V i e r ( 4 )

24 5 0
                                    

"Sabar ye bro, cewek tuh emang kurang sadar diri."

-Vano Pratama.

.
.
.
.

"Aripin. Lo gila, hah?!" tanya Grallie sewot.

"Gue waras sayang!" jawab Arvin dengan berseru dari sebrang sana.

"Tolol!" umpatan Grallie justru membuat Arvin tertawa bahagia.

"Ada apa?" tanya Davin ketika sudah berada di balkon kamar adiknya.

Dia kesini karena mendengar Grallie teriak. Ruang kedap suara yang seperti bioskop saja masih bisa mendengar teriakan Grallie, apalagi kamar bunda yang di samping Grallie untung Riska sekarang tidak berada di rumah.

"Aripin tuh kak!" adu Grallie manja sambil menghentak-hentakkan kakinya.

Tak sadar, ujung bibir Arvin terangkat dengan tulus sambil terkekeh. Arvin suka saat melihat Grallie mengadukan perbuatannya pada Davin, terlihat manja. Dia tidak pernah melihat Grallie manja setelah dua belas tahun Davin meninggalkannya, hanya wajah tegas tanpa senyum sedikitpun yang dia pamerkan, dan kali ini dia melihatnya lagi setelah sekian lama.

"Arvin, udah malem. Jangan cari gara-gara, sana tidur!" perintah Davin yang hanya di balas cengiran menyebalkan dari Aripin.

"Kalem bang, gue cuma cari pemandangan yang bagus tadi, hahaha." Setelah mengatakan itu, Arvin langsung memasuki kamarnya lalu mematikan lampu kamar.

"Tuh ka, gak minta maaf ihhhh." rengek Grallie yang sudah seperti anak kecil, sambil bergelayut manja di lengan kekar Davin.

"Ya udah, maafin aja yah.." ujar Davin lembut dan dibalas anggukan kecil Grallie.

"Hari ini kamu tidur di kamar abang aja deh," saran Davin, membuat Grallie tersenyum saat mendengarnya.

"Terus, Dania gimana?" tanya Grallie polos sambil mengerjapkan kelopak matanya.

"Dania udah tidur di bioskop, nanti kakak pindah ke kamar kamu." Grallie mengangguk lalu memasuki kamarnya.

Davin mendongak, melihat ada yang janggal dari semuanya. Tidak mungkin jika Arvin berjalan melewati tali yang hanya sebesar tangannya, untuk melalukan perbuatan ini apalagi tali ini sudah rapuh.

Dan ternyata benar, ada air yang menggenang di atas atap. Mungkin Arvin lebih memilih Grallie basah sekarang dari pada musuhnya itu basah saat akan berangkat sekolah, mengingat Grallie suka sekali berdiri di balkon sebelum berangkat sekolah dan bagaimana akibatnya jika Grallie batal sekolah hanya karena sesuatu yang sepele, dia akan menangis.

Saat Davin masuk, Grallie membuka suaranya, "Kakak pindahin dulu Dania, nanti aku menyusul kakak ke kamar." Davin tersenyum dan berlalu untuk membawa Dania ke kamar adiknya.

Setelah Davin keluar dari kamarnya. Grallie mengunci pintu kamar lalu mengganti bajunya yang basah akibat air yang dikirim Arvin tadi.

TOK.. TOK.. TOK..

Grallie membuka pintu kamar dan melihat Dania yang tertidur pulas di gendongan Davin seraya tersenyum.

Gravin [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang