🏵Happy Reading🏵
••
•
•
•
•
•
•
Boruto dan Sarada saat ini sedang terduduk di bangku panjang yang berada di rooftop. tidak ada yang membuka percakapan di antara kedua sajoli itu membuat suasana terasa hening.
Angin berhembus menerbangkan beberapa helai rambut raven Sarada. Gadis itu tersenyum menikmati terpaan angin di wajahnya. Boruto yang melihat itu, tanpa sadar menangkup wajah cantik Sarada hingga berhadapan denganya.
Sarada tertegun, ia mulai merasa jantungnya berdetak dengan kencang, saat tangan lembut Boruto mengusap pelan penuh kehati-hatian di bagian lebam di wajahnya.
"Sarada... apakah ini sakit?" tanya Boruto. ia menekan sedikit luka lebam sarada menggunakan ibu jarinya.
Manik safir Boruto menelisik raut wajah Sarada. gadis cantik itu menutup mata, saat merasa Boruto menekan pelan lebam di wajahnya.
Sesaat kemudian Sarada kembali membuka matanya, manik onyx itu menatap lekat sepasang mata safir Boruto.
Tangan mungil Sarada terangkat dan kemudian menggenggam tangan Boruto erat.
"Rasanya... tak sesakit saat kau dan yang lain meninggalkanku tanpa menoleh ataupun mengucapkan satu kata padaku" ucap Sarada tanpa sadar.
Setelah mengatakan itu Sarada langsung melepas tangan Boruto yang menangkup wajahnya. Ia mengutuk mulutnya yang terlalu jujur kepada Boruto. Sial, seharusnya ia tak mengungkit masalah itu lagi.
Degh!
Jantung Boruto serasa berhenti berdetak. dadanya bergemuruh sesak melihat tatapan onyx Sarada menatap kosong kedepan.
Tatapan matanya nampak sendu.
"Sarada...." panggil Boruto.
"......."
Sarada tak menjawab, gadis itu sibuk dengan pikiranya. hingga membuat dirinya tak dapat mendengar panggilan Boruto.
Melihat Sarada yang tak menjawab panggilanya, membuat Boruto mengepalkan tanganya erat. Boruto takut, ia takut jika Sarada marah kepadanya.
Dengan ragu Boruto memberanikan diri memegang pundak Sarada.
Puk!
Sarada tersentak, ia menolehkan pandanganya ke arah pemuda bermata safir itu. Sarada mengangkat sebelah alisnya bingung. Ia dapat melihat sorot mata menyesal di sepasang mata safir Boruto.
Entah mengapa Sarada tak suka melihat Boruto yang seakan tertekan dengan perkataanya. Ia merasa sesak saat melihat safir itu meredup.
"Sarada, aku sungguh minta maaf padamu. a-aku tak berniat melupakanmu saat itu, Sungguh aku terlalu fokus pad---" ucapan Boruto terpotong oleh perkataan Sarada.
"Kau terlalu fokus pada Sumire bukan? Aku bisa melihatnya. kau dan yang lain begitu mengkhawatirkanya. Lantas, siapa diriku? aku hanya murid baru yang tak tau apapun baik tentangmu ataupun yang lain. Tapi... kenapa disini rasanya sakit?" tanya Sarada sembari meremas dada bagian kirinya.
Boruto terdiam membisu, ia tak tahu harus menjawab apa. Pandanganya tak lepas dari wajah Sarada yang tampak begitu cantik saat tak menggunakan kacamatanya. Memar di wajahnya tak mengurangi kadar kecantikan yang ia miliki.