7. Setitik Bahagia

2K 332 8
                                    

"Lo mau mati?"

Suara itu menghentikan Reynar yang memukul dadanya, kemudian menoleh mendapati kehadiran kakak tirinya yang kini berdiri di sampingnya. Dan bagai sudah diatur, Reynar merubah raut wajahnya dalam hitungan detik. Kini kekesalan terlihat jelas di sana, berbeda dengan beberapa saat lalu yang terlihat frustrasi dan juga ada kesedihan di sana.

"Kenapa lo ada di sini?"

"Kenapa lo mukulin dada lo?"

Bukan jawaban tetapi pertanyaan yang dibalas oleh pertanyaan lagi membuat Reynar memutar bola mata kesal.

"Jawab pertanyaan gue,"

"Lo yang harus jawab pertanyaan gue, Bocah. Lo lupa kalau dada lo itu payah banget."

Reynar menghela napas kesal, kemudian menghembuskannya kasar, "bukan urusan lo." Katanya pada akhirnya kemudian Reynar beranjak hendak meninggalkan Eldo namun suara Eldo yang tertangkap oleh telinganya membuat langkahnya terhenti.

"Lo emang nyebelin ya."

Reynar membalikkan badannya, menatap Eldo dengan senyuman miring, "Lo baru sadar?" Kemudian kembali melanjutkan langkahnya untuk kembali ke ruang kerja ayahnya.

Sementara Eldo, pemuda itu mengusap kasar wajahnya kemudian mendongak memandang langit kelabu siang itu.

"Ya Tuhan ... kenapa Engkau mempertemukan hamba dengan bocah kurcaci rese itu, sih? Kenapa Engkau mempertemukan kami Tuhan? Bisa kah Engkau melenyapkannya saja? Agar makhluk tak tahu diri nan menyebalkan itu tidak mengganggu hidup hamba Tuhan."

Ada satu hal yang Eldo lupakan, bahwa setiap ucapan adalah doa yang bisa saja akan Tuhan kabulkan suatu saat nanti. Lantas, ketika Tuhan mengabulkan doanya, apakah Eldo akan menyesal?

Eldo kemudian memilih untuk mengikuti Reynar hingga kini keduanya berjalan bersisian di koridor rumah sakit meski tanpa pembicaraan hingga suara roda brankar rumah sakit yang bergesekan dengan lantai membuat Eldo menoleh ke belakang mendapati beberapa suster dan perawat mendorong brankar dengan tergesa yang membawa seorang anak kecil yang berlumuran darah.

"Awas."

Eldo kemudian menarik Reynar yang hampir tertabrak para perawat yang membawa anak kecil itu karena berada di tengah, tubuh Reynar terhuyung ke depan membentur tubuh Eldo karena tak siap dengan tarikan Kakak tirinya yang mendadak kemudian kepalanya menoleh melihat para perawat yang membawa brankar dengan tergesa, hingga ketika mengingat posisi keduanya yang teramat dekat Reynar dengan cepat menjauhkan tubuhnya dari Eldo.

Kemudian tanpa berucap apapun, kaki yang lebih pendek melangkah dengan tergesa meninggalkan Eldo.

"WOY! UCAPAN TERIMA KASIH LO MANA HAH?!"

"GA ADA."

Teriakan keduanya di koridor membuat mereka menjadi pusat perhatian, Reynar tak perduli dengan tatapan orang-orang dan terus melangkah sementara Eldo meringis malu di tempatnya kemudian menyatukan kedua tangannya seraya membungkukkan badan memohon maaf.

"Anak itu benar-benar menyebalkan. Seharusnya biarkan saja tubuh pendeknya itu terkena brankar. Lo memang terlalu baik, El."

🌱🌱🌱

Chandra tengah mengobrol dengan Almira ketika pintu ruangannya terbuka memperlihatkan tubuh pendek seorang remaja dengan seragam sekolah yang di balut jaket Boomber.

"Reynar kamu dari mana saja, sayang? Mama Dateng kok nggak ada?"

Almira menghampiri tubuh Reynar kemudian menuntunnya untuk duduk di sofa, ia meraih kresek hitam yang terdapat beberapa makanan yang ia beli ketika akan menuju rumah sakit.

REYNAR || Huang Renjun [END ✔️] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang