"Aku tak mau, bu! Bagaimana ibu bisa menjodohkanku dengan orang seperti dia?"
"Ayolah, Ivy, ini untuk kebaikanmu juga."
"Dengan orang seperti dia? Bu, aku sudah menuruti kemauan ibu untuk tak bersekolah, tapi tolong, jangan paksa aku untuk menerima perjodohan ini. Aku masih ingin bebas, tak mau dikekang dengan hubungan rumah tangga. Tolong, ibu mengerti aku saat ini." Ivy keluar dari rumah, sebelum menutup pintu, Ivy melirik ibunya, Eira.
"Ibu jodohkan saja kakak dengan dia, aku tak mau!" Lalu pintu ditutup keras oleh Ivy.
☃
"Gila saja, aku mau dijodohkan dengan orang jahat seperti dia, aku tak mau pokoknya, titik! Bagaimana kehidupanku selanjutnya jika menikah dengan dia? Oh, itu pasti akan kacau sekali." Di perjalanan, Ivy mencak-mencak sendiri.
"Ivy!" Yang dipanggil namanya, menoleh kebelakang, Ivy melihat dua temannya yang melambai-lambaikan tangan. Dua temannya itu menghampiri Ivy yang berdiri dekat kedai kopi.
"Kenapa wajahmu cemberut seperti itu?" tanya Fresca, salah satu teman Ivy.
"Ibuku-"
"Ah, biar ku tebak. Kau dan ibumu pasti berdebat soal perjodohan, iya kan?" Ivy mengangguk lesu, tebakan Joel benar.
"Kenapa ibumu ngotot untuk menjodohkanmu?" tanya Fresca. Mereka akan pergi ke markas ngomong-ngomong.
"Kau tau kan, Rudolph itu sangat berpengaruh di kota bahkan di daerah Kerajaan Narnia? Mana mungkin ibuku menolak lamaran dirinya untuk melamarku, sedangkan aku tak mau menjadi istri yang ketiganya. Dia itu bengis, kejam, aku tak suka," curhat Ivy.
"Hm, aku setuju padamu, sebaiknya kau jangan menerima lamaran itu." Ucapan Joel semakin meyakinkan Ivy untuk tidak menerima lamarannya.
"Tapi, apa frekuensi yang akan menimpamu nanti ketika kau menolak Rudolph? Juga, kenapa ibumu tak menjodohkan kakakmu dengan Rudolph? Bukankah harusnya kakak dahulu yang menikah, aku benar kan?"
Ivy mengangguk. "Aku tak tau hukuman yang akan diberikan ibu jika aku benar-benar menolak lamaran itu. Ibu pilih kasih padaku, kenapa tidak menjodohkan kak Rin dengan Rudolph saja? Rudolph juga tak akan menolak, kak Rin kan sangat cantik."
"Tapi Vy, Rudolph sekarang bukan mencari istri yang cantik, dia mencari istri yang kuat dan tangguh sepertimu," ujar Joel.
"Nah iya, di kota ini kan kau terkenal sebagai perempuan yang kuat, jago bela diri, saat umurmu yang sekarang atau sembilan belas tahun nanti juga kekuatanmu akan hebat."
Baiklah, sekarang Ivy risau, ia harus bagaimana sekarang?
Dari atas pohon- atau lebih tepatnya yang mereka sebut markas, Ivy berbaring di ranting besar pohon beringin yang terletak di bukit Freezwood. Pohon beringin ini adalah satu-satunya pohon yang tidak bisa membeku di kota Narnia.
"Kalian tidak sekolah?" tanya Ivy pada dua temannya.
Fresca dan Joel menggeleng. "Kami sekolah, hanya setengah hari. Kepala sekolah sedang ada urusan."
"Kapan ya, aku merasakan bersekolah lagi. Terakhir kali aku sekolah itu ... waktu umurku sepuluh tahun, dan sekarang aku sudah delapan belas tahun." Ivy bangkit acara baringnya.
"Apa sekolah sekarang menyenangkan?"
Joel mengangguk. "Ya, menyenangkan dan menyusahkan menurutku."
"Yup, menyenangkan karena bisa kenal teman banyak, menyusahkan karena tugas yang diberikan guru sangat banyak. Sebenarnya, aku ada tugas, tapi aku malas mengerjakannya," ujar Fresca, menyengir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Winter Girl
FantasyIvy diusir dari rumah karena telah lancang menolak lamaran seseorang yang sangat berpengaruh di kota Narnia, Rudolph. Ivy menolak mentah-mentah lamaran itu dihadapan Rudolph sendiri. Ivy memang warga Narnia biasa, tapi kekuatan dia tak main hebatnya...