Sebelum membaca, saya tambahin tag cerita ini.
Sorry for typo(s)
Bangun pagi, biasanya Renjun sudah rapi kemudian membantu sang ibu untuk memasak atau sekadar membaca materi kuliah. Namun, hari ini untuk menggerakkan kaki dan tangan saja tidak bisa dan sudah terasa kesemutan pada bagian tersebut. Pasalnya di atas ranjang terdapat dua sosok manusia lain sedang memeluk sulung Park itu.
Di depan wajahnya saat ini ada Jaemin yang mendengkur dan sudah menciptakan pulau di atas bantal kemudian di bagian pinggang ke bawah ada Haechan memeluk Renjun erat. Bahkan, ia tidak tahu kapan dua adik kembarnya ini masuk ke dalam kamar. Rewel saat bangun tidur sangat dihindari oleh si sulung.
Namun, kalau tidak dibangunkan mereka akan seperti ini sampai tengah hari nanti.
"Oh, Tuhan. Ternyata mereka ada di sini," gumam Wendy yang membuka sedikit pintu kamar putranya.
Senyum beliau mengembang sembari terkekeh melihat posisi ketiga buah hatinya. Dengan hati-hati, wanita itu melepas pegangan tangan Haechan di sana sembari diusap lembut bagian punggung untuk tetap terlelap. Sedangkan Renjun melepas tautan jemarinya dengan Jaemin.
"Kesemutan, ya?" tanya Wendy pada si sulung yang terlentang sembari menghela napas panjang.
Anak itu tertawa kecil sembari mengangguk, "Mami tidak tahu kapan mereka masuk ke sini?"
"Tidak tahu, Nak. Kemarin saja mereka sudah pulas saat kau tidurkan, ya? Mami memeriksa kembali ke kamar. Benar-benar sudah tidur," jelas beliau.
Arah pandangan Renjun beralih pada kembar pertama, sudut bibirnya terangkat. Sudah jelas ide Haechan untuk berpura-pura dan Jaemin akan menurut dengan patuh pada sang kembaran. Khusus kamar putra tertua dari Chanyeol ini, memang sengaja diberikan ranjang yang lebih lebar supaya kejadian seperti ini bisa langsung teratasi.
"Hngg..."
Manik Renjun terpejam seketika karena mendapat pukulan pelan di pipi, telapak tangan Jaemin mendarat dengan sempurna di sana. Dengkuran itu dilanjutkan pertanda bahwa ia kembali terlelap. Kebiasaan si bungsu yang harus memegang sesuatu supaya bisa cepat tertidur. Namun, tetap saja ia berharap bukan tubuhnya yang menjadi sasaran.
Si kembar memang jiwa bayi dalam fisik orang dewasa.
"Lebih baik bangunkan, ya?" lirih Wendy sedang menimbang.
Anggukkan dari Renjun membuat sang ibu bergerak. Pertama yang harus dilakukan adalah membangunkan Haechan, kalau anak itu sudah bangun, pasti Jaemin juga ikut karena ia tidak akan mau tertinggal satu detik saja untuk menghabiskan waktu bersama dengan kembarannya.
Diusapnya secara lembut surai anak itu, Renjun ikut berbisik di sana untuk membangunkan.
"Ayo bangun, Echan."
Bibir anak itu mengerucut, ia merengek kecil tetapi berusaha membuka mata. Jemarinya digigit dengan kerjapan lucu, Renjun tersenyum sembari melepas kebiasaan buruk sang adik.
"Eh, ayo bangunkan Nana? Lalu kita sikat gigi bersama?"
Anak itu menganggukkan kepala, dibantu oleh Wendy untuk bangun, Haechan merangkak menuju kembarannya. Dengan posisi menindih, ia berkata, "Nanaaa, bangun! Ayo gigi sikat!"
Istilah terbalik itu memang yang selalu digunakan Jaemin. Kalau dibenarkan saja, anak itu pasti merajuk kesal. Sesuai dugaan Wendy dan Renjun, si bungsu itu bangun sembari menggeliat dan berbalik memeluk Haechan. Anak itu tak peduli bekas air liur menempel pada piyama sang kakak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Milý✓
FanfictionKetika Haechan dan Jaemin diberi pertanyaan, siapa yang paling disayang di dunia ini? Mereka tidak akan ragu untuk menjawab, Renjun - sang kakak tersayang.