[10]Acting

7.9K 607 50
                                    

Pair : Draco Malfoy x Harry Potter

=> Draco hanya butuh Harry berpura-pura menjadi pacarnya.

---

Ini semua berawal dari Ibunya yang tidak pernah berhenti menanyakan urusan permasalah percintaan Draco. Draco sebenarnya mengerti bahwa Ibunya hanya terlalu khawatir hingga bertingkah paranoid bahwa putranya akan mati perjaka. Hanya saja, Draco tidak tahan setiap kali Ibunya menjodohkannya dengan setiap wanita yang pernah mereka temui. Mulai dari teman bisnis, perawan desa, hingga nenek penjual ikan sudah Ibunya tawarkan pada Draco.

Memilih untuk menghindar, jadi Draco segera mengumumkan orientasi seksualnya saat mereka sedang makan malam. "Aku gay."

Tidak pernah terbayang dalam pikirannya, bahwa reaksi Ayah dan Ibunya terlihat biasa-biasa saja untuk ukuran orang tua yang baru saja mendengar fakta bahwa anak semata wayang mereka memiliki referensi orientasi seksual yang bengkok.

"Ya, dan sekarang, tunjukkan dimana pacarmu." Kata Ayahnya dengan wajah tidak terkesan. "Kau tidak akan menyembunyikannya dari kami, bukan?"

"Uh... tentu saja. Minggu depan mungkin dia tidak sibuk." Draco bergumam sambil memotong dagingnya dengan pisau, kemudian memakannya dalam sekali lahap.

"Bagus, karena Pansy juga akan datang minggu depan." Ibunya tersenyum manis, tak peduli jika Draco melebarkan pupil matanya.

Sekarang, masalahnya adalah, Draco tidak punya pacar. Dan ya tuhan, Draco bahkan bukan benar-benar gay. Apa yang akan dikatakan Pansy jika tahu bahwa sepupu tampannya terlalu takut untuk memulai suatu hubungan hingga mengaku gay pada orang tuanya? Sial Draco, aku tidak tahu jika kau lebih bodoh dari yang kubayangkan, dan kemudian wanita itu pasti akan tertawa, mengatakan jika Draco adalah pria paling tolol tahun ini.

Jadi adalah hal yang paling masuk akal bagi Draco untuk masuk ke dalam bar para gay dan mencari seorang pria yang setidaknya mau menerima beberapa lembar uang untuk menjadi pacar palsunya selama satu hari. Ia berpikir akan semudah itu pada awalnya, tapi tidak setelah ia melihat beberapa pria berotot menari dan menggeliat manja pada sebuah tiang. Draco ingin muntah. Matanya agak panas ketika melihat penis-penis di antara penari saling beradu. Jangankan satu jam, satu menit pun ia tidak akan tahan berada disini.

Mungkin inilah akhir perjuangannya. Ayah dan Ibunya pasti merasa kasihan bahwa putra mereka berpura-pura menjadi gay hanya untuk mundur dari satu atau dua perjodohan yang sudah mereka atur. Dan kemudian mereka akan meminta maaf padanya, mengatakan jika mereka tidak akan lagi memaksakan kehendak pada Draco. Dan yah, itu akan memalukan jika benar-benar terjadi. Karena Pansy tidak akan pernah berhenti membicarakan ini sampai tulangnya mulai mengalami keropos di usia tua.

Draco menghela nafasnya. Ia memilih untuk duduk di kursi dekat bartender, berusaha menutupi pandangannya dari para penari telanjang. Ketika ia mendengar suara dengusan dari sampingnya, Draco segera menoleh, mendapati seorang pemuda sedang duduk dengan wajah yang terkesan datar.

Oh sial. Pemuda itu sangat tampan sekaligus terlihat cantik secara bersamaan. Bahunya tidak terlalu lebar, tubuhnya jauh lebih pendek dari Draco. Bulu matanya yang panjang terlihat kontras dengan mata emeraldnya. Rambutnya acak-acakan, yang dimana malah terlihat seksi, bukannya menjengekelkan. Demi tuhan, Draco baru saja menemukan permata di tumpukan sampah.

"Apa kau gay?" Draco merutuki dirinya sendiri.

"Apa aku terlihat seperti gay?" Lelaki itu membalas dengan wajah tidak terkesan.

"Maaf. Tapi dengar, aku butuh seorang pria yang mau berpura-pura menjadi pacarku selama satu hari di depan keluargaku."

Pemuda itu menatapnya dengan alis terangkat. "Itu aku bukan?"

Draco mengangguk. "Aku akan membayar berapun yang kau mau."

Lelaki itu menyeringai. Bibirnya berkerut dengan bentuk seksi yang jauh lebih menjanjikan. "Nah, masalahnya aku tidak tertarik dengan uangmu." Ujarnya. "Tapi aku mungkin akan berpikir dua kali jika kau bisa menjauhkan pria itu dariku." Dia kemudian menunjuk pria lain yang sedang sibuk memesan minuman.

Draco mengarahkan pandangannya. Melihat seorang lelaki dengan postur tubuh yang lebih sedikit tinggi darinya. Rambutnya berwarnya kecoklatan, dengan wajah tampan seperti Edward Cullen. "Kau yakin?" Draco bertanya.

"Ya, lakukan apapun yang kau bisa." Lelaki yang ada disebelahnya menjawab.

Draco mengangguk. Ia merasa semakin tertantang di saat pemuda itu menyeringai ke arahnya.

"Harry, aku membawa minuman untukmu." Pria lain datang ke arah mereka dengan dua gelas cangkir ditangannya. Bibirnya senantiasa merangkai senyum, tapi itu berubah setelah Draco merangkul pundak lelaki yang bernama Harry. "Ah, siapa orang ini Harry?" Lanjut pria itu.

"Draco Malfoy. Aku pacarnya." Draco tersenyum, kemudian mencium pipi Harry dengan kecupan basah. Oke, itu pipi terlembut yang pernah ia cium selama ini.

"Kau tidak pernah mengatakannya." Pria itu mendengus. Terlihat jelas jika pria itu tidak sepenuhnya percaya dengan Draco.

"Astaga sayang." Draco membuat wajah kecewa yang terlihat menjanjikan, karena Harry nampaknya agak terkejut dengan perubahan moodnya yang tiba-tiba. "Kenapa kau merahasiakan ini dari teman-temanmu? Apa kau malu denganku, Harry? Apa yang kurang dariku? Aku, aku mencintaimu, bahkan aku sudah membicarakan ini dengan keluragaku, tapi kau..." Draco menutup matanya, mencoba mendramatisir keadaan.

Suasana semakin tegang. Harry hanya bisa diam membantu, mungkin agak syok dengan kehebatan Draco dalam berakting.

"Oh ayolah, siapa yang percaya denganmu." Pria lain menggelengkan kepalanya. Wajahnya menunjukkan raut masam, seakan mengatakan Kau pikir otakku ada di pantat, keparat?

"Diam Cedric." Harry bergumam, kemudian menatap Draco dengan wajah memelas. "Maaf sayang. Aku pikir kau tidak benar-benar mencintaiku. Maksudku, kau hanya pria manja yang bahkan tidak tahu bagaimana caranya menggunakan raut wajah dengan benar. Percaya atau tidak, kau seperti marmut yang sedang menahan sembelit tadi." Harry meremas tangan Draco, dan itu tidak membantu sama sekali. Hati Draco sudah terlanjur retak.

"Tapi, aku tahu jika kau hanya seorang pria yang jatuh cinta denganku. Dan aku yakin kau akan selalu membuatku bahagia dengan tingkah konyolmu." Lanjut Harry dengan nada yang tulus.

Wajah Draco tiba-tiba menghangat. Bibirnya terbuka dan menutup. Ada rasa bahagia yang tertanam dalam lubuk hatinya. "Aku mencintaimu, Harry. Bahkan sejak kali pertama kita bertemu." Ia membekap wajah Harry agar mendekatinya. Kemudian bibir ranum itu segera melumat habis bibir keringnya. Draco mendengus, ia tidak menyangka jika Harry sangat hebat dalam berakting.

"Baikalah, aku percaya." Cedric berkata, kemudian pergi dari hadapan mereka dengan wajah tertekuk.

"Kau hebat." Draco tidak bisa untuk tidak memuji Harry. Ia yakin keluarganya akan percaya sepenuhnya pada mereka.

Harry menatapnya. "Aku tidak berakting." Ujarnya. "Aku suka pria konyol sepertimu, Malfoy." Bibirnya berkedut membentuk seringai geli yang menggoda. Harry mengusap tangan Draco, lalu meletakkan alamat dan nomor kamar hotel di atas meja. "Dan jika kau ingin aku bertemu dengan keluargamu, maka datangi aku satu jam lagi."

Pupil mata Draco melebar saat Harry mengedipkan mata genit ke arahnya. Lelaki itu kemudian bangkit dari kursinya, dan pergi keluar dari bar.

Ya tuhan, orang bodoh mana yang akan melewatkan kesempatan ini.

Dan yah, Draco tentu saja meremas kertas milik Harry dan memasukkannya ke dalam saku. Cepat atau lambat, Ayah dan Ibunya akan segera melihat calon menantu mereka.

.
.
.

End.

Harry Potter (Bottom) || OneshootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang