[On going]
[Update sesuai mood]
17+
Fungsi kehidupan itu hanya dua.
Pertama, membuat orang lain tersiksa
Kedua, membuat orang lain bahagia
Aku jelas ada di nomor pertama.
~Erina
Note:
● ini kisah anak yang memiliki trauma dalam hidup.
● author j...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
______
Lima tahun delapan bulan kemudian
"Mama...." pekik gadis kecil berambut kepang berlari mendekati Sang Mama yang sedang memasak di dapur.
Kondisi rumah Nana sekarang sudah lebih baik karena ia perlahan demi perlahan menabung untuk bisa mengontrak di salah satu kontrakan khusus wanita.
"Jangan lari-lari, Sayang." Teriak Nana melihat Putri semata wayangnya yang berlari menuju dapur.
"Gimana sekolahnya?" Tanya Nana kepada putrinya. Ah, setelah izin sama Bagas untuk memakai marganya dia berniat mengganti marga putrinya dengan marga Bagas.
Tapi ia urungkan sekarang, mungkin nanti nanti saja. Nama putri kesayangan Nana adalah Safitri Erina hanya itu. Ia belum memberikan Erina marga.
"Celu banet, ma. Anyak men men uga" Nana mengusap kepala Erina lembut lalu tersenyum singkat.
"Mama. Eli mo mam." Ucap Eri. Nana hanya mengagkat tangannya membentuk tulisan 'okey' 👌 gitu.
"Eri ganti baju dulu, ya! Nanti Mama siapin makanan buat Eri." Perintah Nana.
"Ciap." Eri langsung lari ke kamarnya. Ah, lebih tepatnya kamar mereka berdua.
Sembari menunggu Eri mengganti pakaiannya, Nana menyiapkan hidangan makan siang untuk Eri.
"Mama...." pekik Eri. Nana langsung mematikan kompor dan pergi ke kamar menuju putrinya.
"Kenapa, sayang?" Tanya Nana panik. Eri langsung memeluk Nana dan menangis kejer. Eri belum sepenuhnya berganti pakaian, ia masih menggunakan kutang dan celana pendek miliknya saja.
"Ada coa." Eri menunjukkan letak binatang berwarna cokelat itu, nama binatang itu adalah kecoa.
"Eri takut kecoa?" Tanya Nana. Eri hanya mengangguk mengeratkan pelukannya ketika kecoa itu mulai berterbangan.
"Yaudah keluar kamar aja, nanti Mama semprot pake baygon biar mati kecoanya." Nana melepaskan pelukan Eri di tubuhnya dan mengelus puncak kepala anaknya. Ah, ia menyukainya.
Eri buru-buru lari keluar kamar menuju ruang depan. Eri tidak punya televisi, jika kalian ingat Nana itu kekurangan ekonomi.
Jadi Nana hanya mempunyai telepon jadul dan di kontrakannya hanya berisi kasur, beberapa alat masak dan makan dan laci untuk menyimpan baju.
Itu pun semua dari jerih payahnya dan uang yang ia tabung dari pemberian Bagas setiap bulannya.
Nana tidak mempunyai baju mewah, sepatu, make up, dan perlengkapan yang lebih banyak membuang uang.
Satu hal yang Nana syukuri yaitu melihat Eri tersenyum dan Eri bisa sekolah seperti anak lainnya.
Nana menyemprotkan baygon di kamarnya supaya kecoanya mati, setelah disemprotkan ia menutup pintu dan mencuci tangannya di kamar mandi.