"Om Anggara receh banget, pantesan putrinya berbakat melawak."
-Arvin Satria Bagaskara.
.
.
.
.Gadis itu mundur, menjauhi seseorang yang melangkah maju mencoba untuk menggapai tubuh putrinya.
"Rara, ini ayah.." lirih lelaki dengan jas hitam melekat di tubuhnya.
Langkah gadis itu terhenti, menatap lelaki itu dingin, "Ngapain kesini?"
"Ayah kesini buat kamu, Grallie.." ucapnya mencoba sabar akan sikap putrinya.
Grallie, gadis cantik yang takut kepada ayahnya-Anggara. Grallie terus menguatkan hatinya agar dia tidak menangis di hadapan Anggara, dia yakin kerinduannya ini hanya karena dia baru pertama kali bertemu lelaki itu sesudah 12 tahun terpisah.
"Ngapain kesini, belum puas buat saya kehilangan cinta pertama saya pergi ninggalin saya sendiri?!" teriak Grallie histeris.
"Ayah cuma--"
"Cuma apa? Cuma ninggalin saya dan pergi tanpa kabar bertahun-tahun?!" potong Grallie cepat lalu terkekeh.
"Anda siapa?" tanya lirih suaranya hampir tercekat.
"Ini ayah, Grallie.."
"Ayah? Ayah saya sudah meninggal 12 tahun yang lalu," ucapnya lalu pergi dari sana.
Davin mengerjar adiknya, "Dek--" lengannya di cekal Anggara, dia menggeleng membiarkan putrinya menerima kenyataan, mungkin ini berat untuknya tapi dia harus terima kenyataan pahit ini.
____________________
Arvin menunggu di balkon kamarnya. Taman belakang rumah Grallie masih sepi, tidak ada siapa-siapa. Apakah Davin berbohong padanya?
Setelah menunggu beberapa saat, tiba-tiba telinganya mendengar suara teriakan yang dia kenal, suara itu langsung membuatnya turun dari balkon kamar.
Plak.. plak.. plak.. plak..
Suara sandal rumah mengetuk anak tangga menggema keseluruh ruangan, saat sudah sampai di anak tangga terakhir tiba-tiba pintu rumah di buka keras oleh seseorang.
Tubuhnya langsung di tubruk oleh tubuh mungil seseorang, Arvin yang terkejut karena tiba-tiba gadis ini pingsan langsung membawanya ke kamar.
Setelah menidurkan cewek ini, dia langsung keluar dari kamar, "Bentar Lie, gue mau liat siapa yang udah bikin lo kayak gini."
CEKLEK
Pintu rumah terbuka dan mulutnya pun ikut terbuka, terkejut karena melihat seseorang yang tidak pernah dia lihat selama ini. Dia kira orang itu sudah tiada, mengingat Grallie pernah berbicara seperti itu padanya.
"Om Anggara!" panggil Arvin dari depan rumahnya saat Anggara baru ingin masuk ke rumah Grallie.
"Kamu siapa?" tanya Anggara, dia lupa penghuni rumah yang ada di sebelahnya.
Arvin mencebik, "Ck, om ini. Aku Arvin, yang dulu di panggil Ipin sama Rara."
Anggara mengrenyit lalu kemudian tersenyum, Arvin keluar dari gerbang dan menyalimi Anggara, "Wahh Ipin sudah besar sekarang, kenapa nggak botak?" tanya Anggara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gravin [On Going]
Jugendliteratur[Follow dulu gan! Baru boleh baca.] *Status: On going-!* - _*Saat ketua osis disatukan dengan sekretarisnya.*_ 11 tahun sudah berlalu. Selama itu, permusuhan yang mereka bangun masih tetap kokoh bak benteng yang tidak bisa diruntuhkan. Cerita ini te...