"Kerkh...erkh...harus...ke kerajaan...Gomukh..." ucap ku sambil berjalan dan menahan luka-luka di badanku.
"Me-mereka...masih..mengejar...erghh!"
Luka ini...membuat ku lemah...Aku harus menghindar apapun yang bernafas. Aku tetap melangkahkan kedua kakiku ke depan. Perlahan-lahan Aku menemukan sebuah sungai di dalam hutan ini, kemudian Aku mengikuti arah sungai untuk tidak tersesat di dalam hutan yang terkutuk ini. Aku mendengar sebuah jejak kaki dari kejauhan, suara jejak kaki semakin dekat. Aku berfikir bahwa jejak kaki tersebut adalah jejak kaki para penjebak yang menyerangku untuk mengambil kotak hitam ini.
Aku sempat berfikir untuk melawan mereka lagi, tetapi dengan kondisi tubuhku penuh dengan luka sebaiknya untuk menghindar, tetapi suara jejak kaki semakin mendekat. Aku memutuskan untuk melompat ke sungai. Ternyata benar...Aku melihat anggota penjebak di dekat sungai. Aku mendengar penjebak tersebut berkata.
"Komandqn...lihat, dia mengapung di sungai, sepertinya dia sudah mati..."
Komandan yang anggota panggil muncul di samping anggota tersebut, kemudian dia melihat wajah ku yang lemas.
"Cepat, ambil kotak hitam darinya, sebelum mayatnya terbawa oleh arus sungai yang kuat" ucap kapten tersebut
Anggota menjawab "tunggu kapten, ada seseorang disana..."
Komandan tersebut melihat seseorang yang di tunjuk oleh anggotanya sambil berkata.
"Baiklah, mundur sekarang biarkan saya berbicara dengan lelaki itu, daerah ini penuh dengan hewan buas"
"Tapi komandan, bagaimana dengan kotak hitamnya?" Tanya anggota tersebut
"Biarkan saja, hewan tidak mungkin akan mengambil kotak itu" jawab kapten
Penglihatan ku semakin pudar dan Aku memutuskan untuk menutup kedua mataku. Aku merasakan sedih dan kecewa, karena Aku telah gagal membawa kotak hitam ini ke kerajaan Gomukh, dan juga Aku mengingkar janji ke kakak perempuan ku. Aku sudah berjanji jika perjalanan ini akan aman, tetapi malah sebaliknya. Tidak lama kemudian Aku merasakan hangat seperti...sesuatu yang menyentuh punggung ku. Aku memutuskan untuk membuka kedua mataku dan melihat sebuah langit-langit terbuat dari kayu.
"Ini...alam awan?..." tanya ku kepada diriku sendiri
"Bukan, kamu berada di rumahku"
Jawab seorang laki-laki yang lagi duduk di sebuah kursi dekat kasur. Laki-laki tersebut mengenakan sebuah pakaian berwarna abu-abu dan rambutnya diikat seperti buntut kuda.
Kembali ke Ronan
"Jangan bergerak, luka mu masih dalam pemulihan" jawab ku sambil berdiri
"Saya akan membawakan mu minum"
Lanjut perkataan ku, kemudian Perempuan ini menjawab.
"Gomukh...saya harus...ke gomukh.."
"Nyonya...luka di badanmu ada banyak dan dalam, jadi harus di atasin secepat mungkin, jika tidak... nyonya akan kehilangan banyak darah dalam perjalanan ke Gomukh"
Perempuan tersebut menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya pelann-pelan
"Baiklah..."
Ucap perempuan ini dengan suara yang lemas.
Aku berkata.
"Tunggu sebentar"
Kemudian keluar dari kamar. Aku berjalan menuju dapur dan mengambil gelas, kemudian Aku memanaskan air di dalam teko besi, kemudian Aku menaro teko di atas kompor yang membutuhkan kayu agar bisa memasak. Air sudah hangat, Aku angkat teko dan menuang air hangat ke gelas kayu. Aku berjalan kembali ke dalam kamar.
"Ini...air hangat untuk mu"
Ucap ku
"Te-terima kasih..."
Jawab perempuan tersebut.
Aku bertanya.
R : "apakah kamu keberatan untuk menjelaskan kenapa kamu terluka dan beristirahat di dalam arus sungai?"
P : "Tidak, Aku terluka karena di jebak...oleh sebuah kelompok laki-laki....kemudian Aku beristirahat di dalam sungai...agar para penjebak...mengira Aku sudah mati"
R : "Baiklah, Aku paham sekarang, sebaiknya kamu beristirahat sampai luka mu hilang nyonya" ucap ku lagi
P : "Mmm...Aku berhutang budi kepada mu, jika badanku sudah pulih Aku akan balas kebaikan mu, tuan..."
Aku merasa gelisah.
R : "tolong, kamu tidak perlu memanggilku tuan, panggilah Aku Ronan"
Perempuan tersebut melihat ke wajahku.
P : "Baik, tuan Ronan, terima kasih...untuk segalanya"
R : "Sekali lagi, hanya Ronan saja..."
P : "Baiklah, Ro-ronan..."
R : "Hampir saja lupa...apakah aku boleh untuk mengetahui namamu?" Tanyaku kepada perempuan tersebut
P : "Boleh, namaku...Marlina...Melati, asalku...dari kerajaan...Borilaht"
Jawab Marlina dengan suara pelan.
Aku berdiri sambil berkata.
R : "Borilaht...baiklah Marlina, untuk beberapa hari ini sebaiknya kamu gunakan untuk istirahat..."
M: "Baik, Ronan..."
5 hari kemudian...
Aku...membuka kedua mataku, kemudian menatap ke langit-langit yang terbuat dari kayu. Aku tidak mengerti kenapa setiap kali Aku bangun dari tidurku...badanku merasakan beban yang berat. Aku memaksakan badanku untuk berdiri, kemudian Aku mengenakan pakaian berburu. Setelah mengenakan pakaian berburu, Aku melangkahkan kedua kaki ku ke depan pintu rumah. Perlahan Aku membuka pintu dan tidak melihat cahaya matahari.
Aku menatap ke langit yang penuh dengan awan yang gelap.
"Sepertinya waktu telah menunjukkan bulan awan membuang air..." ucapku
Aku menutup kepalaku dengan pelindung kepala yang terbuat oleh kulit, lalu Aku berjalan ke sungai untuk mengambil air sebanyak 2 ember kayu, setelah Aku mengambil air Aku kembali ke rumah dan membersihkan badanku dengan air sungai yang telah Aku kumpulkan. Setelah membersih kan badan, Aku berjalan menuju kamar Marlina.
"Tok tok tok"
suara ketukan ku di depan pintu kamar. Aku berkata.
"Marlina...apakah kamu sudah bangun?"
Tidak ada jawaban...
"Marlina, baiklah...Aku akan masuk..."
Perlahan-lahan Aku membuka pintu kamar dan ternyata Marlina masih menikmati tidurnya. Melihat dia tidur dengan tenang membuat perasaan hatiku untuk menjaga perempuan ini. Kondisi lukanya sudah berkurang dan semakin membaik selama 5 hari ini. Aku duduk di dekat Marlina dan perlahan-lahan membangunnya.
"Marlina...Marlinaaa...bangun lah, ini sudah pagi..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Phantom Brogues : Invasi Pertama [End]
FantasyTahun 1152 seorang ksatria hidup sendiri di sebuah rumah dalam pegunungan Gonir. Ia menghabiskan hidupnya hanya menenangkan diri tanpa melakukan sebuah petualangan, tetapi hidupnya yang hanya menenangkan diri berubah setelah ia menemukan seorang per...