Langit Bersih Tanda Sebuah Harapan.

1.2K 13 6
                                    

"nanti malem jadi?" seseorang bertanya untuk memastikan padaku.

"jadi lah" jawabku.

"yah aku ada urusan mendadak. Maaf ya" katanya lagi.

"oh gitu, okedeh gapapa." Balasku sedikit kecewa, namun aku tau dia bukan orang yang mudah membatalkan janji sehingga aku tau itu pasti hal yang sangat penting.

Ku matikan telfon itu dan kembali melanjutkan pekerjaanku. Aku yg sudah memasuki semester akhir ini mulai disibukan oleh magang. Namun kampusku tidak mengizinkanku untuk magang di Restaurant milik ibuku maupun hotel ayahku, sehingga kini aku magang di sebuah restaurant milik rekan bisnis ibuku.

"Yusa!" Head Chef memanggil namaku.

"Iya Chef!" Balasku sigap.

"Siapa yg ngijinin lo ngangkat telfon ditengah jam kerja?!" ia kembali memarahiku.

"Maaf Chef!" Balasku takut.

"Hari ini lo jadi Waiter, gak ada lo nyentuh peralatan Chef di dapur." Head Chef memberikan hukuman padaku.

"tapi Chef?!" Aku mencoba untuk menawar hukumanku.

Aku adalah seorang Chef, tapi ia menyuruhku untuk menjadi waitress hanya karena menelfon. Aku tidak terima karena aku merasa ilmu dari Chef berpengalaman yg seharusnya aku dapatkan malah tidak bisa aku dapat.

"Waiter atau minggu depan lo baru boleh nginjekin kaki lagi di resto ini?" Chef memberikan ku pilihan.

"Baik Chef..." aku tidak bisa membayangkan bila aku ditendang dari dapur ini seminggu, internshipku akan bertambah lebih lama lagi.

Aku mau tidak mau harus mematuhi perintah Head Chefku. Aku memulai tugas baruku, melayani tamu dan mengantarkan makanan. Superviser mengajarkanku bagaimana menjadi waiter yg baik, ia mengajarkanku dasar-dasar secara singkat namun mudah di mengerti. setidaknya aku harus menghapal 30 jenis makanan dan minuman yg disajikan dan artinya agar bila pelanggan tidak mengerti waiter dapat menjelaskannya. Aku diajarkan table manner, cara menyajikan makanan dan berbagai keahlian lainnya. Ternyata sulit juga menjadi seorang waiter.

"Mas makanan saya belom dateng ya" Seorang pelanggan memanggilku.

"ah iya sebentar saya cek dulu ya" Balasku tetap ramah.

Aku bergegas berjalan ke tempat makanan keluar, berniat untuk menanyakan makanan pelanggan itu.

"Mas! Sauce nya kok sedikit banget ya?!" pelanggan lain memanggilku.

"ah. Coba saya tanyakan ke kokinya ya pak" balasku kembali sambil mengambil makanan itu.

Kembali ku berjalan menuju dapur untuk melayani keluhan costumer. Sambil membawa makanan yang mendapat keluhan dan nampan untuk membawa makanan selanjutnya, aku berjalan melewati meja-meja pelanggan menuju dapur.

"Mas!! Saya mau pesan lagi dong!" kembali pelanggan melambaikan tangannya memanggilku.

Aku berjalan mendekati meja pelanggan tersebut untuk mendengarkan keluhannya. Namun karena terburu-buru sehingga kaki kehilangan keseimbangan dan terjatuh. Tubuhku jatuh ke lantai restaurant ini, piring di tanganku, jatuh, pecah dan makanan diatasnya tumpah. Lantai restaurant ini menjadi kotor juga baju putihku yang juga ikutan kotor.

"Yusa!" mas Heri, salah satu waiter membantuku berdiri.

Wajahku berubah memerah menahan sakit dan malu, mas Heri memerintahkanku untuk ke belakang dan mengambil alat kebersihan. Aku mengikuti perintah mas Heri dan bergegas kebelakang. Aku dapat melihat para pelanggan dan Waiter lain menatapku. Entah apa yang ada dipikiran mereka saat ini, aku hanya berani menundukan kepalaku.

Sekarang Sedang Jatuh Cinta Season 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang