Lee Minju tahu hidup tak hanya dipenuhi oleh hari-hari baik. Namun ia mulai mempertanyakan apakah hidup akan selalu dipenuhi oleh hari-hari buruk. Semesta dengan kejam menghukumnya seolah tak ingin tahu apa yang tengah terjadi pada Lee Minju.
Dengan rungu yang masih bekerja dengan baik, Lee Minju mendengar helaan nafas dari kekasihnya setelah beberapa menit yang lalu ia mengatakan kebenaran yang mungkin disadari oleh prianya.Dan saat manik kembali melihat prianya, lagi-lagi Lee Minju dihadapkan oleh mata yang menatapnya sendu seolah memberi tahu bahwa ia tengah menyadari akan kesalahannya. Sepersekian detik Lee Minju mungkin menyesali perkataannya, namun ia hanya melanjutkan apa yang telah dimulai oleh kekasihnya itu. kembali menjadi dirinya, Lee Minju dengan segala keangkuhannya.
Dengan senyum yang dibuat seolah ia tidak pernah melakukan kesalahan, Elleanor membalas perkataan Lee Minju.
"Maaf nona Lee, Mungkin yang anda katakan itu benar. Bahwa tuan Park menyukai wanita dengan standar tinggi maka dari itu saya tidak masuk kedalamnya."Lagi. Wanita itu mulai bertingkah seakan dia tidak merebut apa yang sudah menjadi miliknya.
Sambil membuang muka Lee Minju bangkit dari sofa dan kembali berucap.
"Ku beri seluruh waktuku hanya untuk mengatakan ini padamu, jadi berhentilah bersandiwara.""Hmm,.. mungkin aku sudah ketahuan, baiklah aku akan berkata jujur." Sambil menerbitkan senyuman yang ia yakini adalah senyuman mengejek.
"Aku memang menyukai pria tampanmu ini nona. Lihatlah, dia bahkan sudah tergoda bahkan sebelum aku menggodanya" sambungnya.
Menyulam senyum miringnya, dengan tawa yang sepersekian detik setelahnya mulai terdengar, Lee Minju kembali membalas "ku beri tahu satu rahasia. Aku ragu apakah kau pernah mendengar ini atau tidak. Begini Nona Elleanor, yang kedua hanya hadir sebagai pelengkap. Yang kedua hanya melengkapi yang pertama namun yang kedua tidak akan bisa mencukupi atau bahkan menggantikan yang pertama..,"
"Sayang sekali nona, kau hadir hanya sebagai pelampiasan kekasihku. Menyedihkan." Sambung Lee Minju sembari berjalan menuju pintu keluar. Tak lupa senyum itu, Senyum kemenangan.
Sambil mengepalkan tangannya Elleanor berusaha mengontrol amarahnya atas apa yang telah dikatakan kekasih dari pria yang selama ini mengganggu pikirannya. "Brengsek!" Imbuhnya dalam hati.
--
Ketika malam semakin menguasai bersama gelap yang ikut serta, wanita bermarga Lee itu mendengar suara langkah kaki menuju kamarnya. Siapa lagi jika bukan kekasihnya. Pria berusia duapuluh sembilan tahun itu memilih pulang lebih awal entah dengan alasan apa.
Setelah cukup lama hening menyapa, Lee Minju dikejutkan dengan melingkarnya kedua lengan kekar ditubuhnya diiringi dengan suara nafas hangat yang menyapa rungunya.
"Aku merindukanmu... begini saja, aku hanya ingin memelukmu seperti ini.." ucap Park Chanyeol setelah Minju berusaha melepaskan tangannya dari tubuh wanita itu.
"Kau baru sampai, mandilah terlebih dahulu agar kau bisa memelukku dengan puas"
"Bagaimana jika kau yang memandikanku?" Senyum jail itu mengembang dibibir tebal milik Park Chanyeol.
"Dasar bayi! mandilah sendiri yeol.., aku tidak ingin melihat anaconda" ujar Lee minju.
"Anaconda tidak akan bergerak jika tidak ada lubang" sela Park Chanyeol yang dibalas cubitan dari Lee Minju.
Setelah selesai membasuh tubuhnya, Park Chanyeol keluar dari kamar mandi hanya dengan menggunakan bathrobe. Biasanya ia akan langsung menuju ruang ganti namun kali ini tidak. Ia memutuskan untuk menyusul Lee Minju ke ranjang yang sedang disibukan dengan buku ditangannya. Wanita itu terlihat begitu mempesona, tidak lupa dengan kacamata yang bertengger dihidung mangir itu. Setelah puas menatap kekasihnya, Park Chanyeol berucap. "Ingin membantuku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
POISON [PCY]
Fanfictionft. Park Chanyeol from EXO Dia adalah wanita angkuh yang mendominasi. Sangat pas jika disandingkan dengan pria brengsek yang gemar membuat masalah. Lee minju dan Park Chanyeol, Ibarat air dan minyak yang tidak akan pernah menyatu namun selalu beriri...