[On going]
[Update sesuai mood]
17+
Fungsi kehidupan itu hanya dua.
Pertama, membuat orang lain tersiksa
Kedua, membuat orang lain bahagia
Aku jelas ada di nomor pertama.
~Erina
Note:
● ini kisah anak yang memiliki trauma dalam hidup.
● author j...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
___________
"Na! Plis kali ini dengerin gue. Jangan gegabah, deh. Kita belum siap kehilangan kamu!" Bagas benar benar bingung cara membujuk Nana yang memiliki sifat keras kepala ini.
"Mama.....!!!" Pekik Eri dari pintu kamar dengan muka bantal karena habis bangun tidur.
"Lili....!!" Pekik Didit dari dalam telepon. Membuat Eri terlonjak kaget, "itu Babang Didit?"
"Iya. Ain ama ku, yu?" Ucap Didit.
Setelah itu ponsel Sang Mama di rebut si kecil untuk bisa mengobrol lebih lama.
"Gimana ain na? An Bang Didit cama ku agi ndak baleng."
(Gimana mainnya? Kan Bang Adit sama aku lagi ga bareng)
"Anti acu campel tamu. Ita ain baleng di luma mu"
(Nanti aku samper kamu. Kita main bareng di rumah kamu)
"Cu ndak ica. Acu mo ke luma ayah"
(Aku ga bisa. Aku mau ke rumah ayah)
Semua yang mendengar itu terkejut, Nana pun sama hal terkejutnya dengan yang lain.
Nana belum siap mati, semua juga paham. Tapi Nana hanya pasrah saja dengan Eri. Jika tidak di turuti maka ia akan menangis dan ngambek sampai lapar lagi.
"Mama, anti ita adi ke uma Ayah, ndak?"
(Mama nanti kita jadi ke rumah Ayah ga?)
Eri benar-benar belum paham dengan keseluruhan kejadiannya. Dia juga belum tau siapa sosok Ayahnya yang sebenarnya itu.
"Kamu beneran masih mau bertemu Ayah?" Tanya Nana hati-hati. Eri mengangguk mantap membuat Nana menghela napas panjang.
"Kalo nanti Mama udah ga ada gara-gara ketemu Ayah jangan nyesel, ya?" Eri menatap Nana heran.
Mereka kan hanya bertemu. Kenapa Sang Mama berbicara seperti itu? Ah, Eri yang tak paham semakin tak paham karena ucapan Sang Mama.
"Izin dulu sama Om Marvell dan Tante Sunny."
Eri hanya mengangguk paham dengan ucapan itu dan meminta izin kepada Bagas dan Sunny.
"Om, ate. Lili jin ke luma Ayah, ya"
(Om, tante. Eri izin ke rumah Ayah)
Mereka menghela napas berat dengan kenyataan ini. Mengapa harus serumit ini?
Bagas dan Sunny sangat tak tega dengan Eri, ia berusaha melepaskan Nana dengan ikhlas hanya karena satu permintaan dari Eri.
"Yaudah, Eri mandi sekarang, ya!" Perintah Nana. Eri mengangguk dan langsung menuju kamar mandi untuk tidur. Gagaga bohong! Untuk mandi.