Buaya tak waras

6 2 0
                                    

Hanya Nesya yang tahu, bagaimana kehidupan Nada di rumahnya. Ia juga satu-satunya teman di kelas yang tahu jika keluarganya membuka jasa bimbel. Satu yang Nesya tak tahu adalah jika Nada dan Viano saling mengenal, bahkan sangat dekat saat SMP dulu. Tak boleh sampai bocor karena akan sangat merepotkan, Nesya akan heboh sendiri seperti kesetanan. Nada sudah tak mau lagi berurusan dengan orang populer, banyak risiko, meskipun Viano tak sepenuhnya salah, tetap Nada harus menjauhinya. Untuk membuang jauh-jauh perasaannya, tentu seseorang harus menjauh bukan? Sialnya orang yang ia suka bahkan dari SMP adalah Viano. Sialnya lagi, Viano membuat kerepotan karena suka muncul tiba-tiba di dekatnya.

Hari selasa saat pulang sekolah, Nesya buru-buru pulang karena ada acara keluarga. Tadinya ia memintanya untuk menemani pergi ke perpustakaan daerah. Jadilah Nada pergi sendiri, saat berjalan menyusuri trotoar, saat itu juga Nada dibuat terkejut oleh suara motor di sampingnya.

"Oi, Nad."

Viano lagi, memang sih, perjanjiannya mereka harus bersikap seolah tak mengenal di lingkungan sekolah. Tapi ini juga masih dekat dengan sekolah, Nada menengok ke belakang takut-takut  apakah ada orang lain selain mereka.

"Gue udah anterin Hilda pulang kok."

"Ga nanya sumpah."

"Gue mau ke perpustakaan daerah, mau ikut?"

Kenapa Viano tiba-tiba ingin pergi ke tujuan yang sama? Nada memutar otak agar Viano cepat-cepat menghilang dari pandangannya.

"Ogah, orang gue mau beli es boba Mang Beti kok."

"Es boba Mang Beti tiap hari selasa tutup."

Nada merasa ceroboh, ia lupa jika tempat menjual es boba favorit anak-anak sekolah tutup di hari selasa.

"Iya gue tahu, makanya sekarang gue mau pulang."

"Otak emas lo agak korslet apa gimana? Ini bukan arah jalan pulang lo."

Nada buru-buru memutar langkahnya, tapi dicegat oleh Viano.

"Nad, please kali ini gue butuh bantuan lo. Cariin buku referensi buat tugas kelompok, gue gak ngerti apa-apa."

"Tumben lo dikasih tugas begitu? Biasanya lo jadi tukang print atau gak tukang geser-geser slide pas presentasi."

"Tadinya ini tugas si Evan, dia kabur ke bioskop buat nonton anime favoritnya."

Menyebalkan sekali melihat wajah memelas Viano, Nada akan menurutinya karena memang tujuan awalnya adalah mengembalikan buku ke perpus. Akan terkena denda jika telat mengembalikan.

"Nih, pake helm biar muka lo gak keliatan. Lagian lo aneh banget, di saat yang lain pengen temenan sama orang famous lo malah pura-pura gak kenal."

"Diem deh, cepet gue buru-buru mau pulang."

Motor melaju kencang sekali, Nada hampir tak bisa napas. Di sepanjang jalan Nada memukuli punggung Viano berkali-kali menyuruhnya agar tak sembrono di tengah jalan. Sulit untuk menjinakkan seorang Viano, barulah saat sampai di perpustakaan, Nada menghembuskan napas lega. Kakinya gemetar, sudah lama dia tak dibonceng olehnya.

"Oi, lo bonceng Hilda apa ngebut-ngebut begitu juga?"

"Ya gak lah. Bisa marah dia nanti."

"Lo ga takut gue marah?"

"Eh? Nadalea bisa marah juga?" Viano menepuk-nepuk kepalanya, Nada langsung menepis

"Mati aja deh lo."

Nada agak sedikit menjauh ketika berjalan bersama Viano, mata yang dilapisi kacamata ia gunakan untuk memandang kesana kemari. Aman, tak ada anak sekolahan dari SMA-nya sedang berkunjung ke perpustakaan. Lalu ia bergegas menemui penjaga perpustakaan untuk mengembalikan buku yang ia pinjam minggu lalu. Di belakangnya, Viano asyik bermain hp entah sedang apa.

"Buku apa yang dicari?"

"Eh? Itu, buat pelajaran biologi. Lo tahu sendirilah materi yang terakhir diajar. Tentang sistem representasi kalo gak salah."

"Sistem respirasi! Jangan bikin emosi deh."

"Kan gue gak tahu, maap deh mbak jago."

Kalau dilihat dari tugasnya, kelompok Viano rupanya sedang menjalani masa remedial. Beruntungnya, sampai saat ini Nada tak pernah mengalami bagaimana rasanya saat remedial, Tapi manusia tetaplah manusia. Tak ada yang sempurna, Nada selalu langganan remedial pelajaran seni budaya. Apalagi dalam seni musik, tak ingin mengakui, tapi Nada benar-benar payah dalam bidang itu. Nada yang tak mengenali nada, begitu teman-teman kelas menyebutnya.

Sementara Nada mencari buku biologi, Viano menghilang entah kemana. Beneran, Viano selalu membuat ia kerepotan, itu juga salah satu mengapa alasan Nada menjauhinya. Nada tak membencinya, ia hanya membenci terlibat dengan orang-orang populer setidaknya untuk saat ini. Viano adalah orang yang sulit untuk tak populer, mengerti kan maksudnya? Kalau kata orang-orang, ia mempunyai segala hal yang menjadi indikator populernya seseorang. Mulai dari gaya rambut, bentuk wajah, mata tajam, postur tubuh, dan poin plusnya ia pandai bermain alat musik. Intinya Viano itu menawan, sangat. Sebagai seorang perempuan, bohong kalau Nada tak menyukainya walau sedikit. Poin minusnya, Viano hobi sekali bergonta-ganti pacar sejak SMP. Nada tak bisa menyebutnya buaya darat, tak bisa juga disebut buaya baik hati, sampai sekarang Nada menyebutnya sebagai buaya tak waras.

"Kalo gitu caranya, pacarin aja cewe satu sekolahan tuh," ujar Nada geram

Nada menemukan Viano sedang duduk bersandar di rak khusus bidang musik. Di situ Viano tiba-tiba mengatakan alasannya berpacaran dengan Hilda. Nada ingat jika Viano pernah berkata tak akan membiarkan seseorang yang menyukainya tak mendapat apa-apa. Hilda dengan gigihnya mengejar Viano, maka Viano akan dengan senang hati menerimanya.

"He? Ya kali cewe satu sekolahan suka sama gue. Sehebat apa gue emangnya?"

Niat untuk merendahnya membuat Nada kesal. Buaya tak waras, jika ia terus berpikir menyenangkan perempuan yang menyukainya maka tak akan ada habisnya. Viano sudah menyakiti banyak hati perempuan kalau ia sadar.

"Lagian ya, selama gue pacaran, gue gak pernah mutusin cewe, mereka sendiri yang mutusin gue karena berbagai alasan. Gue juga tahu kalo beberapa dari mereka bahkan gak tulus. Gue jujur kalo gue belum bisa suka sepenuhnya seperti mereka suka gue, mereka gak keganggu kok, istilahnya gue sih gapapa dimanfaatin buat ngincer popularitas."

"Gini deh, sebenernya tujuan sebenarnya lo dari pacaran tuh apa?"

"Ngisi waktu luang."

Mulai, jawabannya membuat Nada makin kesal. Sekarang Nada ingin menyebutnya sebagai Buaya bego plus gila tak terkira.

"Beneran Nad, gue pacaran biar setiap waktu atau setiap weekend bisa pergi daripada di rumah terus kesepian. Lo tau kan rumah gue sepi kaya kuburan?"

"Ada banyak kegiatan yang bisa dilakuin selain pacaran kalo akal sehat lo udah balik. Udah lah, bangun! Ayo pulang keburu sore."

Viano bangun dan meletakkan kembali buku partitur ke rak tempatnya semula.

"Daripada itu, lo sih diajak pacaran malah gak mau. Lo, apa masih suka sama gue? Jadi selingkuhan gue aja gimana?"

Nada benci mengungkit-ungkit masa lalu.

Viano TaleWhere stories live. Discover now