-27-

49.3K 5K 199
                                    

Sudah hampir tiga bulan Wening mendapat cuti dari pekerjaannya. Hari ini untuk pertama kalinya dia akan meninggalkan sang putri dengan senggang waktu beberapa jam untuk bekerja. Di masa cuti yang sudah habis ini membuat Wening sedikit tidak tenang, dia cemas apabila nantinya Syifa akan rewel jika tidak menyusu padanya secara langsung. Walaupun beberapa kali dilatih minum dengan botol, namun anak itu sering kali menolak dan akan menangis karena tidak nyaman.

"Nanti kalau udah waktunya mimik susu, tinggal rendam botol susunya di air panas aja ya, Bu. Ini sudah Wening siapkan." Pesan Wening pada Bu Nani yang akan menjaga Syifa selama ditinggal kerja Wening.

"Lha itu sebotol dikasih semua?"

"Ya setengah dulu aja, Bu. Daripada nantinya basi, soalnya nggak bisa diangetin dua kali. Dikit-dikit dulu aja yang dipindah ke dot."

Kepala Bu Nani manggut-manggut tanda mengerti apa yang diarahkan oleh Wening. Setelah dirasa amunisi untuk Syifa cukup, Wening pun merasa tenang dan berbangga hati karena bisa memompa ASI-nya yang terbilang cukup deras. Bahkan tak jarang setiap kali menyusu secara langsung Syifa sering kualahan karena saking derasnya ASI sang Bunda.

"Syifa tak nenenin dulu, Mas. Kamu sarapan dulu." Pinta Wening lalu mengambil Syifa dari gendongan Galih, setelah diajak jalan-jalan di depan rumah sebagai rutinitas setiap pagi.

"Anak Bunda yang pintar ya, sama Mbah Nani. Bunda kerja dulu, nanti kalau Bunda istirahat, Bunda sempetin pulang. Syifa kan anak pintar ya?" Bisik Wening lalu membubuhkan kecupan hangat di kening putrinya, berharap di hari pertamanya kembali bekerja Syifa bisa diajak kompromi dan mengerti keadaan.

"Berangkat sendiri apa tak anterin?" Tawar Galih yang selesai sarapan.

"Berangkat sendiri aja, nanti kalau pulang biar nggak bingung. Nanti pulang sore ga Mas?" 

"Nggak, nggak ada ekstra hari ini. Kenapa?"

"Kan dimintai tolong Bapak, disuruh antar check up ke klinik." Ingat Wening karena beberapa bulan ini setelah pensiun Pak Yanto sering mengeluh sakit kepala karena tekanan darah tinggi, sehingga harus rutin check up agar tetap terjaga kesehatannya.

"Oiya, lupa. Nanti sekalian, kamu juga diminta ibu nginap sana kan?"

Wening mengangguk lalu melepas pelan payudaranya dari hisapan Syifa yang mulai terlepas. Setelah memastikan putrinya tertidur nyenyak, Wening pun berangkat kerja dengan semangat baru yang berstatus sebagai seorang ibu.

oOo

"Mbak Ning..." Panggil Amel pada Wening yang sedang berkutat dengan jurnal pembukuan hari ini. Wening yang merasa terpanggil pun menoleh ke arah Amel.

"Kenapa?"

"Mau curhat, tapi sungkan."

"Ya nggak usah curhat."

"Ih, kok gitu sih, Mbak?"

"Lha katanya sungkan. Kalau sungkan ya nggak usah curhat." Jawab Wening singkat.

"Tapi pingin curhat, Mbak. Nggak tau lagi mau curhat sama siapa, kalau aku curhat jangan diketawain ya Mbak? Duh malu banget rasanya." Ujar Amel dengan ragu-ragu.

"Lha ngapain tak ketawain, Mel? Dengar aja belum."

Dengan kepala sedikit celingukan memastikan tidak ada orang lain di sekitar mereka, Amel pun mulai bercerita kalau semenjak ditinggal Wening cuti Wisnu semakin mendekatinya. Tak jarang juga Wisnu main ke rumah Amel, juga bertemu dengan kedua orang tua Amel. Wening yang sudah menduga sebelumnya pun tidak begitu terkejut, bahkan dia merasa senang secara selama ini Wisnu dan Amel bagaikan Tom and Jerry. Tak bisa membayangkan kalau dua insan itu menjalin satu ikatan.

Hati WeningTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang