MONAKO menawarkan hal-hal yang Grace butuhkan selama cuti singkatnya: pemandangan yang memanjakan mata, makanan enak, dan inspirasi untuk desain pakaian baru. Ada satu hal lagi yang membuat perjalanannya ke Monako tak terlupakan: menyaksikan Jasmine bahagia bersama suaminya.
"Ma, are you sure?" Ditekannya punggung tangan Jasmine. "Are you sure you wanna retire from acting and modeling? Aku tahu banget Mama menikmati profesi-profesi itu."
"I'm sure, Dear. Mama belum pernah seyakin ini." Sang Ibu balas menggenggam Grace. "Maaf kalau Mama enggak bisa menemani kamu terus di Indonesia. Mind you that I'm so proud of what you've been doing and thriving, ya?"
Grace menarik napas panjang; menahan air mata yang siap tumpah. "Jangan lupa chat dan video call aku setiap minggu."
"Tanpa diminta pun, Mama akan melakukannya."
Sekeping memori dari Monako itu memenuhi benak Grace bersamaan dengan MAMA yang melantun dari pemutar CD. Di sampingnya, Ethan sedang mengamati album foto berisi kumpulan potret Grace bersama Jasmine; disusun berurut berdasarkan tahun.
Ketika menyadari Grace adalah putri semata wayang dari aktris dan model senior, pria itu sempat terkejut. Namun, Ethan balik mengagetkan Grace, sebab dia pernah bertemu Jasmine saat sang ibu menjadi model video klip sebuah band populer asal Bandung.
"Pantas kamu terlihat familier," gumam Ethan sembari menyimpan album foto di rak. Mereka sudah selesai merapikan paviliun dan tengah menikmati secangkir kopi. "Tapi kabar pernikahan ibumu enggak terendus media."
"Mama memang sengaja enggak publish kabar itu. Bikin pusing katanya kalau udah ditanya macam-macam sama media."
"Omong-omong, ini siapa yang nyanyi?" Mereka berada di tengah sesi mendengarkan Wings. Telinga Grace menangkap potongan lagu yang sedang dimainkan pemutar CD. "Aransemennya orkestrasnya bagus."
"Awake, lagu solonya Jin." Kening Ethan mengerut. Melihat reaksi tersebut, Grace menyunggingkan cengiran. "Kita baru melewatkan lagu yang mengantarkanku jadi ARMY. MAMA, lagu solonya Hobi—ah, you may know him as j-hope. My roommate used to play Wings religiously when I was in Paris. Waktu itu aku lagi magang dan album itu somehow ngobatin kangen kalau lagi homesick."
Lawan bicaranya menggumam. "MAMA pasti mengingatkan kamu sama ibumu."
"Lebih dari itu—" Grace mengambil jeda. Entah sudah berapa kali dia mengulang cerita ini: bagaimana MAMA menggambarkan semua perasaan dan rasa hormatnya kepada Jasmine, sebelum kemudian Grace mencari informasi seputar BTS, khususnya pada sang bias, Jung Hoseok. "Waktu roommate-ku—dia kebetulan datang dari Seoul—cerita tentang makna di balik MAMA, aku nangis dan langsung nelepon Mama. I even asked her to give a listen to that song and sent her the lyrics translation. Mama emang enggak ngikutin jejakku jadi ARMY, tapi sampai sekarang MAMA ada di playlist Spotify-nya."
Cerita mengalir seiring bergulirnya matahari ke ufuk barat. Melihat ketertarikan yang diajukan Ethan dari tanggapan dan pertanyaan pendek, Grace tak lagi berupaya meringkas kisahnya. Sesekali, dia menunjukkan terjemahan lirik dari lagu yang mereka dengar, lalu berpindah ke board Pinterest yang khusus dia buat untuk mengumpulkan outfit favorit yang dipakai Hoseok.
"Ini koleksi desain yang terinspirasi dari photoshoot LY: Tear." Grace membuka sketchbook lamanya. "Dev suka sama beberapa desainnya, tapi enggak bisa kami pakai karena kurang cocok sama butik. Kadang dia ngerasa bersalah karena bakatku enggak kepakai buat butik. Makanya dia kasih kebebasan buatku ngambil job di luar."

KAMU SEDANG MEMBACA
State of Grace
RomansaApparently, Ethan is doing good and he's been in a new relationship. *** © 2021 Erlin Natawiria