Bab 04: ʀᴀᴊᴀ ᴠᴀʟᴇɴᴅʀᴀ
Aeris dan kedua saudara barunya telah selesai makan dan sedang berbincang ringan untuk mendekatkan diri saja.
"Jadi, sebenarnya kau dari mana Aeris?" tanya Arjuna. Aeris terdiam, tidak tau mau menjawab apa. Apakah ia harus jujur? Atau sebaliknya, berbohong kepada kedua saudara barunya?
"Aku dari tempat yang jauh, sangat jauh," jawab Aeris.
Nalesha mengerutkan dahinya bingung. "Sangat jauh? Apa dari negara lain?"
"Tidak. Tempat asalku masih satu negara, tapi jaraknya sangat jauh. Aku juga ingin pulang, tapi takkan bisa sekarang," ucap Aeris.
"Apa kau punya keluarga? Ibu bilang keluargamu sudah meninggal," tanya Arjuna.
Astaga, meninggal dari mana!
"Tidak, keluargaku sampai sekarang masih hidup. Mereka pasti sedang mengkhawatirkanku saat ini." Aeris tersenyum dengan pandangan mata yang kosong.
"Terus, kenapa kau bisa sampai ke sini?" tanya Nalesha.
"Aku tersesat. Kukira aku akan mati tadi di tengah rerumputan luas yang diapit oleh hutan. Untungnya ada Ibu yang mendatangiku," jawab Aeris sembari memandangi Nalesha.
"Aku bisa mengantarmu pulang ke rumahmu. Walaupun jauh, tapi itu tidak apa-apa daripada harus melihatmu sedih seperti ini," ucap Arjuna.
Aeris menggeleng. "Tidak akan bisa, Kak. Percuma saja kita mengelilingi satu negara ini, itu akan sia-sia."
"Lalu kau mau bagaimana?" tanya Arjuna.
"Aku akan menunggu, sampai waktunya tiba. Tapi sebelum itu, aku harus menemukan kalungku terlebih dahulu." Aeris menatap Arjuna.
"Kenapa harus menunggu sampai menemukan kalung itu, Kak?" tanya Nalesha.
Aeris tersenyum. "Kalung itu adalah sebuah simbol. Dan aku akan langsung pulang ketika kalung itu sudah ditemukan."
"Jika kalung itu sudah ditemukan dan Kakak akan langsung pulang, apa Kakak akan mengunjungi kami lagi?" tanya Nalesha.
Aeris terdiam. Jika ia sudah pulang, ia tidak akan mau lagi menginjakkan kaki di sini. "Aku, tidak tahu. Akan sangat susah untuk kembali lagi ke sini."
"Di mana terakhir kali kamu lihat kalung itu?" tanya Arjuna.
Aeris terlihat tengah memikirkan kejadian sebelum ia mengetahui kalungnya hilang.
"Sepertinya ada di sekitar air terjun tadi. Aku juga tidak sadar ketika kalung itu terlepas."
Arjuna mengangguk. "Besok mau kubantu carikan?" tanya Arjuna.
Aeris mengangguk antusias. "Mau banget, Kak!"
"Oke, besok siang kita akan kembali ke sana, setelah aku selesai membantu Ibu berjualan di pagi hari," ucap Arjuna, Aeris membalas dengan anggukan.
"Apa aku boleh ikut?" tanya Nalesha.
Aeris mengerutkan dahinya bingung. "Kau tidak sekolah, Sha?" tanya Aeris.
Sekarang gantian Nalesha yang menatap bingung Aeris. "Kak? Sekolah hanya diperuntukkan untuk anggota Kerajaan dan Bangsawan. Warga biasa seperti kita ini hanya bisa berdagang saja. Kau tidak tahu?" heran Nalesha.
"E–ehh serius? Di tempat asalku warga diharuskan untuk sekolah dan menuntut ilmu setinggi mungkin," ucap Aeris.
Arjuna dan Nalesha menatap Aeris tidak percaya. "Tidak mungkin! Itu mustahil, enak sekali! Apa tidak ada Bangsawan yang marah?" tanya Arjuna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Edith: Survive in Past
Science FictionKesalahan mesin waktu yang membuat Aeris terlempar menuju masa lalu, pada masa kerajaan kejam berkuasa. [Edith series #1] Sudah diterbitkan oleh Nebula Publisher dan part masih lengkap. 14-04-21 17-03-22 Highest rank: 1 in enhypen. 1 in mesinwaktu. ...