•BAB 7

12 4 5
                                    

Jaemin's Point Of View
___________________

...°oOo°...

BAB 7
Counting words : 1.327

Sudah sekitar seminggu sosok yang selalu memaniku bagaikan hilang di telan bumi, ia tidak pernah menampakan batang hidungnya lagi walaupun hanya sebentar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sudah sekitar seminggu sosok yang selalu memaniku bagaikan hilang di telan bumi, ia tidak pernah menampakan batang hidungnya lagi walaupun hanya sebentar.


Ku rasa ia sekarang lebih sibuk dari biasanya, atau dia punya alasan lain untuk tidak menemuiku.

Entahlah aku rasa begitu, dia pergi tanpa memberikanku kabar atau semacam ucapan perpisahan walaupun itu hanya sepatah dua patah kata.

Begitupun dengan si menyebalkan pemilik suara berat, setiap ada nama Nono yang aku lontarkan pasti dia akan merasa risih entah karena apa dia bisa saja tiba tiba tidak dapat mengontrol emosinya.

Seperti saat ini, aku kira ini adalah saat yang tepat untuk menanyakan keadaan sahabatku. Bukankah ia sepupunya? Tentu saja dia tahu sesuatu, aku yakin itu.

Tapi ketakutan tiba tiba menyerangku saat ia bangkit dari duduknya dan menunjuku menggunakan jari telunjuknya.

Matanya menatap tajam ke arahku, hey apakah aku salah saat menanyakan keadaan sepupunya? Sadarlah aku ini sahabatnya.

"Berhenti. Menanyai. Tentang. Jeno!" dia menekan dan menjeda setiap katanya.

Aku hanya bisa menunduk saat pandangan tubuhnya mulai lepas dari iris mataku.

Caroline, aku kira sosok gadis itu tahu tentang keberadaan kekasihnya. Namun ketika aku menanyainya hasilnya tetap sama, nihil.

Sekarang pikiran pikiran buruk mulai bersarang di kepalaku, di saat aku terpuruk ada rasa sakit yang sedang mentertawaiku.

Mungkin ini saatnya aku berpisah dengannya.

Aku memukul kepalaku sendiri berharap pikiran pikiran itu akan hilang di saat aku memukulnya.

"Argh! Apa yang kau pikirkan Jaemin!"

---

Tangannya terulur untuk mengusap bahu ku, Lelaki yang memiliki suara berat itu kembali menenangkan seseorang yaitu aku.

"Jangan bersedih, aku selalu ada untuk mu"

Bagaikan terjebak di lubang yang sama, diriku merasa itu adalah kata kata yang sangat penuh dengan kebohongan.

Mereka dulu juga berkata seperti itu, tapi apa? Mereka tidak bisa menepati kata kata yang mereka ucapkan dari mulutnya sendiri.

Terlalu busuk untuk aku percayai, bukan hanya sekali aku mengalaminya melainkan sudah berkali kali.

SAHABAT |NOMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang