N e u n ( 9 )

24 5 0
                                    

"Orang humoris hidupnya bergelimang haha."

-Grallie Zelma Anggara

.
.
.
.

Sebenernya cerita ini ada yang baca gak? Aku ngerasa sendiri nih
Gak ada yang komen sedikitpun, buat aku males up serius, nggak bohong!

.
.
.
.
.



"Grallie!" Kedua alis pemilik nama hampir menyatu, tumben sekali.

Cowok tampan di depannya sedang mengatur nafas yang tersegal akibat berlari, "Gimana semalem. Geludnya seru?!" tanyanya antusias. (Berantemnya seru?!)

Grallie memutar bola matanya, "Gue kira ada apa."

Mata cowok itu memincing, "Gak jadi gelud?"

PLAK

Grallie melayangkan tangannya pada bahu cowok tengil ini pelan, "Jadi. Gue menang!" jawaban Grallie tak sesuai ekspetasi, padahal dia berharap Grallie merajuk di depannya karena kalah.

"Lo menang atau bang Davin yang ngalah?" tanya cowok itu dengan curiga, jarak mukanya dengan Grallie hanya berkisar 5 cm. Tidak pantas percaya dengan musuhnya ini.

Grallie meletakkan telunjuknya di depan dahi sang musuh, dan mendorongnya pelan, "Dua-duanya," ungkapnya menyeringai puas dan pergi menuju kelas.

Arvin terus mengumpat sambil mengusap dahi yang memerah, kuku panjang Grallie menyakar sedikit dan itu membuat dahinya agak perih.

Tepukan keras di bahu memaksa Arvin menoleh, menemukan dua cowok yang selalu berbarengan kemanapun mereka pergi.

"Jahat lo ye ninggalin kita," protes Vano yang tak di dengarkan oleh pelaku.

"Ngomong sama setan mah gitu, suaranya tembus!" Tangan Arvin terulur menggeplak kepala Vano, jika dihitung sudah dua hari kepalanya terkena sasaran Arvin saat pagi hari.

Vano mengusap dada sabar, Arvin dalam mode senggol bacok mungkin sebentar lagi Bayu juga kena imbasnya.

"Vin, nanti sore ada jadwal latihan satu minggu lagi kita ada spar sama sekolah lain." Arvin mengangguk patuh, akhir-akhir ini tim basket putra memang tidak pernah berlatih bersama dikarenakan si kapten basket sibuk dengan osis.

"Lo nggak ada jadwal buat osis kan?" tanya Bayu curiga, memang kedua temannya juga bagian dari organisasi itu. Tapi, kelas XI sekarang sudah tidak sesibuk dulu karena ada adik kelas yang mengurusnya.

"Ada." Satu kata yang membuat keduanya mendesah kecewa, "Apalagi emang?" tanya Bayu frustasi.

"Gue harus awasin adik kelas buat bersihin ruang osis and taman belakang sekolah," jujur Arvin sebenarnya dia tidak tega melihat anggotanya gagal latihan karenanya.

"Paling jam 2 siang selesai, jadi kita bisa latihan." Air muka keduanya mendadak sumringah, dan langsung bertos ala-ala membuat Arvin juga ikut senang.

Tak kerasa obrolan mereka membawanya sampai di depan kelas dengan cepat, seluruh kelas menatap ketiganya heran, tidak biasanya Arvin dkk masuk kelas dengan tawa yang mampu membuat seluruh siswi terpesona.

Gravin [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang