Dua Belas

22.5K 1.9K 11
                                    

Hampir setahun saya meninggalkan lapak ini 😭
Well sekarang aku udah mulai update cerita ini lagi! Jadi tunggu aja ya!

Btw, masih ada yang baca gak sih? Jadi ragu 😌

.

Dua Belas

Liam sampai di apartemen tepat pada pukul tujuh malam lebih beberapa menit. Saat memasuki ruang tamu, ia dapat melihat Lani yang sedang duduk sambil bermain ponsel. Perempuan itu bahkan tidak menyadari kehadirannya karena menggunakan headset.

Liam mendekati Lani dan menepuk bahu perempuan itu.

"Aaa!!" Lani berteriak heboh. Bahkan ponselnya yang menampakkan suatu permain menembak terjatuh di lantai. Headset yang digunakan juga ikut copot dari kedua telinganya.

Sedangkan, Liam terkekeh melihat ekspresi kaget Lani yang sungguh berlebihan. Apalagi matanya yang membesar, membuat wajah itu bertambah lucu.

"Astaga!" ujar Lani sembari memungut ponselnya yang terjatuh. Perempuan itu membolak-balikkan benda tersebut untuk memeriksa apakah ada bagian yang pecah atau tidak. Dan beruntunglah Lani, karena ponselnya tidak lecet sama sekali.

"Kamu sudah membuat makan malam?" tanya Liam yang kini tengah kelaparan, karena sejak siang memang belum mengisi perut, sebab terus memikirkan foto konsep untuk pemotretan esok hari.

"Sudah Mas. Mau saya panaskan? Sepertinya sudah dingin," balas Lani setelah keluar dari game dan mengantongi ponselnya di saku celana selutut yang ia kenakan.

"Boleh. Kalau begitu saya mandi dulu." Liam beranjak pergi setelahnya, begitu pula dengan Lani yang berjalan menuju dapur untuk menghangatkan kuah soto yang ia buat sore tadi. 

Perempuan itu mengambil mangkuk berukuran sedang berwarna putih di rak piring. Kemudian menyusun ayam suwir, tauge, telur rebus, dan soun di dalamnya. 

Hanya menunggu beberapa menit hingga kuah soto dirasa cukup hangat untuk dinikmati. Lani pun mengambil centongan kuah untuk kemudian menyirami suwiran ayam dan bahan lainnya dalam mangkuk.

"Wangi." 

Suara tersebut mengalihkan perhatian Lani yang sudah selesai dengan pekerjaannya barusan. Bibirnya tersenyum mendengar ucapan Liam yang dirasa sebagai pujian untuk dirinya.

"Mau pakai nasi atau begini saja, Mas?" Lani bertanya antusias. Dia merasa tersanjung atas pujian Liam yang bahkan belum mencicipi soto ayam buatannya.

"Pakai saja. Kamu sudah makan?" Liam bertanya balik sembari menarik kursi makan dan mendudukinya.

"Sudah Mas." Lani mengambil kembali mangkuk Liam untuk menyendok nasi dari penanak nasi. "Mau berapa sendok Mas?"

"Satu saja cukup." 

Usai mendapat jawaban tersebut, Lani mengerjakannya, lalu meletakkan kembali mangkuk berisi soto ayam yang telah diberi nasi hangat.

"Terima kasih," ucap Liam disertai senyum tulus hingga matanya menyipit. 

Lani balas tersenyum, ia merasa senang memiliki bos yang baik seperti Liam. Bahkan pria itu masih sempat berterima kasih padanya. Hal itu sangat jarang dilakukan oleh orang-orang seperti Liam, apalagi seorang selebriti yang sangat amat tersohor.

"Kalau begitu saya kembali ke kamar dulu Mas. Selamat menikmati!" 

"Tunggu!" 

Kedua alis Lani terangkat, seolah bertanya apa lagi yang bos-nya butuhkan.

"Tolong temani saya makan, bisa?" 

Mata Lani berkedip beberapa kali mendengar permintaan Liam. Lalu, ia pun tersenyum sungkan sebelum menjawab, "Bisa Mas." 

Tanpa menunggu perintah Liam, Lani pun duduk tepat di depan pria yang kini mulai merasakan kuah soto dengan sedikit asap mengepul diatasnya.

"Ada suatu hal yang ingin saya bicarakan," ujar Liam setelah menelan suapan pertama.

Lani menunggu dengan wajah penasaran. Entah apa yang ingin sang bos sampaikan. Mungkin menyangkut pekerjaan.

"Besok jam lima pagi saya ada pemotretan, jadi saya harap sebelum jam itu kamu sudah menyiapkan sarapan dan membangunkan saya." Perkataan Liam terucap begitu enteng, sementara Lani sudah berekspresi tercengang.

"Bukannya Mas Liam tidak ada jadwal?" Lani bertanya untuk memastikan ucapan Liam barusan. Rasanya jika tak salah ingat, Liam sempat mengatakan bahwa dirinya tidak memiliki jadwal hingga esok hari.

"Ada beberapa masalah terjadi. Dan kami harus segera menyelesaikannya. Saya harap besok kita tidak kesiangan," balas Liam yang setelahnya mereka sama-sama terdiam dalam pikiran masing-masing. 

"Kamu yakin tidak mau makan?" Liam bertanya saat menyisakan setengah porsi soto ayam. Dia merasa kasihan karena Lani hanya duduk memandangi dirinya menyantap makanan.

"Eh tidak Mas. Saya kenyang."

"Jangan sungkan. Ini kan masakan kamu sendiri," ujar Liam berniat membuat gadis tersebut tidak bersikap terlalu kaku. Apalagi, Lani akan selalu tinggal bersamanya. Dia rasa mereka perlu mengakrabkan diri satu sama lain.

"Iya Mas. Tapi saya sudah kenyang. Mas Liam makan saja." Lani membalas jujur. Tadi ia telah menghabiskan dua mangkuk sama persis ukurannya seperti milik Liam walau tanpa nasi, saking nikmatnya soto ayam ia sampai kalap.

"Ya sudah. Saya makan sendiri." Liam pun menandaskan soto ayam di mangkuknya tanpa berbicara lagi pada Lani. Terkadang dia memainkan ponsel untuk membalas beberapa pesan dari rekan-rekannya.

Melihat Liam beranjak dari kursi, refleks Lani berniat mengambil mangkuk bekas soto ayam yang bos-nya habiskan. Namun, ketika tangan sudah menyentuh pinggiran mangkuk tak sengaja ia memegang tangan Liam yang ternyata memiliki niatan yang sama. Spontan Lani pun menjauhkan tangannya dari sana. 

"Biar saya bersihkan sendiri," ungkap Liam sembari melihat ke arah Lani yang tampak terkejut.

"Eh tidak usah, Mas. Biar saya yang bersihkan. Mas Liam sepertinya lebih butuh istirahat." Lani berusaha tersenyum meyakinkan tuannya. Ia pikir Liam tak perlu sampai membersihkan bekas makannya sendiri, mengingat ada seorang pesuruh di apartemen ini.

Kedua alis Liam terangkat, lalu, ia meletakkan kembali mangkuk di atas meja. 

"Kamu benar. Sepertinya saya harus segera beristirahat, hari ini benar-benar melelahkan." Liam tersenyum dan kemudian mengusap lembut bahu kanan Lani.

Dapat dipastikan Lani tertegun atas sentuhan tersebut. Liam menyadari, namun dia tak acuh dan memilih untuk meninggalkan dapur. Sementara Lani memandangi punggung pria yang perlahan menjauh dan menghilang dari pantauan matanya.

 Sementara Lani memandangi punggung pria yang perlahan menjauh dan menghilang dari pantauan matanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Yok baca novel bos-nya Liam a.k.a Ziedan.

Liam Si Bucin (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang