakinya itu sudah mencapai apa yang selama ini dia idamkan, memiliki pekerjaan yang bagus, kondisi ekonomi yang stabil, memiliki anak-anak yang lucu, juga tentunya memiliki istri yang bisa melengkapi Galih.

Setetes air mata jatuh membasahi pipi wanita paruh baya itu. Air mata kali ini bukanlah air mata sedih, tiba-tiba Bu Nani diselimuti rasa haru yang mendera hingga tanpa sadar menitikkan air mata.

"Pak, anak lanange dewe uripe wis mulya. Alhamdulillah, awak dewe nduwe mantu sing sabar iso ngadepi Galih karo awakku, Pak. Aku rasane wis ikhlas yen pancen bakal nyusul." (Pak, anak laki-laki kita hidupnya sudah mulia. Alhamdulillah, kita punya menantu yang sabar bisa menghadapi Galih dan aku, Pak. Aku rasanya sudah ikhlas jika memang bakal nyusul."

Seketika, Bu Nani teringat akan kehidupan masa lalunya, beliau yang divonis tidak bisa mengandung lagi dan berujung dengan mengadopsi Galih menjadi putranya. Tak selesai di situ rumah tangga Bu Nani dan Pak Sartono diuji, Galih kecil dulu sering kali sakit. Bisa saja sebulan sekali anak itu sakit, bahkan pernah sekali dimana saat Pak Sartono tidak memiliki uang. Mereka rela merendahkan harga diri untuk meminjam uang ke tetangga agar bisa membawa Galih kecil berobat.

Jatuh bangun dilewati bersama, Galih tumbuh dengan baik. Bahkan Galih juga tahu bahwa sebenarnya dia bukanlah anak kandung dari Bu Nani dan Pak Sartono, namun hal itu tidak menjadi masalah untuk anak itu. Dia tau bahwa Bu Nani dan Pak Sartono sangat menyayanginya dengan tulus. Hingga, sejauh ini Galih tidak pernah membedakan Bu Siti dengan Bu Nani, baginya mereka berdua adalah orang yang berjasa di hidupnya.

Tanpa sengaja dari ke jauhan Wening melihat Bu Nani mengusap air mata dan menundukkan kepala, istri Galih itu segera meninggalkan suami dan putri kecilnya yang masih asyik bermain dengan fasilitas di alun-alun kota.

Begitu menyadari kedatangan Wening, Bu Nani menyudahi aksi harunya. Hingga beliau mengulurkan tangan ke arah Gavin, berharap cucu laki-lakinya mau ikut dengannya.

"Ayo ikut Mbah? Kok gak mau kenapa toh, le?"

Wening terkekeh melihat Gavin yang menghindari tangan simbahnya dengan tawa terbahak. Berbeda dengan kecilnya Syifa dulu, anak kedua Galih dan Wening ini sangat anti diajak dengan orang, terkecuali bundanya. Tak jarang Gavin juga menolak diajak ayahnya, kalau bukan dibujuk diajak naik motor atau naik mobil. Jadi, bisa dibilang Gavin ini anak bunda banget.

"Diajak ayahnya aja nggak mau, Mbah. Padahal Mas Galih bujukin naik yang gajah-gajahan itu, tetap aja geleng kepala nggak mau." Jelas Wening pada mertuanya.

Bu Nani hanya tersenyum, pandangannya tak lepas dari Wening yang sangat telaten memberikan susu Gavin yang sudah disiapkan di botol dot bayi. Hal itu tidak mudah tentunya, karena Gavin tidak terbiasa minum dengan dot bayi. Bayi itu terbiasa minum susu langsung dengan sang bunda, namun Wening tetap antisipasi stok susu di saat-saat seperti ini mengingat dia tidak nyaman menyusui di tempat umum sekalipun menggunakan kain penutup.

"Ibu bakdo nangis, nggih?" (Ibu habis nangis, ya?)

Merasa sudah tertangkap basah oleh menantunya, Bu Nani mengulas senyum tipis. Lalu memalingkan pandangannya yang kini menatap Syifa dan Galih. Bu Nani paham setelah mengenal Wening lebih dalam, ternyata menantunya itu adalah tipikal orang yang peka. Hingga, tak jarang Bu Nani sering berbagi cerita pada Wening entah hal apapun itu.

"Ibu cuma teringat sama bapak. Lihat Galih yang sekarang jadi kebayang kecilnya dia." Ungkap Bu Nani tanpa menyembunyikan apa yang dirasa.

Wening hanya mengulas senyum, dia memang sudah mengetahui cerita masa kecil sang suami baik itu dari cerita Bu Nani ataupun Galih sendiri. Wening tidak menyangka kalau masa kecilnya sang suami sesedih itu, terkadang Galih sampai menitikkan air mata kala mengenang masa - masa itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 05, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hati WeningTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang