Eri di adopsi

13 4 2
                                    

Eri sangat beruntung
Karena sudah tidak terlibat
dengan Pram dkk.

........

"Mah." Panggil Bagas dengan teriakan kencang kepada Sunny yang ada di ruang makan. Ralat, di dapur.

Mereka terbiasa memanggil dengan sebutan mamah-papah. Alasannya simpel, takut anaknua ikut manggil orang tua dengan nama orang tuanya langsung tanpa sebutan mamah ataupun papah.

"Apa, by?"

Kebetulan sekali Adit sedang di depan bersama nenek-kakeknya. Hari ini hari minggu, harusnya Bagas libur dan family time di rumah.

Tapi, ternyata realita tak seindah itu. Walaupun Bagas ingin bersama keluarganya. Saat ini, urusan kantor sedang menunggunya.

Ia dikabarkan ada meeting mendadak oleh sekretarisnya. Dan tidak bisa ditunda karena akan menimbulkan kerugian besar dan cukup fatal untuk perusahaan jika perusahaan sebelah membatalkan kerja samanya terhadap perusahaan milik Bagas.

"LAPTOP AKU DIMANA?" Bagas panik. Waktu untuk meeting sudah mepet. Tetapi ia belum juga bisa menemukan dimana letak laptopnya.

"Iya, tunggu sebentar!" Setelah kalimat itu Sunny menyudahi acara mencuci piringnya dan memilih berjalan menuju kamar.

"Kamu semalem habis make laptop atau ga, by?" Tanya Sunny. Bagas mengangguk cepat.

"Semalem habis ngecek kerjaan penting." jawab Bagas.

"Turun, sarapan dulu di dapur! Biar aku yang cari." Sebenarnya itu Sunny mengusir Bagas secara halus. Jika Bagas terus di sini pencariannya bakal dua kali lebih lama.

Bagas hanya menuruti sambil turun ke bawah buat sarapan. Sunny hanya memijat pangkal hidungnya melihat kamarnya pagi ini sudah kaya kapal pecah.

Ulah siapa lagi kalau bukan Bagas?

"Punya suami gini banget. Apa-apa barang di letakin sembarang aja, sih! Giliran butuh ilang barangnya lupa nyimpen." Sebenarnya dalam kalimat itu ada sindiran terhadap Bagas walau Bagas tak tahu. 

Setelah menemukan barang suaminya, Sunny turun ke bawah membawa barang barang yang suaminya butuhkan untuk ke kantor. "meeting sampai jam berapa, mas?" tanya Sunny sambil mengoleskan selai coklat ke roti dan melahapnya. 

"Setelah dzuhur," Sunny hanya mengangguk paham mendengar jawaban Bagas. Bagas yang sudah selesai makan pun berdiri dan berniat untuk memakai sepatunya dan pergi ke kantor. sebelum pergi Bagas tidak lupa mencium puncak kepala Sunny dan kedua pipi anaknya-Adit. 

Bagas berpamitan kepada kedua orangtuanya yang sedang main di rumahnya dengan alasan kangen. Mamanya Bagas pun berceloteh sebelum Bagas berangkat, "Kamu tuh Gas, weekend gini bukannya di rumah me time sama keluarga gitu loh. Kamu malah sibuk ngurus kerjaan mulu! Kan kasihan isteri dan anak mu iki harus rela diselingkuhi ke laptopmu itu toh nduk." Bagas hanya bisa terkekeh mendengarnya. 

"Iyo, Ma. Bagas juga maunya gitu, tapi dapet meeting dadakan ini jadi Bagas ga bisa nolak." ujar Bagas menampilkan senyumnya. Semua yang melihat itu hanya geleng-geleng kepala mendengar dan melihat sikap Bagas. 

"Bagas berangkat dulu, Assalamualaikum." Pamit Bagas undur diri dari keluarganya dan menjalankan mobilnya. Walau sudah jalan sedikit mobilnya ia masih bisa mendengar suara ibunya. 

"Hati-hati nduk. waalaikumsalam," jawab salam sang ibu membuat Bagas tersenyum simpul dan melajukan mobilnya ke arah kantor. Kerjaan mendadak itu merepotkan sekali, namanya juga Bagas si gila kerja. Jadi kalo udah kerja ya bakal lupa sama yang lainnya. 

Fin(e) [On Going] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang