Sepuluh

25.4K 2.1K 15
                                    

Lani melihat sosok Liam yang kini tengah duduk manis di sebuah sofa dengan tatapan yang lurus pada layar televisi yang menyala. Kamar Lani cukup dekat dengan tempat Liam duduk saat ini, ketika dia membuka pintu maka pandangannya langsung tertuju ke tempat itu, kemungkinan ruang santai sekaligus ruang tamu di apartemen milik Liam ini.

"Permisi mas!" Sapa Lani pada Liam yang sepertinya belum menyadari kehadirannya.

Liam menoleh untuk melihatnya. "Silakan duduk!" Pria itu mengubah posisi duduknya agar berhadapan dengan Lani yang kini telah duduk di sofa kecil sebelah kirinya.

"Jadi ada apa mas?" Tanya Lani.

"Saya akan menyampaikan peraturan selama kamu tinggal di sini, dan juga pekerjaan kamu." Liam menjeda ucapannya sebentar untuk melihat raut wajah Lani yang sedari tadi menunjukkan tatapan serius. "Saya tidak akan membuat aturan tertulis. Jadi saya harap kamu mengingatnya dengan baik."

Lani mengangguk mengerti, "baik mas."

"Hanya ada tiga peraturan. Pertama, jangan pernah memasuki kamar saya tanpa seizin dari saya. Kedua, jangan pernah masuk keruang kerja saya walaupun tujuan kamu hanya bersih-bersih karena saya enggak pernah suka seseorang menyentuh barang pribadi saya. Dan yang ketiga, jangan memasukan sembarangan tamu ke apartemen saya, apalagi orang yang tidak kamu kenal. Walaupun dia mengaku saya mengenalnya, tetap jangan di izinkan masuk sebelum saya sendiri yang melihatnya," jelas Liam membuat Lani hanya mampu menganggukkan kepalanya sebagai jawaban atas peraturan yang di tuturkan olehnya.

"Kamu bisa masak?"

Lani mengedipkan matanya beberapa kali sebelum menjawab pertanyaan Liam, "bisa mas. Tapi hanya masakan rumahan, bukan seperti yang biasa mas Liam makan," jawabnya dengan senyuman canggung. Mengingat dua hari belakangan ini dia selalu bersama Liam, Lani sangat ingat Liam selalu memesan makanan dari restoran mahal yang begitu jelas terlihat dari bungkusannya.

"Enggak apa-apa. Saya tidak masalah dengan makanan rumahan." Liam memberikan senyuman kecil pada Lani.

Sedangkan Lani yang melihat senyuman Liam merasa sedikit kaget. Dia pikir Liam tipe pria yang tidak mudah tersenyum.

"Saya harap kamu bangun lebih pagi untuk bersih-bersih dan memasak. Mungkin kamu harus bangun jam empat atau jam lima pagi, karena jadwal kerja saya tidak pernah menentu. Kadang bisa sangat pagi, kadang juga bisa siang hari. Jadi untuk antisipasi lebih baik kamu bangun di waktu yang telah saya katakan tadi. Dodit akan mengirimkan jadwal kerja saya untuk kamu nanti. Saya harap kamu sudah mengerti setelah yang di ajarkan oleh Dodit kemarin mengenai jadwal saya," jelas Liam panjang lebar.

Lani cukup mengerti sedikit pekerjaan yang telah di jelaskan oleh Dodit kemarin sebelum pria itu pulang. Hal penting yang dia ingat adalah, selalu beritahu Liam jadwal pria itu sehari sebelumnya.

"Baik mas. Ada lagi?"

"Tidak ada. Hanya itu yang ingin saya sampaikan, hari ini jadwal saya kosong hingga besok. Setelahnya saya akan melakukan syuting untuk musik video saya. Saya harap kamu tetap mengingatkan saya tentang jadwal."

"Baik mas."

Liam menyodorkan tangannya pada Lani, dengan tatapan bingung Lani pun menyambutnya.

"Selamat bekerja! Saya harap kamu tidak menyerah dengan pekerjaan ini," ucap Liam dengan senyuman di bibirnya.

Lani membalas senyuman itu dengan sedikit kaku, "terima kasih mas. Saya akan berusaha melakukan yang terbaik."

Liam menarik kembali tangannya. "Tolong pesankan makanan untuk saya seperti kemarin. Kamu bebas memilih menu untuk kamu sendiri, setelah makan siang kamu bisa berbenah di kamar kamu. Panggil saya jika makanannya sudah sampai," perintah Liam. Kemudian pria itu beranjak dari sofa dan masuk ke kamarnya yang berada tepat di samping kamar Lani.

Liam Si Bucin (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang