🏵Happy Reading🏵
••
•
•
•
•
•
•
Terhitung sudah dua hari Sarada tak masuk sekolah. Gadis itu tak ingin menemui siapapun setelah pertemuanya dengan Boruto di rooftpop waktu itu. Yang mampu membuat dirinya berakhir menangis saat sepintas kejadian itu terlintas kembali dibenaknya.
Bunyi ketukan lembut yang berasal dari pintu kamarnya, membuat lamunanya terbuyar begitu saja. Sarada lantas bangkit dari duduknya, Ia melangkah malas ke arah pintu kamarnya.
'Ceklek'
Saat pintu terbuka, sosok mamanya telah berdiri memandang khawatir kearahnya.
"Ada apa mama?" tanya Sarada dengan tampang kelewat datar menunjukan bahwa dirinya tak ingin di ganggu.
Sakura mendengus. "Seharusnya mama yang mengatakan itu."
Gadis dengan netra onyx kelam itu, mengangkat sebelah alisnya bingung. belum sempat ia membalas ucapan Sakura, mama-nya itu telah menyeret dirinya masuk ke dalam kamar.
Sakura menuntut Sarada, duduk di kasur empuk milik putrinya itu. manik hijau terang miliknya memandang serius manik hitam gelap Sarada. "Katakan pada mama, kau ini sebenarnya kenapa Salad?" tanya Sakura. Tanganya terulur memegang pundak Sarada, menuntut penjelasan dari putri semata wayangnya itu.
"Sarada baik-baik saja mama," jawab Sarada sekenanya.
Meskipun begitu, raut murungnya tak dapat ia sembunyikan dari sang mama.
"Jika kau baik-baik saja, lalu kenapa kau sering menangis akhir-akhir ini. Bahkan kau lebih banyak melamun. Dan kenapa kau tak kesekolah dua hari ini sayang, apakah kau sakit?"
Sarada terhenyak mendengar penuturan ibunya. Ia tak menyangka Sakura menyadari bahwa dirinya sering menangis dalam diam.
"Sarada, jawab pertanyaan mama." tekan Sakura Wanita baya itu menatap lurus ke netra onyx purinya. "Kau bahkan pulang kerumah sebelum waktunya pulang, Sarada. Apa telah terjadi sesuatu di sekolah, yang membuat dirimu seperti ini?"
Degh!
Jantung Sarada serasa berhenti berdetak, nafasnya tercekat. Perkataan ibunya membuat dirinya teringat kembali akan ucapan Boruto dua hari lalu.
Kedua tanganya terkepal erat, matanya terpejam, Sarada menghembuskan nafas panjang bersamaan dengan kedua matanya yang kembali terbuka.
"Ma, berhentilah menanyakan hal itu. Sarada baik-baik saja, tidak terjadi apapun di sekolah. Dan mengenai hal diriku yang pulang lebih awal, itu karena Sarada merasa tak enak badan." jelas Sarada.
"Lalu bagaimana dengan luka lebam di pipimu?" tanya Sakura berusaha mengorek informasi dari putrinya itu.
Sakura jelas merasa aneh dengan sikap Sarada belakangan ini. Gadis itu selalu terlihat murung dan tak bersemangat, seperti tengah mengalami patah hati akibat cinta bertepuk sebelah tangan.
Sarada, putrinya itu biasanya selalu terlihat baik-baik saja. Onyx indah putrinya, kini menyorot dengan tatapan sendu.
"Hentikan mama!" tanpa sadar Sarada membentak. Ia berdiri dengan nafasnya yang terengah-engah. Ia tak ingin mengingat kejadian itu lagi.
"Sarada... mama hanya khawatir terjadi sesuatu yang buruk padamu sayang," Sakura ikut berdiri, menatap intens onyx putrinya.
Sarada menghembuskan nafas panjang. Mamanya sungguh membuat dirinya frustasi. Tidak bisakah Sakura tak menanyakan hal itu secara terus-menerus?