Ivy mengambil segenggam salju lalu membentuknya bulat. Udaranya sangat mengingatkan Ivy pada Narnia, ia bahagia sekali.
Jaket serta syal yang dibelikan oleh Felix kemarin, dia pakai. Ivy tertawa sendiri di samping paviliun, saat melemparkan bola salju yang sudah dibuatnya.
Ivy menjatuhkan dirinya di salju yang sangat tebal. Semalam salju turun sangat lebat, dan pagi sekarang kembali membaik. Saat Ivy keluar, tiba-tiba saja tanah sudah tertimbun salju.
Dirinya menatap langit yang cerah. Kaki serta tangannya bergerak seperti spion mobil, membentuk malaikat (ngerti gak?😭). Ivy sama sekali tak memakai sapu tangan maupun beanie.
Saat menatap langit, tiba-tiba dia melihat Felix berdiri di samping kepalanya.
"Sedang apa?" Ivy langsung terduduk dan menatap Felix kikuk.
"Eng, tidak. Aku hanya sedang bermain salju, hehe." Ivy menyengir. Felix menggeleng-gelengkan kepalanya, lalu ikut duduk di samping Ivy.
Mereka memakai syal dengan warna yang sama. Felix memakai sapu tangan, dan sepatu bot, serta topi trapper berwarna cokelat.
Ivy membuat bola salju lagi, lalu dia lempar ke sembarang arah. Begitu terus sampai Felix bosan melihatnya.
"Lebih baik ikut aku." Belum sempat Ivy menjawab, Felix sudah menarik tangannya untuk berdiri, mau tak mau Ivy berdiri dan mengikuti Felix.
Felix tidak pergi ke kantor, dia bekerja di rumah. Tapi di rumah pun dia tak membuka laptopnya sama sekali, dan malah memilih untuk berjalan-jalan keluar.
Jangan ditiru ya teman-teman.
"Mau kemana?"
"Ke taman dekat sini." Sekarang mereka sedang berjalan di trotoar jalan, jarak mansion ke taman hanya perlu menghabiskan waktu 15 menit.
Di taman tak begitu banyak orang, kebanyakan di antaranya adalah remaja-remaja yang sedang berpacaran. Felix masih menggenggam tangan Ivy, berjalan ke arah kedai mobil.
Mereka mengantri pada urutan ke empat, cukup ramai juga, karena mungkin tak ada lagi kedai yang buka selain kedai mobil ini.
Felix melepaskan topi trappernya dan memasangkan pada kepala Ivy. Tangan Felix merangkul bahu Ivy, dan didekatkan pada tubuh Felix sendiri.
"Hot coffee latte dua." Felix memesan setelah mendapatkan antrian.
Membayar, lalu membawa kopi panas itu satu, dan satunya lagi diberikan kepada Ivy. Felix melepaskan rangkulannya pada Ivy dan pergi duduk di kursi taman, Ivy hanya bisa mengekor pada tuannya itu.
"Tadi kenapa merangkulku?" tanya Ivy, dia duduk di samping Felix karena Felix menyuruhnya.
Felix menoleh. "Jangan menganggap itu berlebihan, aku hanya ingin menolongmu dari tatapan lelaki yang sepertinya akan menggodamu."
Ivy menyeruput kopi yang sudah dia tiup sebelumnya. "Kalau begitu, terima kasih."
Felix mengangguk, dia minum kopi miliknya, namun dia melupakan bahwa kopinya masih sangat panas. Sehingga saat dia minum, lidahnya langsung sedikit melepuh.
Reflek saja Felix menjatuhkan cup kopi tersebut sampai tumpah dan menyerap ke dalam salju.
"Eh eh, pelan-pelan, tiup kopinya dahulu." Ivy menarik rahang Felix untuk menghadap wajahnya. Lidah Felix yang sedikit menjulur, Ivy tiup, tapi tidak sampai kena kok, tenang saja.
Angin yang berasal dari mulut Ivy, langsung terasa sejuk di lidahnya.
"Astaga, maaf." Ivy langsung melepaskan tangannya dari rahang Felix, menyadari perbuatannya yang mungkin tak sopan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Winter Girl
FantasyIvy diusir dari rumah karena telah lancang menolak lamaran seseorang yang sangat berpengaruh di kota Narnia, Rudolph. Ivy menolak mentah-mentah lamaran itu dihadapan Rudolph sendiri. Ivy memang warga Narnia biasa, tapi kekuatan dia tak main hebatnya...