51. Pria Asing

18.1K 2.5K 331
                                    

Sesampainya Airin di rumah utama, Ria dan Nia ternyata sudah sampai. Airin cukup terkejut dengan kehadiran dua istri Sakha yang cantik-cantik itu tengah duduk-duduk manis di teras. Airin yakin, siapa pun yang melihatnya pasti akan mengira bahwa dua bidadari tengah mampir ke rumah ini.

Airin tidak melebih-lebihkan, dibanding dengan dirinya yang saat ini mengenakan pakaian lusuh berlapis-lapis dan wajah yang hampir tertutup debu, Ria dan Nia tampil sangat cantik.

Saat Airin turun dari mobil, kedua pandangan wanita di teras rumah itu tertuju langsung padanya. Airin tersenyum pada mereka.

"Ya ampun, Ririn?!" seru Ria.

"Sore, Kak Ria, Kak Nia," sahut Airin menyapa.

Nia menjawab sapaan Airin itu dengan tawa. "Ya ampun, Rin, aku hampir aja gak kenal kamu tadi. Kupikir Galih bawa perempuan dari mana. Hahaha!"

Galih meringis pelan pada ucapan Nyonya ketiganya itu. Dia menoleh pada Airin dan menatapnya khawatir. Tapi yang dikhawatirkan Galih itu justru dengan acuhnya berjalan mendekati teras dan menumpahkan semua jambu air yang telah dipetiknya dan dibawanya dengan baju tadi, ke atas meja bundar di hadapan Ria dan Nia.

"Ini untuk siapa?" tanya Ria heran.

"Ini untuk Kak Ria dan Kak Nia."

Nia langsung menyeletuk. "Oh, kita nggak suka ja—"

"Muka Kakak kering, ya."

"Ha?!" Nia langsung meraba mukanya.

Airin mengangguk dengan tatapan polos. "Pasti pekerjaan Kak Nia dan Kak Ria di kota berat banget, ya?"

"Ah masa sih, Rin?" kini Ria ikut meraba mukanya dan menjadikan layar ponselnya sebagai kaca.

"Iya. Makanya nih, jambu air, bagus buat ngebasahin yang lagi kering-kering." Nada suara dan ekspresi di wajah Airin tampak begitu tulus.

"Yang bener kamu, Rin?"

Airin mengangguk meyakinkan mereka. Seketika, Ria dan Nia langsung saja percaya dan hampir saling berebutan jambu hasil petikan Airin itu.

"Ya sudah, aku ke dalem dulu, mau bersih-bersih."

Saat Airin berjalan menuju paviliunnya, dia menggeleng-geleng pelan mengingat apa yang barusan dia lakukan.

"Padahal mereka lebih paham, tapi kenapa mudah sekali percaya pada omong kosongku?"

***

Beberapa saat kemudian, Airin sudah berada di teras bergabung dengan Ria dan Nia. Pakaian Airin sudah diganti, menggunakan kaos polos berlengan panjang yang dipadu dengan rok bunga-bunga selutut. Rambut hitam dan panjangnya yang agak lembab dia gerai dan anak rambutnya yang mencuat dia jepit dengan jepitan kecil berwarna hitam. Wajahnya yang sudah bersih dari kotoran dan telah disentuh oleh produk perawatan tampak halus dan bersinar. Bibirnya yang kemerahan alami dia gigit pelan kala melihat sebuah mobil masuk ke pekarangan.

"Itu Mas!" kata Ria, segera bangkit. Nia pun juga begitu.

Airin berdiri di belakang mereka dalam diam. Yang pertama turun adalah Tia, lalu Sakha yang keluar dari pintu seberang dan langsung memutar ke arah bagasi untuk mengambil kopernya.

Ria dan Nia memberikan salam dan menghampiri Sakha.

Airin sejenak fokus pada suaminya itu juga. Lima hari tidak melihatnya sudah cukup membuat perasaan asing ini muncul. Namun kemudian, ketika pandangan Airin berlabuh pada seorang pria lain yang terakhir turun dari mobil, semua fokus dan pikirannya tertuju pada pria itu. Matanya membulat dengan ekspresi terkejut.

ISTRI KEEMPATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang