"Jadi lo mau beli obat apa?"
Mobil Eldo telah berhenti di depan apotek lima menit lalu, namun Reynar tak kunjung keluar dan masih terdiam di dalam mobil. Hanya menatap pada apotek yang sedikit ramai siang itu.
"Bocah lo ma--"
"Jalan lagi aja, gue males ngantri."
Eldo memejamkan kedua matanya kesal, menghela napas kasar, kemudian kembali menatap Reynar. "Sebenarnya lo mau beli obat apa? Lo sakit apa? Bilang sama gue, biar gue yang beliin."
"Nggak usah, pulang aja sekarang."
"Reynar lo tuh...," Eldo meremas-remas kedua tabgannya meluapkan kekesalannya di hadapan Reynar, ingin sekali mencabik-cabik wajah adik tirinya namun kedua tangannya pada akhirnya kembali ia hempasan dan sebagai ganti ya stir mobil yang jadi pelampiasan kekesalannya.
"Argghhh, sial! Lo ngeselin banget sumpah."
Pada akhirnya Eldo kembali menjalankan mobilnya, dan Reynar hanya diam tanpa memperdulikan Eldo yang kesal padanya. Kedua matanya ia pejamkan ketika adegan kecelakaan itu kembali melintasi pikirannya, ucapan-ucapan ibunya yang meremukkan hatinya pun tak ingin enyah dari pikirannya membuat Reynar mengepalkan kedua tangannya hingga buku-buku jarinya memerah.
Kemudian ia tersentak ketika tubuhnya terdorong ke depan, beruntung dirinya memakai sabuk pengaman jika tidak mungkin tubuhnya sudah membentur bagian depan mobil, namun tiba-tiba saja perutnya mulai memberontak untuk mengeluarkan segala isi yang ia makan. Kejadian barusan kembali membuatnya teringat masa lalu, membuat kepalanya pening dan perutnya terasa mual.
"WOY KALAU NYEBRANG LIHAT-LIHAT DONG." Eldo berteriak pada seorang remaja lelaki yang mungkin seusianya yang tiba-tiba saja menyebrang secara tiba-tiba membuatnya terkejut namun remaja lelaki itu tak memperdulikan teriakannya, terus berjalan tanpa menoleh sedikitpun.
"Untung refleks gue bagus, kalau nggak, lo udah ketemu malaikat." Eldo menggerutu kesal, hendak kembali menjalankan mobilnya namun suara pintu yang terbuka membuatnya menoleh, Reynar telah berjalan menuju pohon di sisi jalan.
"Ngapain lagi tuh anak."
Eldo memilih untuk menghampiri Reynar yang tengah membungkuk sementara tangan kanannya berpegangan pada batang pohon.
"Lo ken--"
"Hoekk."
Kalimatnya terpotong, suara muntahan yang berasal dari mulut Reynar membuat Eldo segera membantu dengan memijat pelan sekitaran area leher Reynar.
"Hoeek uhhukk... Uhhukkk..."
Kini hanya cairan yang ke luar, tubuh Reynar terasa lemas sekarang pun perutnya terasa sakit dan kepalanya pening. Ini lah kenapa dirinya lebih menyukai naik motor dari pada mobil, karena roda empat itu selalu membuatnya mampu teringat pada masa lalu. Tidak ada yang mengetahui, begitu juga ayahnya. Reynar masih bungkam, menutup mulutnya tentang kejadian saat dia masih berusia enam tahun ketika ibunya menghukumnya dengan mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi dan meninggalkannya sendirian di tengah hujan lebat di bawah pohon.
Namun kenangan itu selalu membuat perutnya terasa mual dan kepalanya pun terasa pening ketika mengingatnya.
Reynar mengambil napas dengan rakus, tubuhnya dia sandarkan pada tubuh tinggi kakak tirinya sementara kedua matanya terpejam mencoba menghilangkan rasa pening di kepala juga menikmati pijatan ringan Eldo yang kini beralih di kepalanya.
Ingin sekali Reynar mengumpat untuk dirinya sendiri, mengapa akhir-akhir ini dirinya selalu menunjukkan kelemahannya di hadapan Eldo? Dan mengapa Eldo selalu ada di sampingnya ketika dirinya mulai lemah? Yang Reynar yakini Eldo membencinya, pun Reynar mencoba untuk tak dekat dengan kakaknya itu tetapi mengapa semuanya berbanding terbalik?
KAMU SEDANG MEMBACA
REYNAR || Huang Renjun [END ✔️]
Teen FictionReynar Raksa Nugraha hanya punya satu keinginan yaitu dia tak ingin merasakan kehilangan, namun kehilangan adalah bagian dari kehidupan. Mau tidak mau, suka tidak suka kita harus merasakan kehilangan seseorang yang berharga meski akan selalu menimbu...