M.5

7.9K 1.3K 168
                                    

TW: self-harm

Sorry for typo(s)

Sore hari ini mendung, angin berlomba-lomba menggerakkan dedaunan pada pohon dan tanaman bunga yang telah dirawat penuh cinta oleh Wendy. Pekerjaan wanita cantik kesayangan para lelaki bermarga Park selain menjadi ibu rumah tangga adalah sebagai guru vokal dari lembaga yang didirikannya selama sepuluh tahun terakhir, kualitas mendidiknya sudah dikenal luas di kota.

Waktu kerjanya adalah Jumat, Sabtu dan Minggu. Dari pukul sepuluh pagi sampai empat sore. Selebihnya, Wendy di rumah menunggu suami dan anak-anaknya pulang.

Berada di dapur membuatkan minuman hangat untuk kedua buah hatinya yang sedang merajuk. Senyumnya terukir melihat si kembar sedang tengkurap menghadap pada tanaman yang ditutup oleh jendela. Kaki mereka bergerak secara harmoni, belum lagi telapak tangan yang menopang dagu sama persis. Jadi, sekitar satu jam lalu di mana waktunya sang kakak pulang justru mereka mendapat kabar bahwa Renjun harus mengerjakan tugas kelompok dulu dan belum diperkirakan kapan selesai.

Butuh waktu lima belas menit Wendy untuk menenangkan mereka, Haechan dan Jaemin memang penurut tetapi jika sesuatu yang seharusnya terjadwal seperti biasa harus berubah seperti ini, mereka benar-benar tidak menyukainya.

"MAMIIII!"

"Ya, Sayang?"

Nampan yang sudah penuh dengan dua gelas bergambar kartun berisi jus buah dan kue macaron tertata rapi di piring dibawa oleh Wendy untuk menghampiri si kembar yang sudah berganti posisi menjadi duduk bersila. Bibir mereka masih melengkung ke bawah dengan tatapan malas.

"ECHAN MAU BELAJAR KELOMPOK JUGA! DENGAN INJUN HYUNG!"

"Nana juga! Bawa buku, belajar!"

Wanita itu mengerutkan kening, jemarinya merapikan surai Haechan terlebih dahulu kemudian beralih pada si bungsu yang memasang wajah polosnya.


"Tidak bisa, Sayang. Kan sekolah Echan dan Nana berbeda dari Injun Hyung."

Jawaban tersebut membuat Haechan menautkan kedua alis tajam, anak itu berdiri sembari menghentakkan kedua kakinya kesal, "BESOK PINDAH SEKOLAH!"

Tentu saja Jaemin juga mengikuti gaya sang kakak, kepalanya mengangguk dengan pipi menggembung karena macaron penuh masih di mulutnya.

Manik Wendy mendelik dengan jenaka, tangan si kembar digenggam kemudian menyuruh mereka untuk duduk. Lengan wanita itu merangkul masing-masing bahu Haechan dan Jaemin secara bersamaan, dengan nyaman bersandar pada bahu sang ibu seraya mengerucutkan bibir masih kesal.

"Dengarkan, Mami ya? Echan dan Nana mau jadi adik baik untuk Injun Hyung?"

Keduanya kompak mengangguk, kepala si kembar mendongak dengan tatapan penasaran.

"Selama ini, Nana dan Echan sudah jadi adik yang baik sekali. Tapi, untuk urusan sekolah biarkan Injun Hyung sendiri ya? Kalian masih bisa memberi semangat kok, setiap pagi diberi poppo juga tidak apa-apa. Injun Hyung juga sudah baik ya? Mengantar Nana dan Echan sekolah, lalu nanti kalau ada waktu menjemput pulang? Dibelikan es krim juga ya?" tanya Wendy penuh kelembutan dan perlahan ekspresi merajuk si kembar mulai melunak, kepala mereka tertunduk dalam.

Namun, sebelum dilanjutkan momen mereka harus disela oleh sebuah panggilan. Manik Wendy melirik pada si kembar yang menundukkan kepala, jemari Haechan mengetuk pada gelas minuman sedangkan Jaemin membelah kue macaron di piring menjadi dua bagian semuanya.

Milý✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang