Sembilan

24K 1.9K 2
                                    

Lani pulang dengan beberapa kantong plastik di tangannya, karena setelah dari lokasi syuting Liam tadi dia sempat pergi sebentar ke pasar untuk membeli beberapa lembar baju untuk Salma.

Masuk ke dalam rumah, Lani melihat adiknya yang tengah menonton televisi yang menayangkan acara kartun, tidak ada Salma di sana. "Ibu mana, Yo?" Tanya Lani pada Rio yang sepertinya belum menyadari kehadirannya.

Rio menoleh dan tersenyum lebar pada Lani, "ini baju buat ibu?" Bukannya menjawab pertanyaan Lani, adiknya itu malah menanyakan tentang sesuatu yang Lani bawa dengan wajah penuh antusias.

"Iya, ibu mana?" Lani ikut tersenyum melihat raut bahagia sang adik. Perempuan itu ikut duduk di samping adiknya.

"Ibu ke warung Bu Siti beli bumbu buat masak," jawab Rio yang kini mengambil alih tiga kantong plastik di tangan Lani. "Kakak beli berapa baju?" Tanyanya.

"Cuman empat, plastik satunya pakaian dalam ibu," jawab Lani.

Rio melihat-lihat pakaian baru Salma dengan senang, "terima kasih kak!"

"Iya, sama-sama."

Rio memasukkan kembali baju-baju itu ke dalam plastik, kemudian menaruhnya di atas meja kecil yang ada dihadapannya.

"Mulai besok kakak enggak tinggal di sini lagi," kata Lani sembari menunggu respon Rio atas informasi yang dia sampaikan barusan. Kemarin saat bicara dengan Rio, Lani tak memberitahukan tentang dirinya yang akan pindah karena pekerjaan barunya. Rasanya Lani ingin mengundurkan diri namun karena adanya kontrak kerja jadi itu mengikatnya, jika berhenti begitu saja maka dia harus membayar denda yang pastinya sulit untuk dia bayar.

"Memang kakak mau pindah kemana? Kenapa mendadak kak?" Rio menatap sedih pada kakaknya. Ini kali pertama Rio harus berjauhan dengan kakaknya, meskipun mereka jarang berinteraksi di setiap waktu karena kakaknya yang sibuk bekerja setidaknya Lani masih pulang ke rumah.

Lani tersenyum masam dan mengusap lembut kepala Rio. "Kakak harus bekerja, dan bos kakak meminta kakak untuk tinggal di rumah mereka karena harus merawat seseorang yang sudah tua," jelas Lani berharap adiknya mengerti.

"Tapi kakak akan pulang kan kalau libur?"

Lani menganggukkan kepalanya kecil, "iya, kalau ada waktu."

Rio memeluk Lani erat, rasanya berat jika harus berpisah dengan sang kakak. "Kakak harus sering-sering hubungi Rio sama ibu!" Pintanya setelah melepaskan pelukan pada kakaknya. Dan Lani hanya menganggukan kepalanya sebagai persetujuan atas permintaan sang adik.

"Ada apa ini?"

Suara wanita yang mereka sangat kenali itu mengagetkan keduanya, refleks mereka menolah ke arah pintu dan melihat Salma yang baru datang dari warung. Rio beranjak dari tempat duduknya dan membawa kantong plastik yang berisi baju lalu memberikannya pada Salma yang menatapnya kebingungan.

"Apa ini?" Tanya Salma.

"Tadi kakak beli baju buat ibu. Nah di dalam sini bajunya," jelas Rio antusias sembari melemparkan senyuman pada ibunya.

"Uang darimana?" Tanya Salma bingung pasalnya Lani selama ini selalu menyuruhnya untuk berhemat, tapi lihatlah sekarang perempuan itu malah membelikan banyak baju untuknya.

"Uang tabungan aku bu. Ibu terima aja udah! Uang buat ibu dan Rio juga sudah aku siapkan. Nanti aku kasih," jawab Lani santai.

"Lain kali jangan beli terlalu banyak!" Seru Salma sembari melanjutkan langkahnya menuju dapur untuk meletakkan beberapa barang yang dia beli tadi di warung. Sedangkan Lani hanya menghela napas kasar, sepertinya ibu tirinya itu terlalu terbiasa hidup hemat hingga tanggapannya malah seperti itu.

Tak mau ambil pusing oleh tingkah Salma, Lani beranjak untuk segera beristirahat dan membersihkan diri.

"Kakak mandi dulu ya," kata Lani pada Rio kemudian pergi dari ruang tamu menuju kamarnya.

.

Setelah berpamitan dengan Rio dan Salma, kini Lani tengah menunggu taksi online menjemputnya di pinggir jalan. Motornya sengaja dia tinggal untuk digunakan oleh Salma jika ingin bepergian. Lagipula Lani rasa di sana nanti dia akan jarang menggunakan kendaraan beroda dua itu, mengingat dia akan selalu berada di samping Liam kemana pun pria itu bepergian.

Perjalanan Lani menuju apartemen Liam telah menghabiskan waktu lebih dari empat puluh menit, dan kini perempuan itu berada di depan gedung apartemen yang terkenal paling mewah di daerah ibu kota.

Lani mengirimkan pesan pada Liam, menyampaikan bahwa dia telah sampai. Tangan kanannya sibuk mengetik beberapa kata di ponselnya dan satunya digunakan untuk membawa tasnya yang tidak begitu besar. Lani sengaja membawa sedikit pakaian, dia terlalu malas berbenah pagi tadi.

Tubuh Lani tersentak kaget ketika seseorang menepuk pundaknya, dia berbalik dan melihat pria dengan masker hitam itu kebingungan.

"Ini saya, Liam," jelas Liam ketika menyadari raut kebingungan perempuan didepannya ini. "Ayo ikut saya!" Seru Liam sambil berjalan terlebih dahulu, secara refleks Lani mengikuti langkah lebar pria itu.

Lani menarik napasnya dengan ngos-ngosan, mengikuti langkah Liam yang cepat membuat kelelahan. Kini keduanya telah berada di apartemen Liam.

"Ini kamar kamu." Liam menunjukkan sebuah pintu yang masih tertutup rapat. "Dan yang di sebelahnya itu adalah kamar saya," kata Liam sembari menunjuk pada pintu lainnya.

"Sekarang kamu rapikan dulu baju kamu di dalam. Setelah itu temui saya di dapur!" Setelah mengatakan hal itu, Liam langsung beranjak pergi meninggalkan Lani yang hanya mampu menganggukkan kepalanya mengerti.

Lani menyoroti setiap bagian apartemen secara singkat, dia berdecak kagum melihat betapa mewahnya apartemen bos barunya ini. Karena tak ingin membuat Liam menunggu lama, akhirnya Lani segera masuk ke dalam kamar barunya.

Bibirnya mengembangkan sebuah senyuman ketika melihat design interior kamarnya, sebuah ranjang berukuran queen size membuatnya senyumannya makin melebar. Dengan langkah semangat dia duduk di ranjang yang terasa begitu empuk di bokongnya. Rasanya Lani akan betah seharian tidur di kamar ini.

Terlalu nyaman dengan ranjang barunya Lani mulai berbaring dan memejamkan matanya menghayati nikmatnya ranjang empuk itu.

"Kamu tertidur?"

Suara itu mampu membangunkan Lani dari tidur ayamnya. Astaga sejak kapan Liam masuk ke kamarnya?

Salah tingkah, itulah yang kini melanda Lani yang hanya mampu tersenyum canggung pada Liam yang menatapnya dingin.

"Maaf mas, tadi malah ketiduran," kata Lani.

"Oke. Saya tunggu di luar." Setelahnya Liam keluar. Sedangkan Lani hanya menghela napasnya panjang, kemudian menyusul Liam keluar.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Liam Si Bucin (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang