18. Rencana Pangeran dan Raja

733 136 12
                                    

Bab 18: ʀᴇɴᴄᴀɴᴀ ᴘᴀɴɢᴇʀᴀɴ ᴅᴀɴ ʀᴀᴊᴀ

Idris berjalan cepat menuju tempat ayahnya berada. Ia harus cepat-cepat memberitahu masalah ini, karena kalau terlambat memberitahu, bisa-bisa kerajaan mereka hancur karena ulah Pangeran Valendra yang terkenal kejam itu.

"Ayah!" panggil Idris ketika melihat ayahnya berjalan tak jauh darinya. Jonathan langsung menengok ke arah anaknya, lalu tersenyum.

"Ada apa, Idris? Ayah baru saja ingin menengok kakakmu," tanya Jonathan.

"Ada hal yang ingin aku bicarakan Ayah. Ini sangat penting, karena menyangkut tentang ... kerajaan." Idris sedikit menggantungkan kalimatnya di akhir.

Jonathan yang merasa ini memang hal penting langsung menyuruh anaknya untuk mengikuti dirinya menuju salah satu tempat untuk berdiskusi.

"Ada apa?" Setelah sampai, Jonathan langsung mengulang pertanyaannya.

"Selama hilang, Kak Aeris berada di Hanasta, ia tinggal dengan keluarga kecil di sana. Kak Aeris memberitahu bahwa Raja Valendra akan menyerang kerajaan kita, Kerajaan Daniswara," jelas Idris membuat Jonathan menatap anaknya dengan terkejut.

"Kita harus bersiap, Nak. Kumpulkan seluruh prajurit kerajaan," perintah Jonathan.

Idris terdiam, mengingat ucapan sang kakak. "Ayah, Kak Aeris ingin kita menghindari peperangan karena salah satu anggota keluarga yang mengurusnya menjadi prajurit paksa Kerajaan Hanasta."

"Jadi kita harus bagaimana untuk menghindari peperangan? Raja Valendra tidak akan menghentikan perang ini sebelum ia belum mendapatkan apa yang dia mau," ucap Jonathan dengan frustrasi.

"Tidak ada cara lain Ayah, jika ingin warga-warga aman dan kerajaan aman tanpa peperangan, kita harus melakukan cara itu." Jonathan menatap anaknya dengan serius kala Idris menyelesaikan perkataannya.

•••

Sejak tadi, Aeris gelisah karena memikirkan apa rencana Idris selanjutnya. Ia takut, perang akan tetap terjadi. Tiba-tiba pintu terbuka, Aeris segera mengalihkan perhatiannya menuju pintu kamar dan mendapati seorang wanita tengah berdiri di sana dengan senyumannya.

Tentu saja Aeris bingung, ia segera melirik ke arah Dayang Dita, bermaksud untuk bertanya ia siapa. Dayang Dita hanya tersenyum sembari berjalan mendekat ke arahnya.

"Ratu Soraya, ibumu," bisik Dayang Dita.

Aeris segera berdiri, lalu menunduk hormat. Soraya berjalan mendekat dengan anggun lalu menyentuk kedua bahu Aeris.

"Akhirnya kau kembali, Aeris. Ibu mendengar bahwa kau hilang ingatan, sekarang, bagaimana perasaanmu?" tanya Soraya.

"Baik," jawab singkat Aeris.

"Ibu tahu, mungkin kau masih asing dengan semua ini mengingat karena ingatanmu hilang, namun, Ibu yakin, ingatanmu pasti akan kembali," ucapnya.

"Iya, Ibu." Aeris menjawab seraya tersenyum canggung.

Bagaimana mungkin ingatan itu akan kembali. Kami dua orang yang berbeda tetapi nama dan wajah kami sama, batin Aeris.

"Maafkan Ibu baru mengunjungimu sekarang."

Aeris menggeleng. "Tidak apa-apa, Ibu."

"Ibu masih ada urusan, nanti kita bertemu lagi, ya." Setelah mengucapkan kalimat itu, Soraya memluk tubuh Aeris lalu pergi.

"Waahh ... jadi sekarang aku memiliki tiga ibu?" gumam Aeris mengingat ibunya yang berada di tahun 2049, Ratna yang berada di Hanasta, dan sekarang, Soraya, Ratu dari Kerajaan Daniswara.

Edith: Survive in PastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang