Bab 30: ʙᴇʀᴛᴇᴍᴜ ɴᴀʟᴇsʜᴀ
Nalesha duduk diam di tikar yang disediakan. Ia memikirkan Aeris—tentu saja. Renjana yang melihat Nalesha seperti itu sebenarnya kasihan. Nalesha yang tadinya ceria menjadi diam.
"Sha." Panggilan Renjana tidak Nalesha jawab. Anak itu bergeming di tempatnya.
"Sha." Renjana memanggil sekali lagi.
"Jangan ganggu aku," ketus Nalesha.
"Baiklah." Renjana sudah melangkahkan kakinya keluar. Sedikit lagi ia menyentuh gagang pintu, suara Nalesha membuatnya berhenti.
"Aku yakin sekali tadi adalah Kak Aeris! Pokoknya, aku mau menyelinap kembali ke kerajaan!" ucap Nalesha. Ia tidak akan berhenti sampai bertemu dengan kakaknya tersebut.
"Bagaimana jika tertangkap?"
Nalesha melirik Renjana sinis. "Kau ini sangat takut tertangkap, ya?"
"Siapa yang tidak takut tertangkap, Sha? Bayangkan saja hukuman apa yang kita dapatkan jika tertangkap?"
"Ya sudah, jika kau takut, aku sendiri yang akan menyelinap." Nalesha kemudian berdiri dan berjalan cepat keluar penginapan.
"Hei ... jangan sekarang, Sha!" peringat Renjana.
"Semakin cepat, semakin baik. Jika kita cepat menemukan Kak Aeris, kita juga akan pulang semakin cepat. Uang kita tidak akan cukup jika harus berlama-lama di sini." Nalesha menjelaskan sembari berjalan kembali menuju kerajaan.
"Aku tahu itu, tapi apa salahnya jika menunda satu hari saja? Besok kita kembali menyelinap," saran Renjana.
"Tidak, aku mau sekarang." Renjana seperti ingin memukul kepala Nalesha dengan kayu yang ada di jalan. Keras kepala sekali dia!
"Aduh!" Renjana mengelus kepalanya yang menabrak punggung Nalesha, anak itu berhenti secara tiba-tiba.
"Jangan berhenti mendadak dong!" kesal Renjana.
Namun, Nalesha tidak mendengarkan Renjana. Anak itu kembali berjalan, lebih cepat dari sebelumnya menuju pasar. Tiba-tiba saja Nalesha berlari, membuat Renjana bingung dengan tingkah Nalesha.
Nalesha melihat sesuatu yang membuat ia bertingkah seperti itu. Ia berlari lalu menarik seseorang dengan cepat. Nalesha tentu kenal dengan wajah itu, wajah yang membuat dirinya pergi menuju Daniswara. Ya ... ia bertemu kakaknya, Aeris.
•••
Aeris dan Valendra sudah berada di luar kerajaan. Canggung menyelimuti mereka karena tidak ada yang membuka pembicaraan. Aeris yang tidak tahu ingin bicara apa dan Valendra yang tidak peduli.
Pasar sedang ramai-ramainya, membuat Aeris kesulitan untuk menemukan Nalesha. Sementara Valendra yang melihat Aeris sedang menengok ke kanan dan ke kiri membuat raja satu itu yakin bahwa Aeris ingin mencari sesuatu.
"Kau sedang mencari apa?" tanya Valendra. Aeris langsung menengok ke arah raja tersebut dengan wajah yang sedikit ... panik?
"Aku tidak mencari apa-apa. Hanya melihat keadaan sekitar saja sebelum meninggalkan Daniswara." Aeris bersyukur bisa membuat alasan yang logis.
Valendra tahu bahwa calon ratu dari kerajaannya itu sedang berbohong. Namun, ia hanya diam melihat apa yang akan dilakukan Aeris. Valendra memiliki kemampuan spesial yang hanya ia yang mengetahuinya.
Tiba-tiba saja, segerombolan orang menabrak Aeris dan Valendra. Orang-orang itu sedang mengangkat sesuatu, mungkin barang untuk dijual.
Aeris dan Valendra jatuh ke tanah. Valendra memejamkan matanya mencoba menahan gejolak amarah. Bahaya jika ia ketahuan sedang berada di Daniswara. Mata tajam bak elang Valendra terbuka, melihat segerombolan orang itu yang berjalan menjauh tanpa meminta maaf. Ia lalu teringat sesuatu, lalu kembali mengedarkan pandangannya. Aeris, dia tidak ada di dekat Valendra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Edith: Survive in Past
Science FictionKesalahan mesin waktu yang membuat Aeris terlempar menuju masa lalu, pada masa kerajaan kejam berkuasa. [Edith series #1] Sudah diterbitkan oleh Nebula Publisher dan part masih lengkap. 14-04-21 17-03-22 Highest rank: 1 in enhypen. 1 in mesinwaktu. ...