Saat waktu luang, Ivy menghabiskan waktunya dengan membaca buku tentang bumi, buku yang waktu itu diberikan oleh Fresca dan Joel.
Pengetahuannya tentang bumi masih sedikit, jadi dia harus terus membaca agar dapat menemukan hal baru tentang bumi yang belum dia ketahui.
Saking seriusnya membaca buku, Ivy sampai tak sadar ada Felix di belakangnya. Oh ya, Ivy sedang membaca di taman, di samping paviliunnya.
Felix menyipitkan matanya untuk melihat lebih jelas buku apa yang dibaca Ivy, lantas menaikkan alis ketika tau tulisan di buku itu tulisan lain, tulisannya seperti huruf-huruf Rusia, dan Felix tak mengerti itu.
Warga Narnia memang mempunyai tulisannya sendiri. Tulisan Narnia sedikit mirip dengan tulisan Rusia, namun jika dipelajari, maka akan terasa bedanya.
Felix berdehem untuk menarik perhatian Ivy, karena sudah lima menit dia berdiri di belakang Ivy dan Ivy sama sekali tak menyadarinya.
"Eh, apa tuan memerlukan sesuatu?" Ivy langsung menutup buku dan berdiri melihat Felix.
"Tadi kamu membaca buku apa?" tanya Felix penasaran.
"Eng, hanya buku biasa." Ivy menyengir, untuk menyembunyikan kebohongannya.
"Kenapa belum tidur? Ini sudah malam." Entah kenapa Felix tak tahan rasanya untuk mengatakan itu, dan kenapa juga dia peduli dengan Ivy?
"Saya belum mengantuk, lalu kenapa tuan belum tidur?"
"Inginnya begitu, namun saya tak bisa tidur, akhirnya saya cari angin. Tapi sampai sini, malah bertemu dengan kamu."
Ivy mengangguk-angguk mengerti, dia melihat tampilan Felix yang hanya memakai kaus oblong dan celana pendek. Memakai itu saja, Felix sudah berdamage, eaaakk.
"Saya tau, saya tampan, tapi tidak usah melihat saya seperti itu, dong." Felix menyilangkan tangannya di depan dada, lalu duduk di kursi taman yang tadi Ivy duduki.
Ivy yang mendengar itu jadi salah tingkah. "A-anu, bukan begitu."
"Terus apa? Sudahlah, kamu duduk. Ada yang ingin saya tanyakan sama kamu."
Ivy duduk ditepi kursi, jauh dengan posisi Felix duduk. Sedangkan, Felix berdecak melihatnya. "Jangan jauh-jauh, saya tidak akan makan kamu kok."
Ivy kemudian bergeser sedikit, dia sangat grogi jika berdekatan dengan Felix. Rasanya jantung Ivy berjoget-joget di dalam sana.
"Tempat tinggal kamu asalnya di mana? Saya tadi melihat foto kamu dengan kakak kamu, dan saya merasa asing dengan latar foto itu, semuanya salju dan kamu tidak memakai baju hangat atau baju tebal. Kamu tahan dengan salju?" tanya Felix, panjang lebar.
Ivy menggaruk tengkuknya, dia bingung harus beralasan seperti apa.
"Tidak, saya tidak tahan dengan salju, manusia mana yang tidak memakai baju tebal saat salju berjatuhan? Latar itu hanya gambar, bukan salju asli."
"Oh begitu, lalu jawaban kamu tentang pertanyaan pertama saya?"
"Bukannya tuan sudah mengetahui bahwa tempat tinggal saya berada di pelosok desa yang berada hutan."
Felix menatap Ivy dengan serius. "Hm, kamu berbohong ya?"
Ivy yang mendengar itu membulatkan matanya. "Sa-saya tidak berbohong, tuan."
"Baiklah, saya percaya sama kamu. Cepat tidur, besok kamu harus bangun pagi-pagi, kalau tidak, besok saya tinggal dan kamu harus jalan kaki ke kantor." Felix berdiri dan pergi meninggalkan Ivy yang terbengong.
Sedangkan dari lantai dua, nyonya Varsha menyaksikan komunikasi antara Felix dan Ivy. Dia tak marah saat anaknya duduk berduaan malam-malam dengan seorang bodyguard, justru dia tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Winter Girl
FantasíaIvy diusir dari rumah karena telah lancang menolak lamaran seseorang yang sangat berpengaruh di kota Narnia, Rudolph. Ivy menolak mentah-mentah lamaran itu dihadapan Rudolph sendiri. Ivy memang warga Narnia biasa, tapi kekuatan dia tak main hebatnya...