017

2.2K 278 36
                                    

Hening, suasana yang terpancar dari dalam ruangan bernuansa gold dimana Brian sedang tidur di atas brankar, menatap jendela di sisinya dimana sang Dewi malam berbentuk purnama walau tak sempurna.

berkali kali menghela nafas, saat pikirannya teringat masa lalunya, masa lalu yang merubahnya menjadi pria yang berbeda. Dulu dirinya hanya bocah polos menggemaskan yang menerima semua perlakuan berbeda dari sang Daddy untuknya.

Dan sekarang, dirinya bukan lagi bocah polos yang dulu, mata nya tidak lagi memancarkan aura memohon perlindungan dan meminta kasih sayang sang Daddy lagi, sekarang sorot mata itu menjadi tajam, menghunus tepat dada Reyhan Abraham.


"Gavin..." Brian menoleh saat suara berat serak pria melewati telinga nya, memanggilnya lembut dengan nada sayang yang dulu Brian harapkan..






Reyhan, dia Reyhan berjalan mendekati ranjang dimana Brian berada dan duduk di kursi dekat Brian.


"Kenapa tidak tidur sayang..?" Brian melongos mendengar nada itu, apa pria di sampingnya sedang melawak? Sungguh tidak ada yang lucu untuk di tertawakan, karena itu tanpa sadar setetes air mengalir di ekor mata Brian.




Reyhan, mengangkat ibu jarinya, menghapus air yang jatuh dan perlahan menggenggam Erat tangan  bungsunya.


Brian ingin melepas tangan itu, tapi hatinya menolak untuk melepas, dulu tangan besar itu sangat susah untuk dia genggam, bahkan Brian harus menangis hanya untuk mendapat usapan lembut di kepala seperti kakak kakaknya.

"Gavin, Daddy mau bicara_ Daddy tau kalau dulu Daddy berlaku berbeda sama Gavin, jujur dulu Daddy tidak bermaksud nyakitin hati Gavin_
Dulu Daddy mengira bahwa bungsu yang ada di kandungan mommy bukan lah anak kandung Daddy, Daddy bodoh karena percaya begitu saja kalau anak itu bukan anak Daddy, Daddy benar benar menyesal_


Brian diam, ia terkekeh miris dalam hati.


"Daddy benar benar Bodoh, Daddy merindukan rengekan Gavin ke Daddy seperti dulu, Gavin Daddy minta maaf"



Mata Reyhan menunjukan keseriusan saat mengucapkan kalimat panjang itu.


Tapi Brian menoleh pun enggan untuk menatap wajah Reyhan, bingung. Itu yang dia rasakan. Apa dia harus memaafkan Daddy nya begitu saja? Bagaimana pun kaca yang pecah tidak akan pernah kembali utuh sempurna.



"Dulu... Gavin sering memohon sama anda agar memperlakukan Gavin sama seperti kakak yang lain_


Dulu, Gavin selalu mengekor di belakang anda saat anda baru pulang dari luar negri dengan membawa mainan yang bahkan tidak untuk saya


Apa Anda tau? Rasa sakit saya sebagai anak saat saya tidak dianggap oleh ayah sendiri, di anggap hina hingga tidak harus berada di hadapan anda, di anggap menjijikan untuk bergabung dalam keluarga besar abraham_


Brian menutup matanya saat merasakan sakit pada punggung nya, cahaya lampu yang sedikit redup membuat Reyhan tidak dapat melihat wajah sang anak,


Kembali menghela nafas, Brian mencoba menetralisir wajah nya menjadi biasa saja.

_bukankah anda meminta Gavin untuk pergi dari anda?

Setiap kali saya mendekat anda selalu pergi dengan kata sumpah serapah yang sangat menyakiti hati saya, anda bahkan sering meminta say untuk mati kan? Untuk Tidak pernah muncul di hadapan anda_


Saya sudah menuruti nya, saya sudah mencoba untuk terus menjauh agar anda tidak melihat wajah hina ini lagi.. tapi maafkan saya karena belum bisa menuruti keinginan anda untuk mati, saya masih ingin merasakan hidup, tapi jangan khawatir anda bisa menganggap saya mati bukan?  Lalu, lalu kenapa? Kenapa anda datang kembali? Memaksa saya agar kembali ke kehidupan anda?  Susah payah saya berusaha untuk melupakan kalian, menghapus kalian di hidup saya... _ Gavin sudah mati tuan, sesuai keinginan anda..." Reyhan menunduk saat ucapan panjang lebar sang anak menyakiti hatinya, perasaan bersalah kembali muncul bahkan lebih besar.


My LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang