-28-

43.3K 5K 233
                                    

😀

oOo


Sungguh malang pria yang baru menjadi seorang ayah itu, ingin bermesraan dengan sang istri sebentar saja harus diurungkan lantaran tangisan sang putri.

Berakhirlah Galih terlelap dengan sendirinya, setelah Wening membelakangi tubuhnya untuk menyusui Syifa yang tiba-tiba menangis.

"Yang bukain bhnya siapa, yang nenen siapa, kamu kok nggak bisa diajak kompromi sih, Fa. Ayah juga pingin lho"

Wening hanya dapat menahan tawa mendengar ucapan sang suami, sungguh malang sekali nasib Galih malam ini.

Pagi hari setelah sholat subuh Galih dan Wening berpamitan dengan Pak Yanto yang masih belum sepenuhnya bugar. Beliau masih tertidur di kamar sembari memeluk kedua cucu laki-laki yang semalam tidur bersamanya.

"Nanti siang biar diambil Mas Galih aja Pak hasil lab-nya. Soalnya Wening nggak bisa lama-lama istirahatnya, kemarin aja Syifa udah nangis kejer nggak mau dikasih susu di botol sama Ibu." Kata Wening pada bapaknya.

"Iya gapapa, kalau Mas Galih sibuk ya sore-sore aja gapapa. Wis ndang pulang sek, iku Syifa pakaiin jaket Nduk, masih dingin." Jawab Pak Yanto lalu mencium pipi Syifa sekilas.

Saat keluar dari kamar bapaknya Wening berpapasan dengan Winda yang akan masuk kamar, bisa Wening lihat penampilan mbaknya sangatlah memprihatinkan, mata sembab dan hidung merah tidak dapat ditutupi.

"Mau pulang, Ning?" Suara parau Winda menyapa telinga Wening, tak bisa dipungkiri hati Wening terasa teriris mengingat kemarin mendengar bentakan dari mas iparnya pada Winda yang selama ini menurut Wening adalah wanita paling nurut dan mengalah.

"Iya Mbak, keburu siang nanti. Aku kan udah mulai masuk."

Winda mengangguk mengerti tanpa menatap mata Wening sedetik pun lalu undur diri untuk mencari kedua anaknya.

"Mbak, kalau mau cerita Wening siap kok dengerin, jangan pendam sendiri kalau itu terlalu menyakitkan buat Mbak." Gumam Wening yang masih dapat didengar Winda sepenuhnya.

oOo

Beberapa hari setelah kejadian itu Wening sering datang ke rumah orang tuanya, hubungan Winda dan suami masih belum membaik. Bahkan Winda kini sedang mencari info lowongan pekerjaan setelah beberapa tahun belakangan menjadi ibu rumah tangga sepenuhnya, seperti keinginan suaminya.

Hal tersebut semakin membuat Pak Yanto dan Bu Susi kepikiran, juga Wening yang semakin khawatir dengan kondisi kedua orang tuanya.

Seperti saat ini Wening baru pulang dari kerja, melihat Syifa yang sedang tertidur dengan Mbah Nani membuat Wening sedikit santai bisa menikmati waktunya untuk mengisi perut dan beberes kamar juga rumah. Sehingga setelah Syifa bangun nanti Wening tinggal memandikannya.

Namun pekerjaannya terhenti ketika melihat sang suami pulang kerja dan memasuki rumah bersama kedua keponakannya yang berjalan beriringan.

"Lho, ada Dafa sama Rafa? Kok bisa sama Om Galih?" Tanya Wening menyapa kedua ponakannya dan membawa Rafa ke gendongannya. Balita laki-laki itu langsung menempel pada tantenya tanpa menolak sedikit pun.

"Iya, Mas tadi mampir ke rumah Bapak. Terus pada mau ikut ke sini."

"Ngapain Mas mampir ke rumah bapak? Tumben nggak pulang dulu?" Tanya Wening heran.

Hati WeningTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang