Hallo!
Kaget ga?
Nggak kan? Hihi... Yuk kangen-kangenan sama cempluk 😚
Happy reading teman-teman ❣️
oOo
"Syifa! Ayo mandi dulu, Nduk.." Teriak Bu Nani memanggil Syifa yang ikut sepedaan di depan halaman rumah Bu Siti bersama Vino.
"Cebental Mbah, Cipa macih cepedaan!" Seru Syifa sembari mengayuh sepeda memutari halaman rumah Bu Siti.
"Mandi dulu, Cempluk. Ayah sama bunda mau keluar lho, Syifa nanti ditinggal."
Mendengar seruan dari simbahnya, Syifa pun menghentikan laju sepeda dan berpamitan pada Vino.
"Mah Pino aku pulang dulu, ya. Becok cepedaan lagi, oke?"
Dengan semangat Syifa mengayuh sepedanya sampai ke teras rumah. Mbah Nani menyambut kedatangannya lalu melepas kaos yang basah karena keringat.
"Lihat toh keringatmu sejagung - jagung. Anak cewek kok main nggak tau waktu, sini Simbah kipasin dulu masih keringat kamu."
Syifa pun menurut dengan bugil anak itu memutar tubuhnya merasakan angin dari kebutan kipas Mbah Nani.
"Dimandiin Mbah ya? Bunda sama ayahmu sudah mandi dulu, tinggal Syifa yang belum mandi."
Syifa hanya mengangguk menurut. Gadis kecil Galih terlalu lelah untuk beradu mulut dengan Bu Nani. Walaupun terkadang Syifa sering menyahuti omelan simbahnya, anak itu sangat pintar dan cekatan menjaga simbahnya kalau Mbah Nani sedang sakit. Syifa terlalu sayang dengan Mbah Nani.
Malam ini sengaja Wening dan Galih mengajak Bu Nani juga Syifa makan malam di luar dalam rangka tasyakuran ulang tahun Bu Nani. Menurut Galih seumur-umur ulang tahun Bu Nani belum pernah dirayakan. Sehingga Wening berinisiatif untuk mengajak mertuanya jalan-jalan.
"Anakmu ajak pulang, Mas.. belum mandi juga." Ujar Wening begitu melihat suaminya memasuki kamar setelah menyiapkan mobil.
Sedangkan ibu hamil itu sedang merias diri di depan kaca. Karena dia sudah hafal kebiasaan Syifa tak ingin dimandikannya, apalagi semenjak perut Wening semakin membesar Syifa selalu minta dimandikan ayah atau simbahnya.
"Udah dimandiin ibu. Jam tanganku yang hitam mana ya, Dik?"
"Hitam yang mana? Jam tanganmu hitam semua warnanya."
"Yang kamu kado tahun lalu. Perasaan kemarin baru tak pakai."
Wening berdecak pelan, semakin bertambah usia suaminya semakin ceroboh dan pelupa. Apalagi masalah menaruh benda, Wening jadi khawatir mengingat anak-anak mereka masih kecil tapi Galih sudah pikun padahal umur laki-laki itu baru menginjak empat puluh dua tahun.
"Ck, tak simpan di laci lemari. Salah sendiri naruh-naruh sembarangan, mana ada jam tangan disimpan di atas mesin cuci?"
"Namanya juga lupa. Kemarin kan pulang kerja kehujanan, makanya langsung ke belakang."
Tak mendengar balasan dari sang istri, Galih pun keluar kamar dan menghampiri Syifa yang masih berbalut handuk di ruang tengah.
"Sini ayah bantu pakai baju, Simbah biar siap-siap dulu." Ujar Galih mengambil alih baju ganti Syifa yang sudah disiapkan oleh Wening sebelumnya.
"Perutmu kok gendut banget, Pluk?"
Bibir Syifa tertarik ke depan begitu mendengar perkataan dari sang ayah. Dengan cepat Syifa menarik nafas dalam dan menahan nafasnya agar perutnya terlihat lebih kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hati Wening
RomancePINDAH KE DREAME, PENGHAPUSAN BEBERAPA PART MULAI TANGGAL 12 APRIL 2022 Cerita Duda series ketiga (cerita semi dewasa) Puspita Wening, seperti arti namanya seorang gadis layaknya bunga yang membawa ketenangan. "Yakin kamu Dik? Dia duda lho." Susi...