Dua

37.1K 2.5K 10
                                    

Tepat jam tiga sore Melani pulang kerumahnya naik angkutan umum dari lokasi syuting. Ia tersenyum bahagia karena ia telah menerima gajinya setelah satu bulan bekerja. Walaupun setelah ini ia bingung harus bekerja apa lagi.

Tak masalah baginya. Karena setelah ini ia akan mencoba melamar menjadi seorang kasir di indoapril yang akan buka cabang sebentar lagi.

Belum sempat ia masuk kedalam rumahnya yang sederhana langkahnya terhenti karena ocehan sang ibu.

"Dapat duit berapa kamu?" Tanya sang ibu dengan tangan yang berkacak pinggang didepan pintu.

"Ya ampun ibu. Aku baru aja sampai rumah. Nanti aku kasih uangnya." Balas Lani malas.

"Awas kamu ya. Ibu belum bayar listrik, air terus uang buat bayar buku adik kamu. Belum lagi buat makan malam ini."

"Iya. Aku masuk dulu." Dengan hati yang sedikit dongkol Lani melangkahkan kakinya masuk kedalam rumah yang hanya ditempati oleh tiga orang, yaitu Lani, ibunya dan adiknya yang masih kelas dua SMP.

Salma bukanlah ibu kandungnya melainkan ibu tirinya. Dulu setelah ibu kandungnya meninggal sang ayah menikah lagi dengan Salma. Salma awalnya sangat baik kepadanya dan Rio, adiknya. Namun semenjak ayahnya meninggal Salma menjadi sangat menjengkelkan.

Wanita tua itu tak pernah mau bekerja untuk menafkahi kehidupan mereka dan terpaksalah Lani berhenti kuliah untuk menafkahi kehidupan mereka bertiga. Walaupun sebenarnya tak masalah bagi Lani untuk hal itu karena walaupun dengan sikap yang menjengkelkan sang ibu tiri masih mau mengurus rumah dan adiknya.

Salma sangat sering menagih uang padanya bahkan disaat ia belum menerima gaji sepeserpun. Untungnya ia tipe orang yang selalu menyisihkan sedikit gajinya untuk hal-hal yang benar-benar mendesak. Tak mau ambil pusing Lani masuk ke kamarnya dan bersiap-siap mandi.

Tak berapa lama perempuan 21 tahun itu keluar dari kamar mandi dan mengenakan pakaiannya. Lalu berbaring di kasur yang hanya muat untuk dirinya sendiri sembari membuka notifikasi yang masuk di ponselnya.

Lani membuka pesan dari salah satu teman kerjanya di lokasi syuting selama sebulan ini bernama Ayu.

"Lani gak ikut ke acara malam ini? Kalau ikut biar aku jemput."

"Gak bisa. Aku capek banget."

"Ikut aja Lan. Sekalian buat acara perpisahan kita. Jarang-jarang juga bisa satu acara sama artis. "

Lani menatap pesan itu sejenak untuk memikirkan apakah ia akan ikut atau tidak. Tapi jika dipikirkan lagi benar juga apa yang dikatakan Ayu, kapan lagi mereka bisa satu pesta dengan para artis?

"Oke. Aku ikut." Putusnya kemudian. Rasanya ia membutuhkan sedikit hiburan untuk hidupnya yang sangat monoton dan membosankan. Setelah berhenti kuliah yang ia lakukan hanya kerja kerja dan kerja. Pekerjaan yang ia lakukan pun masih serabutan. Kadang perminggu atau bahkan perhari baru ia menerima gajinya.

Lani bersiap-siap mengganti baju rumahan yang ia kenakan dengan baju yang lebih layak untuk ke pesta perayaan itu. Ia hanya menggunakan gaun bermotif bunga sederhana dengan rambut yang dibiarkan terurai, karena jika tak salah dengar pesta yang diadakan bukanlah pesta yang formal atau bisa dikatakan hanya perayaan biasa.

Saat Lani keluar dari kamarnya, sang ibu tiri menatap menyelidik kearahnya.

"Mau kemana kamu?" Tanya Salma dengan ekspresi tak sukanya. Sedangkan Lani yang mendengar pertanyaan Salma hanya menghela nafas tak senang.

"Ada acara bu." Jawab Lani seadanya.

"Mana duit yang ibu minta?" Salma menyodorkan tangannya meminta uang kepada Lani. Melihat hal itu Lani langsung merogoh sesuatu di tas yang ia gunakan. Benda itu merupakan amplop putih yang berisikan uang.

"Ini. Sejuta cukup kan?" Lani menyerahkan amplop tersebut kepada Salma yang sekarang matanya menatap berbinar kearah amplop pemberian Lani itu.

"Gini dong. Kan ibu bisa bayar utang di warung. Ya udah sana kamu pergi!"

"Masakan ayam untuk Rio buk!" Perintah Lani saat mengingat adiknya yang sangat menyukai olahan dari ayam.

"Hmm." Sahut Salma yang masih terfokus menghitung uang pemberian anak tirinya.

Tak ingin lama-lama melihat tingkah Salma. Lani pergi keluar dari dalam rumah berjalan kaki menuju depan gang. Tadi ia mengirim pesan pada Ayu untuk menjemputnya disana.

Tak butuh waktu lama untuk Lani menunggu. Ternyata Ayu sudah lebih dulu menunggunya di depan gang. Perempuan itu mengenakan mantel yang cukup panjang membuat Lani kebingungan. Mungkin saja Ayu kedinginan, pikirnya.

"Aku kira kamu belum sampai." Ujar Lani basa-basi sembari memasangkan helm yang tadi ia bawa dari rumah.

"Habis kamu bilang oke. Aku langsung berangkat kesini hehe..." Jawab Ayu dengan bibir tersenyum ceria.

Lani pun segera menaiki motor matic milik Ayu.

"Ya udah ayo berangkat!" Mendengar Lani yang sudah siap, Ayu memutar kunci motornya agar menyala lalu tancap gas menuju tempat acara malam ini diadakan.

Bola mata Lani membesar saat melihat tempat acara diadakan. Banyak wanita-wanita berpakaian seksi di tempat ini. Bahkan ia melihat sepasang manusia yang sedang berciuman di area parkiran tempat Ayu memarkirkan motornya. Tatapan Lani menatap horor tempat ini. Dimana mereka sekarang?

"Ayu, ini gak salah tempat kan?"

"Gak Lan. Ini benar kok tempatnya. Kata temanku memang disini. Bahkan tadi mas Haris sendiri yang share location di grup WhatsApp." Jika tahu tempatnya seperti ini mana mau Lani ikut. Ia tidak pernah mampir ke klub malam, bahkan sekarang ia sedikit ketakutan untuk memasukinya.

Terlalu fokus pada pemikiran buruk yang ada di otaknya. Lani tiba-tiba terkejut saat Ayu melepaskan mantel yang ia kenakan tadi. Ternyata temannya ini menggunakan gaun yang sangat seksi.

Tolong selamatkan Lani!!!

Tolong selamatkan Lani!!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Liam Si Bucin (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang