Senin

7 1 0
                                    

Senin. Hari yang bikin kesal. Tapi tak semua senin bisa dicap seperti itu. Ketika ada hari dimana itu senin dan itu juga bertepatan dengan hari libur, masih mau bilang senin adalah hari yang bikin kesal? Munafik, manusia menyebalkan. Tinggal menikmati hari dengan sepenuh hati saja susahnya minta ampun.

Ialah Nadalea, orang yang punya pemikiran seperti itu. Perempuan yang siap menceramahi siapa saja yang bilang jika hari senin adalah hari menyebalkan. Memang sih, sehabis upacara kaki pasti keram, keringat membuat ketiak basah, dan kepala serasa mau meledak. Kalau orang tak mengerti betul hikmah yang terkandung dalam upacara bendera, kemampuan akting orang tersebut meningkat tajam. Nada pernah mendapati temannya jelas-jelas sedang cekikikan menahan tawa di atas tandu sementara petugas yang mengangkatnya tegang seperti menangani pasien kecelakaan dilindas truk tronton.

Setelah tuntas keperluannya di ruang guru, Nada menyempatkan pergi mengunjungi temannya di uks. Pelajaran akan dimulai satu jam setelah upacara, masa itu juga digunakan remaja-remaja haus popularitas untuk melakukan hal agar menarik perhatian. Memandang ke kiri, Nada melihat kumpulan laki-laki, salah satunya memegang kamera dan yang lainnya hanya ikut-ikutan muncul dalam frame kamera.

"Halo guys, bertemu lagi  dengan gue di channel yang kece ini. Oke, kali ini gue sama temen-temen gue mau bikin prank ngagetin guru yang lagi makan soto di kantin. Mau tahu gimana? So, ikutin kita terus..."

Memandang ke kanannya, Nada hampir berjingkat mundur melihat kumpulan perempuan dengan dandanan menor bin naudzubillah.

"Bisa diliat ya sis, lipstik ini bener-bener sangat rekomended. Warnanya cerah merona dan sangat ringan. Untuk bedaknya, coba perhatikan teman saya ini yang sudah saya permak, kelihatan halus dan putih, kan? Pensil alisnya juga gak diraguin lagi, bener-bener tebel pol. So, buat kakak dan adek yang butuh inspirasi make up, bisa ikutin channel ini terus ya, dadah bye bye."

Sampai di depan pintu uks, Nada bertegur sapa dengan kenalannya yang merupakan ketua PMR, perempuan ketus tapi disiplin, pantas ia dipilih sebagai ketua. Dari dalam, orang-orang yang mengeluh sakit saat upacara mulai berhamburan keluar. Sekarang hanya tersisa lima orang termasuk teman sekelasnya, Nesya.

"Nada!!! Tolongin gue, ketua PMR sialan!"

"Kenapa sih? Ini udah ke-entahberapapuluhkali gue jemput lo di uks setiap senin."

"Siapa sih yang ngelantik ketua PMR songong kaya dia?"

"Namanya Lena."

"Gue tadi disuruh minum obat sakit perut masa."

"Terus?"

"Lo tau kan gue sakit cuma pura-pura, selama ini belum ada yang maksa gue minum obat selain ketua songong itu."

"Tapi sebelumnya lo bilang ke Lena kalo lo sakit perut?"

"Iyalah, biar dia percaya."

"Nah, Lena gak salah. Lo yang salah, wajar dong kalo sakit perut dikasih obat sakit perut."

"Ya tapi..."

"Tapi apa hah?"

"Gue...sakit perut beneran jadinya."

Nada memutar mata malas lalu mengambil kembali tumpukan buku yang sebelumnya ia taruh di atas nakas di samping kasur Nesya. Dengan malasnya ia keluar pintu uks.

"Bilang ke Pak Hasan gue izin. Sakit perut beneran sumpah, Nad."

"Liat jadwal dulu sebelum berangkat sekolah kenapa."

"Maksudnya?"

"Pak Hasan lagi naik haji. Jadwalnya dituker sama Pak Sarwi."

Setengah jam, masih ada banyak waktu sebelum guru pelajaran pertama masuk. Biasanya Nada menyempatkan diri mempelajari materi-materi yang belum diajarkan. Oh, bahkan dia telah menyelesaikan lima bab yang seharusnya selesai dalam dua bulan ke depan. Bisa dibilang iya jika Nada adalah orang yang mementingkan nilai pelajaran.

Tiba-tiba ada ribut-ribut di depan sebuah kelas tak jauh dari kelas yang Nada tempati. Beberapa siswa tampak mengerubungi dua orang siswa lainnya sambil bersorak sorai.

"Terima...terima...terima."

Ah, Nada tahu apa arti dari gerombolan orang-orang ini. Sempat ia lihat dari beberapa celah, seorang siswa laki-laki sedang memberikan bunga mawar merah pada seorang siswa perempuan. Laki-laki tinggi itu tersenyum percaya diri, kelihatan sangat yakin kalau tak akan mendapat penolakan. Sementara yang perempuan malu-malu, mulutnya ditutupi kedua tangan, kelihatan kalau ia sudah menunggu selama berabad-abad untuk momen ini.

Menariknya, momen menyatakan cinta itu seolah menjadi magnet seluruh siswa. Kumpulan siswa bertambah banyak. Belum berakhir, perempuan yang ditembak masih tersenyum malu-malu alih-alih langsung memberi jawaban. Nada sih tak ingin tahu, tapi kesal betul karena orang yang datang semakin banyak membuat ia harus mengeluarkan tenaga ekstra membebaskan diri dari kerumunan dan sampai di kelasnya dengan utuh.

"Heh??? Beneran Hilda ditembak sama Viano?" tanya seorang siswa, tampak terburu-buru hanya demi melihat momen itu. Di tangannya, ia masih memegang semangkuk bubur ayam

"Iya, so sweet banget ih. Mereka tuh couple goals sekolah kita banget gak sih?"

Nada menghembuskan napas lega, tangannya bergerak seolah membersihkan debu di pundaknya. Sekarang ia tahu kenapa peristiwa tadi menjadi daya tarik, siswa populer sedang menembak siswi populer. Nada mendecih, mainstream sekali dunia ini.

Gara-gara itu lima belas menit terbuang sia-sia. Nada kesal, ia melepas kacamatanya yang berembun dan membersihkannya dengan tisu yang ia bawa. Masa remaja, bodo amat dengan pernyataan cinta. Tapi meskipun begitu, bukan Nada tak pernah menyukai seseorang. Ia perempuan normal, perempuan mana yang mengaku tak pernah menyukai seseorang selama enam belas tahun hidupnya? Sini maju, biar ia dihabisi oleh Nada.

Nah, masalahnya, seketika itu juga Nada serasa emosi. Ia mengepalkan tangannya kuat-kuat. Menyukai seseorang itu, apakah hal bahagia yang pernah ada? Ada benarnya, tapi orang yang sedang ia sukai sekarang benar-benar tak becus. Inginnya Nada tak menyukai lagi, tapi perasaan tak bisa dibohongi. Sekarang Nada hanya bisa berharap semoga ada seseorang yang membuatnya menyukai orang lain untuk menghapus perasaannya yang sekarang, tentang disukai balik itu urusan belakangan.

Argghh lagi-lagi emosinya tak tertahankan, ia harus segera menghapus perasaannya yang sekarang. Buku olimpiade yang dipegangnya menjadi kusut di beberapa bagian karena ia remas.

"Kak Nada...buku olimnya jangan dibuat kusut gitu dong."

"Eh?"

"Daritadi aku nanya loh, jadi kapan tim kita mulai belajar kelompok?"

"Eh?"

"Ih Kak Nada, kalo urusan pelajaran aja nyambung. Kenapa sih dari tadi bengong?"

Ah, iya. Nada baru sadar ia sudah sampai di kelasnya. Di hadapannya itu entah dari kapan muncul adik kelasnya. Ia melihat ke belakang, kumpulan orang-orang sudah mereda.

"Hari sabtu di tempat biasa."

"Oke, lain kali jangan bengong lagi ya, Kak."

"Siapa yang bengong?"

"Aku, aku yang bengong. Udah ya, sampai ketemu lagi," adik kelasnya itu tampak kesal

Sampai mana tadi? Oh iya, pokoknya Nada tak akan menyukai orang itu lagi. Nada harus jauh-jauh dari orang itu. Ia punya banyak alasan, akan ia ceritakan di bab-bab selanjutnya.
Kemudian bel berbunyi. Kok rasanya hari senin kali ini adalah hari yang bikin kesal ya?

Viano TaleWhere stories live. Discover now