M.10

9.8K 1.2K 214
                                    

Sorry for typo(s)






Ada beberapa hal yang masih belum dimengerti oleh Renjun tentang mengapa kematian tidak bisa dicegah? Mengapa harus ada perpisahan dengan rasa sakit yang tidak memiliki obat? Mengapa tidak ada kebahagiaan yang abadi?



Baru saja ia merasakannya, kini sudah dipaksa untuk melepaskan.




Dua foto yang selalu dipegangnya itu sudah tertekuk karena tak pernah dilepas. Senyum mereka terlihat menenangkan tetapi juga menyakitkan bagi Renjun.



Rumah Abu yang terhubung dengan taman yang cukup luas dan hutan yang rindang, pemuda Park itu berdiam sampai senja datang. Bahkan sampai Chanyeol maupun Wendy menjemputnya untuk pulang.

Apa yang dilakukan Renjun? Atau lebih tepatnya orang-orang yang tengah mengalami kehilangan?

Pemuda itu menangis.


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sesaknya dilepaskan dan tak bisa dihentikan.


Kebahagiaannya telah hilang dan takkan bisa ditemukan kembali.




"Echan... Nana..."


Dua sosok anak laki-laki yang baru pertama kali menggunakan seragam sekolah menengah atas itu sedang tersenyum lebar. Lengan mereka saling merangkul, Renjun sendiri yang memegang kamera untuk mengabadikan momen tersebut.



"Hyung sendirian..."



Dengan bebasnya, ia menjatuhkan air mata itu terus menerus.




Biasanya, kala Renjun sedih akan selalu ada dua suara menggemaskan yang menghibur dirinya.




"Nana di sini kok!"

"Echan juga! Ayo main bersama, Hyung!"

"Kata Mami, sedih itu tidak enak!"

"Kata Ayah, bahagia itu menyenangkan! Bisa mam banyak-banyak lalu bermain! Ih, pasti seru!"





Dan segala celotehan yang diingat oleh Renjun dari adik-adiknya. Yang sekarang, hanya bisa dibayangkan saja oleh memori. Si kembar sudah tidak bisa menjawabnya langsung.





Lalu, foto kedua yang dipegang oleh Renjun. Wanita cantik yang sedang tersenyum, tepat sekali memakai gaun putih dengan surai hitam yang tergerai. Mungkin, penampilan sang ibu juga seperti ini ketika melihat dirinya dari atas bersama adik-adiknya.




Manik Renjun terpejam, sama menyakitkannya untuk melihat beliau. Ia teringat ketika sampai di lokasi rumah penculik, bagaimana keadaan luar sudah penuh oleh orang-orang. Suara sirine ambulan sekaligus pemadam kebakaran telah ada di sana. Mereka tengah berusaha keras menjinakkan api yang berkobar ganas.




Milý✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang