11 (2031)

968 86 2
                                    

Haechan tersenyum tipis sambil memandang kartu nama yang baru saja ia dapat beberapa hari yang lalu. Di kartu itu tertulis nama "Hendry". Entah Mark yang lupa atau memang jika ingin menghubungi Mark harus melalui orang yang bernama Hendry itu.  Haechan memasukkan kartu itu kedalam lacinya, jujur saja ia sebenarnya tidak ada keinginan untuk membuka hati lagi kepada Mark. Sampai sekarang Haechan bahkah masih mencintai orang yang bernama Mark itu, tapi luka lamanya membuatnya takut untuk mendekati Mark.

" Sampai kapan kau akan termenung seperti itu?" Renjun mengagetkan Haechan yang termenung di meja kerjanya

" Wah.. tumben sekali dan apa yang ada di tangan mu itu?" Haechan bangun dari duduknya dan menyusul Renjun yang sudah duduk di sofa

" Ayam goreng.... Aku terlalu malas untuk makan sendiri"

" Baiklah... aku tau porsi makanmu tidak sebanyak ini, kenapa membeli terlalu banyak?"

" Oh... rencananya aku ingin memakan ini bersama Lucas, tapi katanya dia sudah makan bersama temannya"

"Hmmmm... Waah sudah lama sekali aku tidak makan ini" Haechan dengan lahap memasukkan paha ayam itu kedalam mulutnya 

" Hmmm sepertinya kita butuh batuan" Renjun Menaikkan alisnya, Haechan yang mengerti langsung mengambil ponselnya. 

Tidak sampai lima menit Jaemin sudah sampai di ruangan kerja Haechan 

" YA! Kalian ini kenapa hobby banget sih makan di ruang kerja kan jadi Bau" Kesal Jaemin sambil membuka semua jendela 

" Ya ya ya ! Ini kan ruang kerja ku kenapa kau yang sibuk"

" Ya... tapi tetap saja aku yang membersihkannya!"

" Aku tidak pernah menyuruhmu! Lagi pula salahkan Injun dia yang membawa ayam ini" Haechan melemparkan kesalahan yang entah salah siapa kepada Renjun

" Ya! Kau yang menyuruhku duduk disini!"

" Tuh emang salah kalian!" Gerutu Jaemin 

" Jadi mau ngga?" Tanya Haechan santai sambil menyodorkan satu potong ayam 

Jaemin mendelik bahu pelan, dan ikut bergabung bersama Renjun dan Haechan. Begitu lah pertemanan mereka tidak ada hari tanpa perdebatan. 

" Apa dia suka melirik perawat-perawat sexy?" Tanya Jaemin tanpa alamat. Karena mereka sudah berteman sejak lama, tentu saja siapa yang dimaksud dan kepada siapa Jaemin bertanya sudah jelas bagi mereka berdua

" Uwah... jangankan melirik, untuk tersenyum saja dia tidak punya waktu! Kau tau kan si Jeno itu gila kerja... dia bahkan bisa mengoperasi 5 orang dalam sehari, aku heran dengannya" Jawab Renjun sambil menenggak colanya

Jeno sekarang adalah seorang dokter bedah dan Renjun bekerja sebagai kepala opoteker di rumahsakit yang sama dengan Jeno 

" Hahahahah, lalu bagaimana dengan mu? Kudengar dia akan mendebutkan idol baru" Tanya Jaemin lagi 

" Ya... boygrup... semoga saja banyak yang suka" Jawab Renjun 

" Oiya... tadi seseorang menghubungi ku, dan  sampai kapan kau akan memberikan nomor kantor sebagai nomor pribadimu! "

Haechan hanya tersenyum mendengar celotehan Jaemin, hanya sedikit yang mengetahui nomor pribadi Haechan, ya... Haechan benar-benar menutup diri sejak itu. 

" Memangnya siapa yang menelfon?" Tanya Renjun penasaran 

" Mark" Jawab Jaemin singkat sedangkan Haechan hanya tersenyum tipis

Tidak ada yang berbicara, Jaemin dan Renjun hanya saling pandang, menunggu respon dari Haechan yang masih sibuk mengunyah makanannya 

" Apa?" Tanya Haechan melihat kedua temannya memandanginya 

" Kau tidak penasaran dia mengatakan apa?"  Tanya Jaemin 

" Tidak"

" Kau benar- benar tidak peduli padanya?" Tambah Jaemin yang hanya dijawab anggukkan oleh Haechan 

" Jadi kau benar-benar sudah tidak mencintainya?" Kali ini Renjun yang berbicara dan membuat Haechan terdiam. 

Lagi -lagi tidak ada yang berbicara, Haechan hanya menatap lurus box ayam yang sudah mulai kosong, sedang Renjun dan Jaemin saling menatap menyalahkan seakan mengatakan " Ini salah mu karena membuat Haechan menangis"

Ya... Air mata Haechan jatuh begitu saja, ia juga tidak mengerti kenapa ia harus menangis. Haechan menghapus air matanya kasar dan menenggak colanya

" Uwaaah... huffft... sepertinya aku sangat kenyang" Haechan mencoba mengalihkan topik pembicaraan 

" Chan... sampai kapan kau akan seperti ini?" Renjun menahan tangan Haechan yang mencoba kabur

" Aku tau berat rasanya bangkit dari pengalaman itu, tapi kau harus bangkit chan untuk bisa terus menjalani hidup... kau tidak boleh seperti ini" Tambah Rejun 

" Aku tidak bisa.....a...aku...aku tidak akan pernah bisa memaafkan diriku"

" Kau harus bisa! Jika kau ingin terus hidup... apa gunanya kau hidup jika masih menyalahkan dirimu! Sudah kubilang itu bukan salah mu!" Bentak Renjun 

" Injuna... sudahlah... tak perlu begitu" Jaemin mencoba menengahi tapi sepertinya percuma saja

" Apa? Kau masih mau membantah? Dengan kau hidup menderita maka semua dosa mu akan terbayar"

" INJUNA!" Teriak Jaemin 

" Haechan...dulu kau itu anak yang sangat ceria, membawa semangat dan sangat hangat, tapi sekarang... yang kulihat hanyalah orang tak berguna"

" INJUNA KU BILANG BERHENTI!"

" Tak apa Na.... Injun benar....yaaa aku hanya sampah... tidak bisa bangkit dari masa lalu ku... aku masih berharap penghapusan dosa dari dia... tapi sepertinya aku tidak akan pernah bisa menghapus dosaku"

"Baguslah kau sadar diri! Kau seperti mayat hidup... kenapa tidak sekalian saja? kenapa harus separuh-separuh begini? Kenapa kau takut mati?"

Dengan kesal Nana menarik Renjun keluar dari ruangan, sungguh jika Renjun dan Haechan sudah bertengkar seperti ini tidak akan ada habisnya. 

" Hah.... mati ya.... tidak... aku tidak takut"

Dan disinilah Haechan berakhir.... di tepi sebuah jembatan yang tidak jauh dari sekolahnya, jembatan ini cukup sepi dan Haechan memang sering menghabiskan waktu nya sendiri di jembatan ini. Dibawahnya mengalir air sungai yang cukup deras. 

Haechan berdiri di tepi sungai itu, mentap pantulan dirinya 

" Maafkan Aku"

Haechan menutup matanya dan mulai melangkahkan kakinya bebas.

[COMPLETED] Our Story || MarkHyuck Where stories live. Discover now