Badak

5 1 0
                                    

Pagi yang dingin, sepi, dan tenang. Nada sibuk sendiri dengan tanaman bunga di depan kelas. Ini pekerjaan yang paling disukainya di antara pekerjaan piket lainnya. Lantai sudah kinclong, jendela tak berdebu, kursi-kursi tertata rapih setelah sebelumnya berantakan macam kapal pecah, hanya satu yang kurang yaitu papan tulis putih masih kotor karena tinta spidol belum terhapus. Nada yang melakukan itu semua.

Hampir dua tahun ia bersekolah di sini, Nada mendapat banyak pengetahuan tentang berbagai karakter siswa yang tercermin dalam jadwal piket.

Apa sebenarnya yang diharapkan jika di sebuah kelas terdapat jadwal piket? Jadwal itu terpampang sangat jelas di depan pintu, Nada menatap kertas itu intens, serasa ingin menyumpah serapah. Nama Nadalea berada di urutan paling atas piket hari selasa. Ingat betul ia saat kepala sekolah berpidato di awal tahun tentang pentingnya melatih kedisiplinan, tanggung jawab, dan kekompakan dengan disusunnya jadwal piket.

Apa yang Nada dapat? Dibanding senin, selasa pagi adalah hari menyebalkan. Tak ada alasan untuknya untuk tak berangkat sangat awal di hari itu. Nada punya tim piket yang buruk, dari lima orang, satu orang adalah atlet internasional yang jarang masuk kelas, satu lainnya adalah murid setan dimana sejarah masuk sekolah paling paginya adalah tiga menit sebelum gerbang ditutup, yang lainnya adalah siswi entrepreneur yang setiap paginya berkeliling ke penjuru sekolah menawarkan pulsa dan top up game sebelum akhirnya datang ke kelas.
Satu orang lain lagi, ialah Nesya yang sedang berlari ke arahnya dengan tali sepatu tak terikat sempurna.

"Sorry Nad, seperti biasa bokap gue ceramah setiap pagi."

"Sans, kaya gak biasa aja."

"Papan tulis masih kotor kan?"

Nada mengangguk.

"Nah kan, biar gue yang hapus. Lo bisa apa tanpa gue, kalo papan tulis kotor kan guru bisa ngamuk."

"Pelototin tuh mata, lantai kinclong, bunga udah seger, jendela mengkilap, bersihin papan tulis doang mah apa."

"Pahala buat lo, Nad. Yang penting gue kerja loh ya, gak kaya si Samsul, Arif, sama Lilis. Btw katanya Arif lagi lomba di Eropa ya?"

"Iya kali, mana gue tau."

"Iya, gue denger-denger dia lagi lomba panahan di Mesir. Boleh kali ya gue minta oleh-oleh serpihan mumi Firaun."

"Boleh-boleh aja setelah lo sadar kalo Mesir bukan di Eropa!"

Biasanya setelah pekerjaan piket telah selesai, Nada akan berjaga di depan kelas macam tentara. Murid-murid setan lain sewaktu-waktu bisa mengacaukan pekerjaannya. Terakhir kali tanaman yang sudah ia susun rapih di depan kelas disenggol oleh kumpulan murid yang berlarian mengejar seseorang untuk menagih pajak ulang tahun. Dua minggu lalu lantai yang sudah ia pel sampai kinclong dinodai oleh kucing setan sekolah yang dengan sombongnya berlenggok tak memahami perasaannya.

Badan kucing itu berwarna oren campur hitam, matanya kuning dengan luka di telinga. Bentukannya tak lucu sama sekali, bahkan temannya yang merupakan murid pecinta kucing berusaha jauh-jauh dari kucing itu. Apalagi hobinya yang mencuri makanan, ibu-ibu kantin sudah banyak yang menjadi korban. Semua orang benci pada kucing itu, kucing yang malang. Bukan berarti tak ada yang peduli padanya, satu-satunya orang yang tak membenci kucing setan itu malah setiap pagi memberinya makan, bahkan diberinya kucing itu piring dan air dalam gelas. Kalau gelasnya berpermukaan lebar, Nada akan memaklumi, tapi yang Nada lihat gelas itu bahkan tak bisa dimasuki moncong kucing sedikit pun. Orang yang memberinya mestilah tak waras. Orang tak waras itu lagi-lagi Viano.

Nada jadi ingat sewaktu mereka berdebat mempermasalahkan kucing setan itu.

"Ngaku deh, sebenernya tujuan lo apa tiba-tiba jadi suka sama kucing? Perasaan lo dulu kalo denger suaranya aja langsung kabur."

"Gini Nad, ada yang bilang kalo cowok pecinta kucing itu adalah cowok yang lembut dan manis. Kalo gue udah ganteng, bisa main musik, otw bisa main basket, pecinta kucing, kurang apalagi coba gue?"

"Ya tapi lo juga harus pilih-pilih, kalo bentukannya kucing anggora yang putih, kinclong, dan gak hobi nyolong makanan baru deh gue dukung. Lah ini udah bentukannya ga jelas, suka nyakar, suka nyolong makanan, ga punya masa depan, gimana coba?"

"Sama kucing aja rasis ya lo. Kasian tuh kucing sendirian, gak ada emak bapaknya. Gue gak mau ya kucing itu ngerasa kesepian, dijauhi, dia cuma mau cari makan buat bertahan hidup, Nad."

"Ya tapi nyolong juga gak baik."

"Ntar gue ajarin dia nyari duit, cara pesen makanan di kantin juga kalo perlu sekalian gue ajarin."

"Nah gitu dong, btw nama kucingnya siapa?"

"Badak."

"Kok badak sih?"

"Iya, gue kasih nama badak supaya dia tumbuh kuat dan gagah seperti badak."

"Mana bisa begitu Viano!!! Muka lo badak bercula!!!"

Nada jadi bingung ingin tersentuh atau tidak, sebagai orang yang populer, mungkin banyak orang yang tak tahu tentang sebenar-benarnya Viano. Nesya berkali-kali bilang kalau Viano adalah orang paling cool, setelah Aron tentunya. Cool, keren, dan romantis, kadang-kadang Nada mengakuinya tapi semua itu tertutupi oleh sifat Viano yang terbuka ketika bersamanya. Dibanding pacarnya, Nada tahu lebih banyak, apa Nada merasa spesial? Sedikit, justru karena Viano yang mau terbuka membuat Nada yakin jika Viano mempercayakannya sebagai teman. Sebut saja teman berharga supaya lebih keren.

Masalah Nada yang jatuh cinta pada Viano itu tak bisa dipungkiri, Viano adalah teman laki-laki pertama, sekaligus yang membuatnya merasa berdebar-debar untuk pertama kali. Masalah Viano yang tahu perasaannya itu hal yang tak terduga, entah kenapa Viano bisa menemukan diarinya dan membaca hampir setengahnya. Nada jadi canggung, tapi Viano pandai mencairkan suasana. Rasa suka padanya bukan berarti ingin menjadkannya pacar, Nada tak mau, apalagi sikap Viano yang katanya mau berpacaran dengan siapa saja yang suka padanya. Itu sama saja dengan Vinao membohongi perasaannya, sewaktu-waktu Nada juga akan merasakan sakit, hubungan seperti itu sungguh tak baik.

Nada ingin menghapus perasaannya dengan kedok berurusan dengan populer itu ternyata merepotkan, Nada hanya ingin fokus mengejar mimpi dan Viano percaya begitu saja. Viano terlalu bersinar, tentu Viano punya hak untuk menentukan ingin seperti apa kehidupannya, ia suka dikelilingi banyak orang, karena itu membuatnya tak kesepian. Nada hanya merasa silau di dekatnya, tak ingin mendukung di depan layar, Nada lebih suka berada di balik layar. Maaf kalau jadinya Nada yang mengusulkan agar mereka pura-pura tak mengenal mengetahui mereka berada di sekolah yang sama lagi.

Viano TaleWhere stories live. Discover now