Bab 10: ʀᴇɴᴄᴀɴᴀ ᴠᴀʟᴇɴᴅʀᴀ
Rintik-rintik hujan berjatuhan menyelimuti Kerajaan Hanasta. Aroma petrikor yang khas memasuki indra penciuman ang Raja yang sedang menatap datar ribuan butir air yang jatuh tersebut.
Di sebelah kanan dan kirinya terdapat pengawal pribadinya yang bernama Bastian dan Ryan.
"Hormat saya kepada Yang Mulia Raja Valendra!"
Ia menolehkan kepalanya sesaat ke pengawal pribadi terakhirnya yang bernama Aldari. Ia memang mempunyai tiga pengawal pribadi.
"Ada apa?" tanyanya.
"Para Petinggi Kerajaan tidak setuju jika Anda menyerang Kerajaan Daniswara, Yang Mulia," jelasnya sembari menunduk hormat.
"Saya tidak butuh nasihat mereka. Saya yang memimpin Kerajaan ini, maka saya yang akan memutuskannya," ucap Valendra yang masih menatap dingin hujan lebat di luar.
"Sampaikan kepada mereka. Saya membuat pernyataan bahwa akan menyerang Kerajaan Daniswara. Dan saya tidak membuat pertanyaan," perintah Valendra.
"Baik, Yang Mulia!" Aldari pun pergi melaksanakan perintah dari Rajanya.
Valendra pun melangkahkan kakinya turun dari kursi takhta. Kedua pengawalnya mengikuti langkahnya di belakang. Pelayan-pelayan yang ada di sekitarnya menunduk hormat kala ia berjalan.
Tujuannya saat ini adalah ke kamar khusus keluarga Kerajaan. Ia menerobos hujan menuju bangunan tersebut yang memang terdapat dibagian selatan Kerajaan.
Bajunya sudah setengah basah ketika sampai di lorong kamar. Ia menghentikan ketika pengawalnya.
"Kalian tunggu di sini. Jangan ada yang berani masuk, jika melanggar akan saya hukum," ucapnya lalu berjalan sendiri menuju satu kamar.
"Baik Yang Mulia!"
Tidak mau berlama-lama lagi, ia segera membuka pintu kamar tersebut dan melihat seorang pemuda yang sedang beristirahat.
"Tumben sekali kau ke sini." Pemuda itu berkata dengan mata yang tertutup.
Valendra duduk di salah satu bangku yang terdapat di kamar tersebut. Ia melihat ke sekeliling kamar dan mengangguk pelan.
"Sangat bosan bukan di kamar?" tanya Valendra.
"Seperti yang kau lihat. Jika kau ada diposisiku apa kau akan bosan?" Pemuda itu menanyai Valendra balik.
"Tergantung. Jika ada hal yang kusukai di sini, aku akan betah," jawab Valendra.
Pemuda itu akhirnya membuka kedua matanya dan duduk menghadap Valendra seraya tersenyum.
"Apa yang kau lakukan di sini?" tanyanya.
Valendra menggeleng. "Hanya bosan."
Pemuda itu tertawa. "Bagaimana bisa kau bosan, sedangkan kau harus memimpin Kerajaan ini."
"Kau pikir memimpin Kerajaan ini mudah? Aku butuh sesuatu untuk menghiburku," ucap Valendra.
"Dan kau pikir aku bisa menghiburmu di sini?"
"Hanya dengan berbincang padamu aku akan terhibur," jawabnya.
"Aneh sekali orang ini. Tapi aku tau, kau ke sini karena ada maksud lain. Katakanlah," ucap si pemuda itu.
Valendra menegakkan badannya dan menghela napas. "Aku akan menyerang Kerajaan Daniswara."
Lawan bicara Valendra seketika menatapnya serius. "Bercandamu tidak lucu. Untuk apa kau menyerang Kerajaan itu? Kau tau bukan, Kerajaan Daniswara tidak akan mudah dikalahkan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Edith: Survive in Past
Science FictionKesalahan mesin waktu yang membuat Aeris terlempar menuju masa lalu, pada masa kerajaan kejam berkuasa. [Edith series #1] Sudah diterbitkan oleh Nebula Publisher dan part masih lengkap. 14-04-21 17-03-22 Highest rank: 1 in enhypen. 1 in mesinwaktu. ...