F ü n f z e h n ( 1 5 )

17 3 0
                                    

"Ortu masih lengkap tapi berasa udah mati semua."

-Arvin Satria Bagaskara

.
.
.
.

Sekretaris osis itu sekarang tengah berada di antara 20 lelaki lebih yang menunduk sambil memainkan kaki mereka.

"SEKARANG IBU TANYA, MAKSUD KALIAN TAWURAN SEPERTI TADI ITU APA?!" bentak guru wanita yang tangannya sudah nangkring di sisi pinggangnya.

"Arga duluan bu yang mulai," ketua osis itu mulai membuka suaranya, kali ini mata tajamnya memandang ke arah Arga dengan sengit.

"Benar itu Arga?" tanya guru itu sambil menoleh ke arah Arga.

"Itu benar bu, Arga duluan yang membully saya." Itu bukan suara Arga, namun suara sang sekretaris osis, siapa lagi jika bukan Grallie Zelma Anggara.

"Ibu tidak bicara dengan mu, Grallie." Suara wanita itu terdengar kembali.

"Dan ibu tidak bisa menggali informasi dari Arga, yang terkenal tidak bisa berbicara jujur kepada semua orang." desis Grallie dengan rahang mengeras.

"Baiklah, dengan pertimbangan yang cukup berat. Kalian semua ibu skors selama 3 hari, kecuali Grallie, dia korban." papar guru BK yang semakin membuat mereka semua terkejut.

"Bu, tapi--"

"Diam, Grallie!" bentak wanita itu membuat mata Grallie spontan tertutup, "Jangan coba-coba untuk membela siapapun disini, jika kamu tidak mau ikut ibu skors. Tidak ada penolakan!"

Kepala Grallie tertunduk, lalu menatap semua orang yang juga menatapnya dengan tatapan iba, "Makasih dan sorry atas hal ini.." lirihnya yang di angguki semua orang.

Ketua osis itu mendekat, mengusap pucuk kepala Grallie lembut, "Udah sana ke kelas, belajar yang bener. Jaga diri baik-baik, nggak ada kita-kita yang jagain lo selain Davin." Grallie mengangguk patuh sambil tersenyum ke arah Arvin, Bayu, Vano, dan Alex.

"Sekali lagi makasih dan sorry," Vano merangkul bahu Grallie santai.

"Tenang tuan putri, kita nggak papa kok, yoi nggakk?!" seru Vano yang di balas acungan jempol seluruh siswa.

"Bukan salah lo," ucap Bayu tiba-tiba yang membuatnya tenang.

"Thanks."

____________________

Disini dia berakhir, hanya bisa menatap jalan raya yang tengah ramai karena semua orang berlalu lalang menggunakan kendaraannya.

Seluruh penghuni Smanova telah pulang ke asalnya, sedangkan dirinya masih bingung atas apa yang harus dia lakukan selanjutnya sebelum rintik hujan membasahi sekujur tubuhnya.

Dia mendesah kecewa, jika ada sahabatnya mungkin sekarang dia tengah berbaring di kasur empuk milik Anis, jika saja tadi dia ikut dengan abangnya pasti sekarang dirinya tengah berdiri di depan rumah.

Dengan cepat dirinya mengenyahkan pikiran gila itu, apa yang dia akan perbuat jika sudah di depan rumah? Menyapa orang asing yang tiba-tiba menginap di rumahnya? Cih, dia bukan resepsionis hotel yang menyapa tamunya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 13, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Gravin [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang