33. Menuju Hanasta

671 126 32
                                    

Bab 33: ᴍᴇɴᴜᴊᴜ ʜᴀɴᴀsᴛᴀ

Aeris gugup, sebentar lagi ia akan berjalan menuju Valendra yang sudah menunggunya di tangga. Dilihat dari bawah, Valendra benar-benar memiliki aura raja, tubuhnya berdiri tegap dan menatap Aeris tajam.

Perlahan, ia mulai jalan. Tubuhnya yang dibalut gaun pernikahan membuat Valendra hanya bisa menatapnya. Sebenarnya, Raja asal Hanasta itu hanya menatap Aeris biasa, namun, karena dilihat dari bawah, tatapannya seperti menatap Aeris tajam.

Jaraknya dan Valendra tidak terlalu jauh, namun, karena Aeris gugup, itu terasa sangat jauh. Faktor lainnya adalah ia menjadi pusat perhatian sekarang, tamu-tamu melihatnya dengan tersenyum, entah senyuman palsu atau asli yang ditampilkan.

Aeris sudah sampai di tangga, ia perlahan menaiki anak tangga tersebut satu demi satu, hingga sampai di sebelah Valendra. Seketika Aeris menghela napasnya pelan. Ketika sedang berjalan tadi, ia tidak fokus dan malah memikirkan bagaimana jika ia salah langkah dan malah terjatuh di saat semua orang menatapnya. Tapi syukurlah itu tidak terjadi.

Lanjut ke acara berikutnya adalah pembacaan sumpah dari pengantin pria. Dengan suara yang cukup lantang, Valendra berkata, "Saya, Valendra Adiwangsa Cakara berjanji dengan sesungguh hati akan selalu menjaga dan memperlakukan istri saya yang bernama Asteria Aeris Waradana dengan sangat baik."

Terompet kembali ditiup, Raja Jonathan terlihat mengangguk kecil lalu tersenyum mendengarnya. Sekarang, status Aeris sudah resmi menjadi istri dari Valendra. 

Aeris dan Valendra dipersilakan untuk duduk menikmati rangkaian acara selanjutnya. Beberapa penari mengambil posisi di hadapan mereka, lalu, alat musik pun dimainkan. Tari tradisional asal Daniswara ditampilkan. 

Namun, Aeris tidak memperhatikannya, ada yang mengganggu pikirannya sejak Valendra merapalkan sumpah pernikahan tadi. Valendra menyebut nama panjangnya adalah Asteria Aeris Waradana, sebenarnya itu benar, namun, itu nama panjang dari Putri Aeris asli yang keberadaannya tidak diketahui. Nama panjang Aeris yang asli adalah Aeris Hysteria Flavio. Itu membuat Aeris berpikir, apakah pernikahannya sah atau tidak.

•••

Serangkaian acara sudah dilaksanakan, saatnya acara terakhir, yaitu mengelilingi permukiman warga menggunakan kereta kuda. Terompet dibunyikan sekali lagi. Saat pernikahan kerajaan, terompet akan ditiup sebanyak tiga kali. Tiupan pertama, menandakan acara pernikahan akan dimulai, tiupan kedua, saat mempelai pria sudah mengucapkan sumpah pernikahannya, dan tiupan ketiga atau tiupan terakhir, menandakan pengantin akan mengelilingi permukiman warga dengan menggunakan kereta kuda.

Meniup terompet seperti itu bermaksud untuk memberitahukan kepada warga sudah sampai mana acara dilangsungkan, karena, pernikahan kerajaan tidak dihadiri oleh sembarang orang. Hanya kerabat dan bangsawan saja yang diundang.

Aeris naik ke kereta kuda dibantu oleh Valendra. Ia melihat sekeliling, awalnya, Aeris pikir di dalam kereta kuda akan sempit, namun, ternyata cukup luas untuk dinaiki dua orang.

Ketika Valendra sudah duduk, gerbang kerajaan langsung dibuka. Kereta kuda langsung berjalan keluar kerajaan. Ternyata, di luar gerbang kerajaan, para warga sudah menunggu, mereka melemparkan kelopak bunga sebagai ucapan selamat.

Aeris yang melihatnya langsung membuka setengah mulutnya. Pernikahan zaman dulu sungguh unik pikirnya. 

Ketika sedang melihat-lihat warga yang melempari kelopak bunga, Aeris tak sengaja melihat Nalesha yang berdiri diam tanpa ikut melempari kelopak bunga. Pandangan mereka bertemu, Aeris mencoba tersenyum kepada Nalesha, namun, anak itu malah mengalihkan pandangannya.

Edith: Survive in PastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang