🐣 PART 22

4K 186 0
                                    

🌴🅂🄴🄻🄰🄼🄰🅃 🄼🄴🄼🄱🄰🄲🄰🌴

Dokter pria dengan usianya yang tidak jauh dari Panji itu membaca beberapa lembar kertas si depannya.

Di ruangan tersebut tidak hanya Panji tapi juga Indah sang istri dan juga Guntur yang di perbolehkan ikut.

" Begini pak, melihat kondisi dari hasil pemeriksaan dan gejala yang kami lihat sepertinya pasien atas nama Bulan mengalami Tipes."

" Tipes dok?" Ulang Indah dengan tangan yang masih di genggam erat oleh sang suami.

" Sepertinya akhir-akhir ini pasien tidak memperhatikan pola makannya dan juga tubuhnya yang kurang istirahat. Apakah akhir-akhir ini pihak keluarga mengamati gejala seperti muntah,  diare? Atau mungkin mimisan seperti tadi?"

Panji dan Indah nampak berpikir sejenak, mereka tidak melihat gejala itu hanya saja akhir-akhir ini napsu makan Bulan nampak menurun.

Indah sudah sering membujuk Bulan tapi gadis itu cukup keras kepala.

" Akhir-akhir ini saya lihat anak saya sering begadang dok, saya sudah memperingatkan agar istirahat, terlebih satu Minggu kemarin di sibukkan dengan ujian dan kegiatan lainnya, apa mungkin tekanan juga membuatnya drop dok?" Ujar Panji mengutarakan apa yang ia tahu.

" Benar pak, hal tersebut juga memicu Tipes. Tapi tidak papa, saya sudah berikan vitamin dan obat. Tapi pasien harus tetap di rawat di sini hingga beberapa hari ke depan untuk melihat perkembangan kondisinya."

" Baik dok, lakukan yang terbaik."

Guntur hanya menyimak pembicaraan dokter tadi, sungguh Guntur ingin memukul dirinya sendiri saat ini.

Perbincangan tadi berakhir dengan Bulan yang di pindahkan ke ruang rawat dan sekarang pun Guntur tengah berada di samping Bulan. Gadis itu belum sadar hingga sekarang. Wajahnya pucat dan tangannya terasa dingin.

" Bangun Lan." Guntur membelai pelan rambut gadisnya.

Indah dan Panji keluar hendak membeli makan siang. Panji khawatir juga dengan kesehatan sang istri, mengingat Indah memiliki riwayat mag.

" Maafin aku sayang."

Berulang kali Guntur mengecup punggung tangan itu berharap sang pemilik cepat bangun.

" Enghh...."

Lenguhan kecil itu berhasil membuat Guntur cepat-cepat melihat kondisi Bulan.

" Lan kamu baik-baik aja? Mana yang sakit?" Tanya Guntur khawatir.

Yang di tanya hanya terdiam memfokuskan penglihatannya, ia terdiam menatap Guntur di depannya.

Matanya kembali berkaca-kaca mengingat ucapan Guntur di sekolah. Hatinya sakit sekali. Tapi di satu sisi Bulan merindukan Guntur.

" Pergi! Bulan enggak mau sama Guntur! Pergi!"

Hatinya menginginkan Guntur memeluknya tapi pikirannya terus terbayang ucapan itu.

" Dengerin penjelasan aku ya Lan."

Sempat menolak akhirnya Guntur membawa Bulan ke dalam pelukannya. Membelai rambutnya pelan dan sesekali mencium keningnya.

Guntur Milik Bulan [ END ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang