26. Sebuah Alasan Dibalik Kebencian

1.5K 273 6
                                    

"Bahkan sampai matipun saya tidak akan memberikan itu kepada seorang anak yang hadirnya tak pernah diharapkan. Karenamu hidup saya hancur."

Rena membalikkan tubuhnya, menatap pada sosok remaja lelaki yang berdiri menatapnya. Ia bisa melihat dengan jelas bagaimana kedua bola mata itu berkaca-kaca dan tersimpan banyak luka. Namun menatap wajah Reynar, selalu membuat dirinya merasa jijik dengan tubuhnya sendiri.

"Jika kamu hadir karena cinta dan bukan paksaan, tentu saya akan menyayangi kamu. Namun kamu hadir bukan terlahir dari cinta, tetapi karena paksaan dan membuat hidup saya hancur seketika."

"Ma," panggil Reynar pelan, namun Rena kembali berbicara.

"Melihat kamu, selalu membuat saya merasakan jijik pada tubuh saya."

Tubuh Reynar terhuyung ke belakang, menatap kedua mata ibunya dengan luka menganga. Hatinya teriris perih ketika ibunya mengatakan kalimat yang begitu menikam tepat di jantung .

"Lantas kenapa Mama lebih memilih memberikan kasih sayang Mama untuk Juna? Dia bukan anak kandung Mama," ucap Reynar pelan.

"Dia memang bukan anakku, Namun kehadirannya membuatku merasa lebih hidup dan bisa mengobati rinduku kepada Kennan."

"Ma--"

"Sedangkan kehadiranmu hanya membuatku merasakan sakit mengingat bagaimana kamu terlahir dari seseorang yang tak pernah saya harapkan."

Reynar menggigit bibirnya dengan kuat, sementara ketika kelopak matanya berkedip detik itu juga kristal bening menetes mengaliri pipi.

Kemudian ketika dia mulai kehilangan arah, Amarah yang mulai menguasai diri, dada yang kian terasa menyesakkan, kedua matanya yang perih dan memerah menahan tangis membuat Reynar mulai meluapkan segalanya.

Dengan frustasi Reynar menonjok tembok berkali-kali tak peduli bahwa buku jemarinya kini telah lecet dan berdarah, berteriak dan menghancurkan barang-barang yang ada di hadapannya, membalikan meja kaca hingga hancur lebur, membuat Rena sedikit terkejut dengan reaksi Reynar.

Ini pertama kali dalam hidupnya menyaksikan bagaimana Reynar yang meluapkan segalanya, begitu marah dan frustrasi.

"Sampai kapan Mah... sampai kapan Rey harus mengemis kasih sayang dari Mama untuk Rey. Sampai kapan? Kenapa cuma Juna yang selalu Mama sayang. Sedikit saja, Rey mohon berikan Rey kasih sayang Mama."

Reynar berjalan menghampiri Rena, melewati serpihan kaca yang senantiasa menusuk kakinya namun ia tak peduli. Bahkan meski luka di kakinya dulu masih ada dan belum sembuh dan kembali terluka Reynar tidak peduli. Rasa sakit dan perihnya pun tak terasa, hatinya lebih sakit. Lebih perih dari luka fisiknya.

"Apa yang harus Rey lakukan Ma? Agar Mama sadar bahwa Rey juga anak Mama." Ucapan lirih itu bahkan tak menggetarkan hati Rena bahkan ketika Reynar telah berlutut di hadapannya. "Rey hanya ingin sekali saja merasakan pelukan Mama. Rey mohon, sedikit saja tolong berikan sedikit saja Rey kasih sayang yang sama seperti Mama memberikan kasih sayang Mama untuk Juna."

"Bahkan saya tidak pernah sudi tubuh saya disentuh oleh anak sial sepertimu," ucapan tajam itu mutlak meremukkan hati Reynar.

"Rey anak kandung Mama ... Rey anak kandung Mama dan Juna cuma anak tiri Mama, tapi kenapa Mama lebih menyayangi Juna daripada Rey. Kenapa Mama selalu membenci Rey? Semuanya bukan kesalahan Rey, Ma, tetapi kenapa selalu Rey yang menjadi pelampiasan kemarahan Mama."

"Karena kehadiran kamu sendiri adalah sebuah kesialan bagi saya. Seharusnya saya melenyapkanmu sejak awal. Dan saya peringatkan, jangan pernah mengganggu anak saya lagi. Berandalan sepertimu tak sebanding dengannya."

REYNAR || Huang Renjun [END ✔️] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang