21. Pengemis Kasih Sayang.

1.5K 258 0
                                    

Cuaca di kota Bandung terkadang tidak menentu, terkadang panas terkadang hujan meski sudah memasuki kemarau dan sore ini hujan tiba-tiba saja jatuh mengguyur bumi. Membasahi tanah yang sebelumnya kering. Ada gemuruh yang sesekali terdengar.

Eldo memandang hujan melalui jendela kamar Reynar, seraya memejamkan kedua matanya seraya menghirup aroma petrichor yang selalu ia sukai. Begitu menenangkan. Dan hujan selalu membawa kerinduannya pada Nara. Sosok gadis itu tak pernah bisa Eldo lupakan, bahkan terasa sulit untuknya membuka hati untuk wanita lain. Karena sosok Nara begitu spesial di dalam hatinya meski hati Nara telah terbagi untuk Reynar.

Omong-omong tentang Reynar, anak itu kini tengah tertidur di ranjangnya setelah Dokter memasangkan infus ke dalam punggung tangannya.

"Sshhh... Hentikan."

Suara lirihan itu tertangkap oleh telinganya membuat Eldo menoleh pada sosok pemuda yang tengah berbaring. Ia segera kembali menutup tirai jendela sebelum menghampiri Reynar.

"Rey,"

Tubuh anak itu sedikit bergetar namun juga bergerak dengan gelisah hingga menggeleng-gelengkan kepala terlihat gusar  ada gumaman-gumaman yang tak terlalu jelas terdengar dari mulut Reynar, bahkan kini keringat dingin itu telah menghiasi kening adiknya.

"Reynar, hey, bangun Rey."

Tangan Eldo menepuk-nepuk pipi Reynar pelan, mencoba membangunkan adiknya dari mimpi buruk.

"Reynar,"

"Hentikan... Sakithh...."

Tepukan tangan di pipi Reynar terhenti seketika, ketika setetes kristal bening itu terjun bebas dari kelopak mata Reynar yang terpejam dan mengakhiri pipi membuat Eldo membeku seketika.

Untuk pertama kalinya, dia melihat air mata yang keluar dari kedua mata adiknya.

"Hentikan!"

Reynar terbangun seketika setelah berteriak membuat Eldo kembali pada dunianya setelah tadi pikirannya membawanya entah ke mana.

Napas Reynar terdengar memburu dengan keringat yang sudah membasahi keningnya, Eldo ingin bertanya apa Reynar baik-baik saja namun tanya itu belum sempat diutarakan karena suara petir itu membuat keduanya tersentak terutama Reynar.

"Maaf ... Maaf... Maafin Rey... Maaf Rey tidak sengaja... Maafin Rey... Maaf."

Kalimat itu terus diucapkan secara berulang kali, kedua tangannya menutup kuat sepasang telinga, kedua matanya terpejam erat dengan kepala Lang menunduk mendekati lutut yang tertekuk, sementara tubuhnya mulai bergetar.

Eldo tak kuasa melihat Reynar yang terlihat berbeda, begitu rapuh layaknya gelas kaca yang sudah retak dan jika tersentuh sedikit akan hancur seketika, karena itu ketika mendengar gumaman yang ke luar dari belah bibir adiknya kedua tangannya mulai merengkuh tubuh Reynar, mendekap dan mengusap pelan kepala Reynar mencoba memberi ketenangan.

Tubuh itu terasa bergetar dalam dekapannya.

"Maafin Rey, Rey janji Rey tidak akan nakal lagi, Rey janji akan menjadi anak yang baik dan penurut. Maafin Rey, Ma. Jangan tinggalin Rey, Rey takut."

Dalam pikiran Reynar, yang memeluknya adalah ibunya. Yang mengusap kepalanya adalah ibunya.

"Kau memang seorang penghancur,"

"Seharusnya aku tidak pernah melahirkanmu ke dunia karena itu hanya sebuah kesialan bagiku."

"Kamu memang anak yang kurang ajar. Pembawa sial, seharusnya aku menggugurkanmu sejak dulu."

REYNAR || Huang Renjun [END ✔️] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang