35. Dayang dan Pengawal Baru

623 122 10
                                    

Bab 35: ᴅᴀʏᴀɴɢ ᴅᴀɴ ᴘᴇɴɢᴀᴡᴀʟ ʙᴀʀᴜ

Aeris mengintip sedikit dari balik jendela, kondisi di depan kamarnya. Para dayang yang ditugaskan untuk menemani Aeris berdiri di depan kamar barunya. Kamar yang sekarang ia tempati sedikit lebih besar dari kamarnya di Daniswara. Mungkin karena ini adalah kamar ratu, jadi lebih besar.

"Dayang Dita kapan akan sampai ke sini?" monolog Aeris, ia butuh teman untuk bicara.

Tak lama, pintu kamar Aeris diketuk. Ia langsung membukanya dan melihat dua orang prajurit beserta satu dayang berdiri di hadapannya.

"Maaf mengganggu waktu istirahat Yang Mulia Ratu. Saya Aldari, pengawal pribadi Raja Valendra," ucapnya lalu membungkukkan badannya, hormat. Aeris yang belum terbiasa dipanggil Ratu pun hanya menganggukan kepalanya pelan.

"Ada apa?" tanya Aeris tanpa basa-basi.

"Saya ingin mengenalkan mereka kepada Anda." Aldari menunjuk dua orang yang ada di samping kanan dan kirinya.

"Mereka akan menjadi dayang dan pengawal pribadi Anda mulai sekarang." Lalu kedua orang yang ditunjuk tadi pun membungkukkan tubuhnya di hadapan Aeris.

Karena merasa akan lebih diawasi, yang berarti bukan hanya Dita saja yang akan mengikutinya ke mana-mana, namun, dua orang tadi akan mulai mengikutinya. Aeris langsung bertanya, "Apa itu diperlukan?"

"Itu perintah dari Yang Mulia Raja langsung, Ratu. Lagi pula, Ratu dari Hanasta memang harus mendapatkan perlindungan karena banyaknya musuh yang ingin menyerang Hanasta." Penjelasan Aldari membuat Aeris mengangguk.

Aeris lalu menatap dayang barunya yang juga tengah menatapnya, namun, langsung ia alihkan pandangannya ke bawah ketika Aeris ingin tersenyum ke arahnya.

Dia kenapa? batin Aeris.

"Baiklah," ucap Aeris

"Saya undur diri, Yang Mulia Ratu. Selamat malam." Aldari membungkukkan badannya lalu langsung beranjak pergi. Mungkin ingin menemui Valendra.

Setelah Aldari terlihat mulai menjauh, Aeris kembali menatap dua orang di depannya secara bergantian.

"Siapa nama kalian?" tanya Aeris.

"Saya Ryan, Yang Mulia Ratu!"

"Saya Rinjani, Yang Mulia Ratu."

Rinjani? Aku tidak asing dengan nama itu, batin Aeris. Ia merasa pernah mendengar nama Rinjani.

"Baiklah, semoga kita bisa saling mempercayai ya." Memang terdengar aneh, namun, Aeris tidak tahu ingin bicara lagi.

"Apakah Yang Mulia Ratu lapar?" tanya Rinjani. Benar juga, ia sebenarnya sudah mulai lapar.

"Sedikit," jawab Aeris. 

"Akan saya ambilkan makanan untuk Yang Mulia Ratu." Rinjani berucap tiba-tiba, membuat Aeris sedikit terkejut. Dayang itu langsung beranjak pergi, mungkin menuju dapur kerajaan.

Kini, tinggalah Aeris, Ryan, dan beberapa dayang di depan kamar Aeris. Ratu dari Hanasta tersebut hanya berdiri diam, tanpa berucap apa-apa.

"Kau tidak apa-apa jika berdiri diam di sini?" tanya Aeris.

"Itu memang kewajiban saya, Yang Mulia Ratu," jawab Ryan.

"Baiklah, aku akan masuk kembali. Ketuk saja pintu jika Rinjani sudah kembali," ucap Aeris.

Pintu pun sudah ditutup. Aeris duduk di pinggiran kasur. Ia memutar otak untuk menemukan jawaban yang sedari tadi ia tanyakan di kepalanya.

"Aku mendengar nama Rinjani sewaktu tahun 2049 atau 1820?" monolog Aeris.

Edith: Survive in PastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang