Sorry for typo(s)
Yang dibutuhkan anak-anak sejak kecil itu tidak terlalu mahal, perhatian orang tua dan waktu berkumpul bersama telah membuat mereka merasa bahagia, apalagi pertumbuhan saat mengajak mereka mengobrol itu juga penting. Si kecil rewel itu sudah biasa karena belum bisa mengekspresikan keinginan melalui kata-kata dan sebagai orang tua juga harus sigap untuk mengajarkannya.
Bentakan yang keluar dari mulut orang tua bisa merusak lebih dari satu miliar sel otak anak. Apalagi disertai sebuah cubitan maupun pukulan. Sebaliknya, jika anak mendapat sebuah pujian, pelukan dan kasih sayang, maka rangkaian otak mereka akan terbentuk indah dengan sendirinya.
Si kembar Haechan dan Jaemin memang sedikit berbeda dari anak-anak lainnya. Lebih ke pada tingkah laku dan cara berpikir mereka. Butuh waktu untuk membuat mereka tenang dan mengerti meskipun usia mereka sudah dikatakan bukan anak kecil lagi.
Ditarik pada tahun-tahun sebelumnya, si kembar berada di Sekolah Menengah Pertama. Ada kalanya, mereka mengeluarkan tantrum secara tiba-tiba. Suatu hari, Renjun mengajak mereka untuk jalan-jalan ke mall sedangkan orang tua mereka sibuk di supermarket untuk kebutuhan bulanan.
Kedua tangan Renjun digenggam oleh mereka saat berjalan mengitari lantai dua pada mall. Kebanyakan di sana berisi toko baju maupun mainan. Dan sesuatu menarik perhatian si salah satu dari si kembar.
"Njun Hyunggg mau ituu!" tunjuk Haechan pada sebuah mobil kontrol yang berukuran besar terpajang di depan stand permainan.
"Eh, itu tidak dijual."
Berbeda dari kembarannya yang mulai merengek, Jaemin hanya melihat dengan tatapan bingung. Anak itu tidak terlalu menyukai bermain, ia lebih suka duduk di sofa dengan film-film di televisi.
"Mau ituuu! Bawa pulang! Ngeng ngeng!" sentak Haechan kemudian menghambur pada mobil-mobilan tersebut.
Bahkan penjaga di sana sedikit terkejut melihat seorang anak muda yang tiba-tiba duduk pada mobil. Pasalnya, benda itu hanya disewakan saja untuk mengitari lantai dua pada mall ini. Sama saja kalau Renjun menuruti, ujung-ujungnya juga Haechan akan meminta benda itu untuk dibawa pulang.
Tubuh mungil pemuda Park itu menoleh pada si bungsu yang menatapnya dengan polos, sibuk dengan jelly di mulutnya, "Nana jangan ke mana-mana ya?"
Jaemin mengangguk dengan patuh.
Lalu, Renjun menghampiri adiknya yang masih merengek di atas mobil mainan. Beberapa orang tua di sana memandang aneh pada Haechan yang sangat berbanding terbalik dengan postur tubuhnya.
Sang kakak bersimpuh di samping mobil mainan tersebut, Haechan memeluk benda itu dengan bibir tercebik seakan tak mau melepasnya. Tangan Renjun terulur mengusap punggung sang adik dengan senyuman tipis.
"Echan ingin beli mobil-mobilan ini?"
"Huum!" jawab anak itu dengan senyum merekah.
"Boleh, mana uangnya?" tanya Renjun sembari mengulurkan tangan.
Guratan pada dahi Haechan terbentuk, ia merubah posisinya kemudian merogoh saku-saku celana. Anak itu memandang sang kakak dengan alisnya bertaut, "Echan tidak punya uang."
Manik Renjun mengerjap polos dengan pura-pura, "Loh, tidak bisa beli nanti."
Adiknya merengek, wajah anak itu mengerut dengan sedih, "Minta uang, Hyung.... Ayo beliii!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Milý✓
FanfictionKetika Haechan dan Jaemin diberi pertanyaan, siapa yang paling disayang di dunia ini? Mereka tidak akan ragu untuk menjawab, Renjun - sang kakak tersayang.