🏵️Happy Reading🏵️
••
•
•
•
•
•
Typo bertebaran harap di maklumi:v
Gadis cantik dengan surai raven sepunggung itu keluar dari mobil sport miliknya.
Langkah kakinya begitu santai, kedua tangannya ia masukan kedalam saku sweater pink pucat yang tengah ia kenakan.
Hembusan nafas jengah keluar dari bibir ranumnya. Ia berdiri, menonton aksi dari para preman itu dengan tatapan bosan. Beberapa menit telah berlalu, Sarada mulai semakin bosan dengan pemandangan di hadapannya itu.
"Hentikan!" ucapnya penuh penekanan, Ia sedikit berteriak agar dapat di dengar oleh para preman itu.
Tiga pria dewasa itu sontak mengalihkan pandangan mereka ke arah Sarada. Ketiganya saling melempar pandangan, seolah memberi kode satu sama lain lewat tatapan mata itu.
Sedangkan Tsubaki telah terduduk memeluk lututnya dan menenenggelamkan wajahnya di sana. Suara tangis sesegukan mulai keluar dari bibir tipis milik gadis itu.
Sarada berdecih pelan, manik onyx-nya menyorot dengan tajam."Katakan padaku, apa yang kalian inginkan?" tanya Sarada dengan nada dingin di sertai tatapan yang mengintimidasi.
Bukanya menjawab ketiga pria itu justru tertawa, memandangi dirinya dengan remeh.
Pemimpin dari mereka melangkah maju, mendekat ke arah Sarada. Sedangkan gadis bersurai raven itu tak bergerak barang sedikitpun. Pria itu menunduk, menatap Sarada dengan seringai mesum di bibirnya.
"Cantik sekali kau ini anak muda, bagaimana jika kau bersenang-senang dengan kami malam ini hm."
Selepas mengucapkan kata itu, ketiga pria itu tertawa bak orang kesetanan. Tanpa menyadari tatapan membunuh dari gadis di hadapannya.
Sarada menggeram marah. Tangannya terkepal, Ia mendongak bersamaan dengan tangannya yang terangkat meninju rahang pria dewasa di hadapannya itu.
Bugh!
Pria itu sedikit terangkat akibat hantaman keras di rahangnya. Kemudian ia terjatuh dengan tidak elitnya.
Dengan bersusah payah pria itu bangkit dari posisi duduknya. Ia meringis menahan sakit yang ia rasakan. Cairan kental berwarna merah keluar dari sudut bibirnya. Ia mengusap nya dengan kasar.
"Kenapa kalian hanya diam seperti itu, bodoh. Cepat bawa gadis sialan itu untukku!" bentaknya pada anak buahnya, matanya melotot seakan ingin keluar dari tempat seharusnya.
Nafasnya memberat, uratnya menegang. Wajahnya memerah menahan kesal yang membuncah.
Marah? Tentu saja. Pria itu benar-benar di permalukan. Giginya bergesek menghahasilkan bunyi.
"B-baik bos." jawab kedua bawahannya dengan serempak.
Dari raut wajah mereka, Sarada tau bahwa kedua pria yang telah bersiap melawannya ini, tengah ketakutan.
Lihat saja kaki mereka bahkan telah bergetar, dengan pelipis yang di banjiri keringat dingin.
Sarada menghela nafas panjang. "Pergilah dari sini, jika kalian tak ingin babak belur, seperti bos kalian yang lemah itu." sindir Sarada terang-terangan.
Sontak perkataan itu membuat emosi mereka meluap. Rasa takut yang sempat mereka rasakan, menghilang entah kemana. "Kau meremehkan kami eh, kita lihat siapa yang akan babak belur nanti!" seru salah satu diantara mereka.