M.3

7.2K 1.2K 87
                                    


Sorry for typo(s)

Sekolah bagi si kembar tidak terlalu istimewa, berada di antara orang-orang asing terkadang membuat mereka tidak nyaman. Apalagi Jaemin, ketika Haechan tengah sibuk bermain dengan benda bulat di lapangan bersama teman-temannya, ia akan duduk di tepi sembari memeluk botol minuman sang kakak. Bekal nasinya masih tersisa di dalam kotak makan, tak berniat untuk menghabiskan karena biasanya anak itu akan mendapat suapan istimewa dari sang kembaran.


Ia ingin marah, orang-orang itu mengambil Haechan darinya saat istirahat. Namun, melihat senyum dan mendengar tawa itu, Jaemin mengurungkan niat. Bukan rasa iri yang menyelimutinya, hanya ketakutan kecil kalau sang kembaran sudah tidak akan menyukainya lagi.



Indera telinganya peka mendengar suara meong dari belakang, Jaemin menoleh dan mendapati seekor kucing berwarna putih dan abu-abu melintas di lorong sekolah yang sepi oleh para siswa. Senyumnya mengembang, ia bawa kotak makan dan air minum untuk menyusul binatang berbulu tersebut.


"Kucing!" panggilnya sembari berlari kecil tanpa menyadari bahwa ia memasuki kawasan belakang sekolah, "Ayo mam dengan Nana!"


Dijatuhkannya botol air minum tersebut kemudian berjongkok dan mengintip kucing yang sedang bersembunyi di bawah bangku kayu. Kotak makan itu dibuka menampikan sisa nasi dan ayam kecap yang dibuatkan oleh sang ibu.



"Mam! Nanti besar seperti Nana!" ucapnya sembari terkekeh.


Kucing itu mendekat dan mengendus kotak makan tersebut, tetapi yang diambil justru hanya potongan ayam saja membuat Jaemin mengerutkan kening.


"Nasinya dimam!" perintahnya pada si kucing liar.


"Tidak boleh."


Si bungsu Park sedikit tersentak, ia mendengar langkah sepatu mendekat tetapi tak berani menoleh. Terlihat sepatu kets berwarna biru sudah berada di sampingnya, Jaemin melirik sedikit ketika seseorang itu juga ikut berjongkok.


Pemuda yang lebih tua itu menyodorkan sebuah kotak makan kecil, kening Jaemin berkerut melihat isinya di sana seperti makanan yang dilembutkan.

"Perut kita dengan kucing itu beda, jadi tidak boleh sembarang memberi makan. Nanti dia sakit," ucap sosok tersebut.


"Hooo begitu..."


Dipandanglah Jaemin yang sedang sibuk memekik gemas pada kucing. Jemarinya mengusap pada bulu kotor tersebut. Beberapa saat mereka menikmati pemandangan makhluk kecil yang sedang makan.



Namun, diam-diam si bungsu Park itu melirik pada sosok lelaki di sampingnya. Ia tidak memakai seragam sekolah yang sama dengan Jaemin, membuat anak itu heran. Penampilannya justru seperti sang kakak jika akan berangkat kuliah. Sepatu saja warna-warni, belum lagi baju yang tidak dimasukkan.


"Siapa namamu?"



Manik Jaemin bergulir menatap sosok yang lebih tua, sedikit ragu untuk menjawab karena ia teringat janji pada Mami supaya tidak sembarangan memberi tahu nama pada orang yang tidak dikenal.


Yang dilakukan adalah menggelengkan kepala, fokus kembali pada kucing jalanan. Bibirnya menirukan suara binatang tersebut dengan lucu yang membuat sosok di samping Jaemin tertawa kecil.


"NANA!"

"JAEMIN-AH!"



Kedua anak itu menoleh ketika mendengar panggilan tersebut, "NANA DI SINI, ECHAN!" teriaknya sembari melambaikan tangan.



Milý✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang