"Seolah tidak menginginkannya namun dia juga tidak bisa melepaskannya."
-Abilkar
.
.
.
.Wanita berkepala empat baru saja pulang dari kantornya, tangannya meraih pintu yang ternyata tidak tertutup, membuat dirinya langsung melihat benda yang melingkari pergelangan tangan.
Dia mengrenyit, "Udah jam 3, Grallie lupa kunci pintu?" tanyanya dan langsung masuk dengan tergesa-gesa.
Mulutnya terbuka lebar, mata yang tadinya menahan kantuk sekarang sudah membola saat melihat rumahnya berantakan. Bungkus jajanan ringan tergeletak di mana-mana, tusukan sate tersebar di lantai, bantal sofa yang terusun rapi sekarang sudah melayang hingga di anak tangga.
Ia terus berjalan sambil geleng-geleng kepala, hingga dia sampai di ruang keluarga, tersenyum sabar saat melihat kedua orang ini pelaku kehancuran ini.
"Astaghfirullah Grallie.. Arvin.." ucapnya sabar sambil mengelus dadanya.
Kira-kira seperti ini keduanya tidur, untung mereka tidak berpelukan. Jika iya, mungkin sudah Riska bawa ke KUA nanti.
Sebenarnya dia akan memarahi Arvin karena sudah berduaan dengan Grallie, tapi setelah melihat keadaan rumah yang tidak ada siapa-siapa disini membuatnya bisa memaafkan Arvin.
_____________________
"Pagiii!!" teriak Riska berhasil membuat keduanya membuka mata secara perlahan.
Kelopak mata mereka perlahan terbuka, melihat seseorang di depan--
"AAAAAAAAAAAAA!!!"
Kebiasaan, gue belum selesai loh..
Keduanya dengan serempak memeluk tubuhnya sendiri, "Lo nggak ngapa-ngapain gue kan?!" todong Arvin pada Grallie.
"HEH SAT! Seharusnya gue tanya itu ke lo!" balas Grallie tak terima, mereka belum menyadari akan kehadiran orang ketiga di sana.
"Udah Grallie, Arvin," lerai Riska.
"DIAM!" mereka berdua membentak Riska bersama-sama hingga dia tersentak.
Mata keduanya membola, serempak menoleh kesamping di mana Riska berdiri sambil bersedekap di depan dada.
"BUNDA!" teriak Arvin dan Grallie terkejut hingga punggungnya menubruk sandaran sofa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gravin [On Going]
أدب المراهقين[Follow dulu gan! Baru boleh baca.] *Status: On going-!* - _*Saat ketua osis disatukan dengan sekretarisnya.*_ 11 tahun sudah berlalu. Selama itu, permusuhan yang mereka bangun masih tetap kokoh bak benteng yang tidak bisa diruntuhkan. Cerita ini te...